Serigala Tanpa Kepala

291 65 36
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng tanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Karma cafe."

Kicauan burung camar menemani pelayaran sebuah kapal mewah berukuran mini yang memiliki daya tampung kurang lebih lima belas orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kicauan burung camar menemani pelayaran sebuah kapal mewah berukuran mini yang memiliki daya tampung kurang lebih lima belas orang. Hamparan laut biru tersaji sepandang jauh mata memandang. Di bawah langit biru, enam pemuda pemudi sedang asik berbincang sambil memotret pemandangan.

"Kalian suka laut?" tanya seorang yang memegang kemudi kapal. Ia memiliki berewok rapi dan selalu menggigit cerutu.

"Keren, Kapten!" jawab pemuda berperawakan agak arab, dengan hidungnya yang mancung. Pria itu bernama Irwan.

Irwan, Ninda, Alif, Rifai, Biru dan Anggi. Keenam sahabat ini adalah lulusan baru Universitas Gadjah Mada, yang minggu lalu baru saja menjalani prosesi wisuda. Mereka menemukan sebuah destinasi berlibur yang cukup unik, di mana mereka akan menyewa sebuah pulau dengan harga murah. Ya, tempat itu baru saja dibuka dan sedang melakukan promo habis-habisan.

Biru bukanlah alumni UGM seperti yang lainnya, tetapi ia adalah pacar dari Irwan, si ketua geng. Maka dari itu, wanita itu berada di sini. Biru juga membawa adiknya, Genta. Mereka tinggal hanya berdua dan Biru tak tega jika harus meninggalkan Genta sendirian di rumah.

"Latihan, Wan. Anggap aja Genta itu anak lo," ledek Alif, membuat seluruh orang tertawa.

"Genta mah adek ipar. Ya, enggak, dek?" Irwan membalas candaan Alif dan langsung bertanya pada Genta. Sementara Genta hanya mengangguk dengan wajah malu.

Genta adalah anak yang pemalu, mungkin karena saat ini, ia berada di antara sirkel pergaulan kakaknya yang memiliki usia cukup jauh dengannya. Biru tertawa menatap adiknya sambil mengusap kepalanya.

"Sebentar lagi kita sampai," ucap Kapten. "Di mansion sudah disiapkan makan siang. Istirahatah, nanti menjelang sore kita akan snorkeling."

Semua menyambut ucapan Kapten dengan antusias. Irwan menggandeng tangan Biru dan mengajaknya pergi ke samping kapal. Di sana Irwan memotret Biru dengan background pulau pribadi milik Karma Group.

"Genta mau ikut foto?" tanya Irwana, tetapi Genta hanya menggeleng.

"Dia itu pemalu, jadi ya begitu deh," balas Biru.

Irwan dan Biru kembali ke tengah, mereka bergabung kembali dengan kawanannya. Mereka sudah tak sabar ingin melihat seperti apa tempat wisata yang berharga murah itu. Sejujurnya mereka merasa dag-dig-dug. Namun, bentukan dari kapal mewah ini, sedikit membuat mereka tenang. Setidaknya, mereka tak menaiki kapal nelayan.

Seorang pria tampan dengan seragam hitam putih berdiri di dermaga. Ia menyambut seluruh tamu yang datang dengan senyum yang ramah.

"Selamat datang di pulau kematian," tutur pria itu.

"Pulau kematian?" tanya Alif dengan wajah terkejut.

"Namanya ngeri banget," timpal Anggi.

"Tenang, Gi. Kamu kalo takut, peluk aku aja," gombal Rifai.

Karma CafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang