#43 tunggu aku

53 23 2
                                    

Hari ini adalah hari mereka kembali masuk kesekolah. Syifa hari ini berangkat bersama Mita naik mobil, Mita. Sebelum pergi kesekolah, mereka menyempatkan diri untuk pergi keminimarket dekat sekolah.

"Kita mampir dulu ya, bentar. Ada  yang harus gue beli soalnya." tutur Mita.

"Iya," mereka turun dan masuk keminimarket tersebut.

Mita mencari barang yang ingin ia beli. Sedangkan Syifa mengikutnya dari belakang. Disana Mita banyak belanja tissu, dan cemilan. Mungkin untuk stok dimobilnya, pikir Syifa.

"Fa, lo kalo mau beli sesuatu ambil aja. Nanti biar gue yang bayar."

"Nggak usah! Aku ada bawa uang, kok."

"Beneran, nih?"

Syifa mengangguk sambil sedikit tersenyum,

"Yaudah, gue bayar ini dulu."

Mereka langsung menuju kasir untuk membayar semua belanjaan. Setelah selesai mereka langsung pergi kesekolah.

Skip

Syifa turun dari mobil. Sekarang mereka sudah berada diparkiran. Syifa mengedarkan pandangannya, banyak siswa dan siswi yang tengah  berada didekat  lapangan. Mungkin itu siswa dan siswi baru yang akan melakukan mos hari ini, pikir Syifa.

"Huah, gue udah kangen banget sama sekolah ini. Langsung kelas, yuk! Gue udah nggak sabar nih pengen liat kelas baru kita."

"Iya, yuk."

Belum jauh melangkah, Mita memanggil Gio yang baru sampai kesekolah.

"Gio." panggil Mita.

Mita dan Syifa langsung menghampiri, Gio.

"Lo baru dateng? Ketua osis kok baru dateng jam segini. Liat tuh udah pada nunggu semua."

"Iya, lagian baru jam 7! Yang lain juga pada masih masih beres-beres."

"Oya, kalian apa kabar?" lanjut Gio.

"Alhamdullillah, kita baik." jawab Mita .

Pandangan Gio beralih kepada Syifa yang sedari tadi diam. Gio melihat wajah Syifa dengan mata yang sedikit terlihat bengkak.
Gio mendekat kearah Syifa dengan mata yang masih menatap, Syifa. Mita yang sadar hanya langsung menyinggkir. Sedangkan Syifa hanya memandang Gio dengan heran.

"Syifa, kamu kenapa?" tanya Gio tiba-tiba.

"Nggak papa, emang aku kenapa?" tanya balik Syifa menunduk.

Gio memandang Syifa lekat. Syifa yang melihat itu langsung menundukan wajahnya dalam-dalam.

"Mata kamu kenapa bengkak gitu? Kamu habis nanggis?"

"Emang kelihatan banget, ya?" batin Syifa.

Syifa hanya terdiam, apa yang harus ia katakan?

"Enggak, aku cuman kurang tidur aja. yaudah, mit ... kita langsung kekelas aja, yuk." ajak Syifa meraih tangan Mita.

"Kalian mau kekelas? Yaudah, kita bareng aja."

Mereka langsung menuju kekelas baru mereka. Namun ditengah perjalanan, Mita malah ketinggalan cemilan dan ingin langsung mengambilnya.

"Ehh, gue keparkiran dulu ya bentar! Cemilan gue ketinggalan."

"Yaudah, aku temenin, ya." tawar Syifa.

"Nggak usah! Kalian langsung kekelas aja. Gue nggak lama, kok! Nanti gue nyusul, okay." Mita langsung meninggalkan Gio dan Syifa. Syifa memandangi kepergian, Mita. Kenapa Mita harus meninggalkannya bersama Gio?

"Yaudah, yuk." ajak Gio.

Syifa hanya mengangguk lalu melanjutkan perjalanannya. Baru beberapa langkah melangkah, pas dipersimpangan ketika ingin menuju kekelasnya, Syifa bertemu dengan,Damar. Ketika berpapasan, keduanya sama-sama tak melihat satu sama lain. Mereka fokus dengan jalan mereka sendiri.

"Biarlah waktu yang akan menjawab semuanya. Biarlah semua berlalu sesuai dengan kehendakNya. Ketika hati berkata tidak sesuai keinginan kita. Biarlah pikiran dan keadaan  yang akan membuatnya mengerti. Semua ada masanya. Dan dimana titik takdir yang akan menuntukan segalanya."

Sedangkan Nadin yang melihat kejadian itu, terlihat sangat senang.

"Akhirnya rencana gue berhasil. Kenapa nggak dari dulu coba? Gue cuman tinggal baik-baik'in Syifa, terus dia percaya gitu aja sama gue! Tau gitu gue nggak usah buang-buang tenaga banyak, buat ngejauhin mereka berdua. Nadin...Nadin, kenapa lo nggak kepikiran sih dari dulu. Dan lebih herannya lagi, masa dia mau turutin kemauan gue yang selama ini selalu nyakitin dia. Syifa, lo oon atau gimana, sih?" ucap Nadin terheran-heran. Tapi, menguntungkan baginya.

Syifa sekarang sudah berada didalam kelas barunya. Syifa memperkecil langkahnya, memandangi setipa seluk beluk kelas untuk mencari tempat duduk yang nyaman bersama, Mita.

"Syifa, kamu duduk disini aja, ya! Deket aku sama, Bagus." tiba-tiba suara Gio sedikit mengangetkannya.

"Iya."

Syifa berjalan kearah bangku yang Gio tunjuk dan duduk disana. Gio duduk menghadap kearah, Syifa. Gio masih memperhatikan wajah Syifa yang cantik menurutnya. Gio tersenyum, apalagi melihat Syifa dari jarak sedekat itu. Syifa tidak sadar kalau Gio memperhatikannya. Syifa sibuk membuka tas untuk mencari novel barunya yang baru ia beli bersama Mita waktu lalu.

"Kamu kenapa senyum gitu?" tanya Syifa yang melirik Gio sekilas.

"Hah, hem... aku  cuman liat kamu aja! Ternyata kamu nggak berubah, ya."

Syifa membuka novelnya.

"Alhamdullilah, sih! Nanti kalo aku berubah kan aneh."

"Iya, tapi bukan itu maksud aku! Maksud aku tuh wajah kamu."

"Iya, aku tau! Wajah aku kan nggak operasi. Jadi, nggak berubah, tetap sama."

"Maksud aku masih cantik kaya dulu."

"Wanitakan memang cantik, kalo nggak cantik namanya laki-laki."

"Gitu, ya... kalo ngobrol sama kamu,  nggak bisa banget diajak serius."

Syifa hanya sedikit tersenyum. Entah kenapa, Syifa tidak begitu mood untuk bicara.

"Gio disuruh kelapangan." ucap salah satu siswa diambang pintu.

"Iya-iya, bentar."

"Syif, aku kelapangan dulu, ya!" pamit Gio, lalu memegang pucuk kepala Syifa sebentar yang beralas jilbab. Syifa sedikit terkejut, sedangkan Gio tersenyum hangat kepadanya.

"Perasaan ini masih sama, tunggu aku. Jika tiba waktunya nanti  aku akan datang kerumahmu dan memintamu kepada ayahmu." ucap Gio lalu pergi meninggalkan Syifa yang masih terdiam.

"Maksudnya apa?" gumam Syifa mencoba mencerna ucapan, Gio.

Damar  pov

Aku baru sampai kesekolah, aku berjalan melewati kelas 12. Sebenarnya aku sengaja, aku ingin melihat, Syifa. Tapi nyatanya dia belum sampai. Aku terus berjalan untuk menuju kekelasku. Tiba-tiba, didekat persimpangan aku melihat Syifa berjalan berdua sama, Gio. Apa dia berangkat bareng sama, Gio?

Jangan ditanya lagi, cemburu? Mungkin itu yang saat ini aku rasakan. Tapi aku mencoba untuk tenang. Aku melewati mereka berdua tampa melihat kearah mereka. Aku juga melihat Syifa melakukan hal yang sama. Aku berhenti dan melihat kebelakang dan ternyata Syifa memang tak memperdulikanku. Apa Syifa akan benar-benar menjauh dari aku? Tapi kenapa Syifa bersama, Gio? Jujur aku tidak suka melihatnya. Tapi apa yang harus aku lakukan? Melarangnya juga tidak akan membuat keadaan berubah. Karena aku ini tidak lebih hanya sebatas adik kelasnya saja.

"Syifa, apa ini yang terbaik?"

Happy Reading
Vote
Coment
Don't forget it!

Skenario Allah✔[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang