#34 kamu boong

54 27 7
                                    

"Ada yang ingin aku sampein sama kamu,"

"Apa?"

"Kamu buka dulu deh kadonya. Mungkin dengan liat itu kamu bakalan ngerti dan langsung paham apa maksud aku nanti." suruh Damar.

Syifa menatap Damar sebentar, lalu membuka kado tersebut. Syifa mengambil salah satu foto yang ada disana. Syifa melirik kearah Damar sebentar, dengan wajah yang terlihat binggung. Mata Syifa kembali menatap sebuah Foto yang Damar berikan. Foto dua anak kecil berusia sekitar 5 tahunan, yang salah satunya adalah, Syifa.

"Ini.... Kenapa dia kasih ini? Apa dia ...," Syifa membatin.

Syifa mengalihkan pandangan kearah, Damar. Damar tersenyum kearah Syifa dan berpikir kalau Syifa sudah paham.

"Maksud kamu, apa? Kenapa foto ini bisa ada dikamu?" tanya Syifa.

Damar sedikit kecewa melihat tanggapan, Syifa. Damar kira Syifa langsung mengerti.

"Kamu liat aku. Coba kamu tatap wajah aku!" pinta Damar sambil memandangi, Syifa.

"Aku cuman butuh jawaban, Damar. Kamu tinggal jawab! Kenapa kamu ada foto ini?"

"Apa kamu kenal sama anak kecil yang ada difoto ini?"lanjut Syifa.

"Iya, aku tau siapa anak kecil yang ada difoto itu. Itu mangkanya aku kasih kamu foto itu. Dan aku kira kamu langsung tau siapa anak kecil yang ada sama kamu." tutur Damar sedikit kecewa.

"Iya, aku tau! Dia dulu temen kecil aku. Tapi aku binggung kenapa foto ini bisa ada sama kamu?"

"Karena anak kecil sama kamu itu, aku. Damar! Temen kamu waktu kecil dulu."

Jantung Syifa tiba-tiba berdebar begitu saja. Syifa begitu tidak menyangka ternyata orang yang selama ini ia cari begitu dekat dengannya.

Syifa langsung mengalihkan pandangannya kearah Damar dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kamu nggak bohongkan?" ucap Syifa dengan air mata yang menetes begitu saja.

"Kok, kamu nanggis? Kamu ternyata masih cenggeng, ya. Harusnya kamu bahagia, bisa ketemu sama temen kamu lagi."

Syifa menghapus air matanya. Rasanya Syifa terlalu banyak kejutan hari ini. Bahagia, mungkin itulah yang Syifa rasakan saat ini.

"Kamu boong, Amar dulu nggak kaya gini. Amar dulu gemesin, gendut. Nggak kaya kamu, nyebelin." Syifa membuah muka.

"Itukan dulu, waktu masih kecil. Dulu gemesin tapi sekarang ganteng, ya ... nggak?" ujar Damar dengan pedenya.

Syifa merasa geli dengan ucapan Damar. "Tuh'kan pede banget. Amar nggak kaya gini. Pokoknya kamu boong?" ucap Syifa lagi. Padahal dia juga sudah percaya kalau Damar adalah teman kecilnya.

"Bener, makanan kesukaan kamu aja aku masih inget."

"Boong,"

"Bener! Coklat, icecream, miegoreng, kamu juga suka nanggis, cengeng banget pokoknya dari kecil sampe sekarang."

"Ngarang banget." kesal Syifa.

"Satu lagi, kamu juga suka Amar alias Damar, ya'kan? " ucap Damar tersenyum jahil.

Syifa melebarkan matanya." Gr banget lagi!"

"Yaudah, kalo nggak suka aku ikhlas deh dibenci kamu. Kan benci beda tipis sama cinta! Jadi, suatu saat nanti kamu bakalan cinta sama aku. Yaudah benci aja deh kalo gitu." Damar semangkin ngaur.

"Ngarep banget."

"Biarin! Jadi kamu nggak percaya nih sama aku."

"Nggak..." ucap Syifa, seketika wajah Damar tiba-tiba menjadi datar.

Skenario Allah✔[End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora