Mantra Karma

279 69 26
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng tanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

Smiley  masuk ke dalam ke salah satu coffee shop yang berada di kota Jogja, tempat itu bernama Mantra Coffee

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Smiley  masuk ke dalam ke salah satu coffee shop yang berada di kota Jogja, tempat itu bernama Mantra Coffee. Sambil tersenyum, ia menatap pria yang sedang berdiri di balik meja Bar.

"Mau ambil barang? Tumben kok enggak ngabarin?" ucap pria bernama Dirga.

Memang biasanya Smooky datang untuk mengambil beberapa bahan dasar kopi dan non kopi. Karena suatu kejadian, Karma membangun kerjasama dengan Mantra. Seluruh bahan minuman yang berada di Karma, adalah bahan yang sama dengan milik Mantra Coffee.

"Ah, bukan, bukan. Aku ada perlu dengan Indigo." Smiley duduk di kursi yang berada di depan Dirga. "Dia, ada?"

"Andis, ya." Dirga menoleh ke luar jendela. Ia menatap motor yang baru saja selesai diparkirkan. "Lucky, tuh orangnya baru pulang ngampus."

Lonceng di pintu berbunyi ketika pria bertopi beanie coklat itu masuk. Ia hendak berjalan naik ke lantai atas, mengingat lantai atas merupakan kamar dari empat orang pegawai kafe ini.

"Dis, ada tamu." Dirga melirik ke arah Smiley.

"Oi, Bang Foxy. Mau mesen bubuk kopi?" Sapa Andis yang sepertinya terlihat akrab dengan Smiley. Ia memanggil Smiley dengan nama lainnya.

"Bukan, bukan." Smiley mengisyaratkan Andis untuk duduk sejenak di sebelahnya. "Boleh minta waktumu, Indigo?"

Andis meletakkan tasnya di bawah kursi, lalu ia duduk dan mendengarkan cerita Smiley. Sebenarnya, sudah beberapa hari ini Smiley berada di kota Jogja. Keberadaannya di Jogja bukan tanpa sebab, Smiley sedang mengambil tugas dari Yama, yaitu membawa pulang arwah penghuni kampus yang kerap membuat para pengguna kampus bergidik ngeri.

"Sebenarnya ini bukan keahlianku, jadi aku minta tolong padamu, seorang manusia kepercayaan Bos. Ayolah, kau kan sering memulangkan arwah-arwah penasaran itu." Smiley agak memohon pada Andis.

Andis menghela napas, sambil memasang wajah datar. "Ok, oke, tapi, Abang tetap bantu aku, oke? Aku enggak mau kerja sendirian."

"Oke, oke, besok aku akan datang lagi." Smiley beranjak dan berjalan meninggalkan Mantra Coffee.

Dirga menatap Andis sambil tersenyum. "Arwah ayam kampus, cuk. Gas! Ben ra jomblo mulu."

"Cocote, su!" Andis mengambil tasnya yang ia geletakkan di lantai dan berjalan naik ke atas.

Malam ini begitu singkat. Bagaimana tidak? Hujan turun mengguyur bumi begitu deras, tatkala petir bertahta di atas langit Jogja, sehingga Andis tertidur sangat pulas karena udara yang dingin.

Seperti biasa, Andis memang selalu bangun sebelum subuh dan berdialog dengan Tuhan. Ia menyisihkan sepertiga malamnya untuk bermunajat pada Rabbnya.

Kini, matahari mulai naik dan melengserkan bulan dari singgasananya. Andis yang baru saja selesai mandi, kini turun ke bawah. Smiley sedang duduk sembari menikmati banana coffee latte yang diracik oleh seorang pria tampan dengan sarung tangan hitam. Tama namanya, pria paling tampan di Mantra Coffee--tidak, bukan itu. Paling tampan di tanah Jogja mungkin.

Karma CafeWhere stories live. Discover now