5. Can I kiss you?

1.6K 207 17
                                    


C o m p l i c a t e d







"Dimana Park Jihoon??!!!!"

Tersengar seruan keras Nyonya Park menyusul setelah tadi terdengar bunyi bedebum keras dari pintu yang dibanting.

"Bisa-bisanya anak itu menolak ajakan makan siang Putri Tuan Jung!!???" wanita paruh baya itu mendengus, kini menatap Sekertaris Lee dengan tatapan tajam.

"Katakan, kemana perginya anak kurang ajar itu?!!"

"Saya kurang tahu Nyonya," Sekertaris Lee, selaku sekertaris Tuan Muda Park Jihoon,menunduk dalam. "Tuan Jihoon tadi hanya bilang akan turun ke bawah, beliau bilang punya urusanㅡ"

"Urusan apa??!!!" Nyonya Park memotong lebih dulu. "Memangnya ada urusan yang lebih penting selain Putri Tuan Jung??!!"

"Maaf Nyonya, saya benar-benar tidak tahu." Sekertaris Lee menyahut seadanya. Karena memang benar, selama ini dia tidak pernah tahu kemana perginya Jihoon saat jam makan siang.

Nyonya Park dengan emosi yang masih meluap-luap keluar dari ruang kerja Jihoon, langkah kakinya terlihat dihentak dengan kuat. Tampak kesal.

"Cari tahu, cari tahu apa saja yang dilakukan anak kurang ajar itu." ujarnya pada sang bawahan.

"Cari tahu semuanya dan segera laporakan padaku!"







"Cari tahu semuanya dan segera laporakan padaku!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






Malam mulai menjemput.

Junkyu sudah terbiasa dengan yang namanya lemburㅡkini mengabaikan sebentar komputer serta berkas yang masih harus di selesaikan. Melangkah menuju kamar mandi.

Ddrrtt! Ddrrtt!

Ponselnya bergetar, oh ada pesan singkat yang masuk, dari Jihoon.

Jihoon
| dimana?
| pekerjaanmu sudah selesai?

kamar mandi |
belumm, masih ada beberapa yang perlu diselesaikan hari ini juga |

Tidak ada balasan lagi, Junkyu acuh lantas mengantongi kembali ponselnya dan masuk ke dalam salah satu bilik toilet.

"Mau pulang pukul berapa?"

"Astaga!"

Keluar dari bilik kamar mandi Junkyu menjerit bahkan nyaris terjatuhㅡkalau saja tangannya tidak buru-buru berpegangan pada pintu bilik toilet. Sekarang mendelik kesal ke arah sang pemilik suara yang berhasil mengagetkannya.

"Oh maaf aku mengagetkanmu," Jihoon si pelaku terkekeh ringan.

"Jangan seperti itu lagi! Aku bisa kena serangan jantung, tahu!" kesal Junkyu.

Laki-laki yang tengah mencuci tangannya pada wastafel itu mengerucutkan bibirnya, dan dahinya ikut mengkerut.

Lucu.

Jihoon bahkan harus menggigit bibir bagian dalamnya untuk menahan gemas.

"Nih," setelah menarik beberapa helai tisu Jihoon menyodorkannya pada Junkyu.

Junkyu menerima tisu tersebut. Agaknya sedikit terharu dengan perhatian kecil dari Jihoon.

Sambil mengelap tangannya dari air Junkyu memandangi wajah Jihoon. Menelusuri lekuk wajah sang kekasih.

Mungkin ada banyak laki-laki di luar sana yang lebih tampan, tapi getaran serta aura yang dibawa Jihoon berbeda sekali dengan kebanyakan orang. Tampak luarnya tegas dan sangat bossy, tapi ternyata sangat perhatian dan lembut.

Mungkin sifatnya akan berbeda jika dihadapkan dengan orang lain, tapi saat dengan Junkyu, laki-laki Park itu sangat sangat lembut dan perhatian. Juga agresif.

Iya agresif.

Apa ya, tatapan matanya selalu menyala-nyala bagai bara api seolah siap menelanjangi—membakar apa yang ia kenakan dan kapan pun dia mau.

Junkyu takut. Jujur saja ia takut. Tapi syukurnya Jihoon tidak pernah berani melakukan lebih dari ciuman.

"Boleh kupeluk?" tanya Jihoon, tangannya sudah terangkat di udara seakan hendak menarik Junkyu mendekat tapi berhenti.

Junkyu mengangguk dan membiarkan Jihoon menarik dirinya untuk dipeluk.

Setelah penolakan malam itu Jihoon selalu bertanya lebih dulu saat hendak menyentuhnya, termasuk skinship kecil seperti pegangan tangan.

Pelukan Jihoon yang erat dan hangat diam-diam membuat Junkyu merasa rileks, setelah tadi merasa pening akibat pekerjaan yang menumpuk.

"Jihoonㅡnanti ada yang masuk, bagaimana?" Junkyu menghindar dari wajah Jihoon yang sudah bergerak maju. Tahu sekali apa yang hendak sang kekasih lakukan.

"Pintunya terkunci," jawab Jihoon.

Satu jengkal jarak di antara wajah mereka Jihoon kembali bertanya, "can I kiss you, Junkyu-ya?"

Junkyu menggeleng dan Jihoon menahan napas karena kecewa.

Saat Jihoon hendak menarik wajah, Junkyu justru mengalungkan tangannya pada leher kekasihnya.

"It's my turn," sedikit lagi bibir keduanya bertemu, Junkyu berhenti sejenak dan melanjutkan. "To kiss you, Jihoonie."

Hal yang baru terjadi, Junkyu mencium Jihoon lebih dulu. Memagut bibir tebal itu secara bergantian dengan tempo tenang dan pelan.

Polanya memang tidak sama dengan milik Jihoon, justru sangat berbeda.

Berawal dari kecupan-kecupan ringan, berlanjut ke pagutan lembut pada bibir atas dan bawah Jihoon. Lalu berubah menjadi sedikit menuntutㅡdimana Jihoon harus membuka mulutnya saat tekanan ciuman Junkyu terasa lebih dalam.

Sedetik sebelum lidah keduanya saling menyapa Junkyu tiba-tiba melepas tautan bibirnya, membiarkan sebagian lidah Jihoon terjulur keluar dari mulutnya.

Junkyu terkekeh. Berbanding terbalik dengan Jihoon yang mengkerut kesal.

Sebelum Jihoon memprotes Junkyu kembali memajukan wajahnya, meraih ujung lidah sang kekasih dengan bibirnya.

Jihoon terkejut refleks menarik wajahnya. "H-hei!"

Yang lainnya kembali terkekeh lantas mencuri satu kecupan ringan setelah itu melepaskan diri. Beralih berkaca pada cermin seraya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, juga sisa saliva yang tertinggal di bibirnya.

"Ya! Kim Junkyu, kamu sengaja menggodaku ya?" tanya Jihoon, menahan lengan Junkyu yang berniat pergi.

Junkyu menggeleng.

"Lalu apa-apaan yang tadi?????"

"Itu ciuman untuk hari ini. Sajangnim pulang duluan saja, aku masih punya banyak pekerjaan." setelah berkata begitu Junkyu benar-benar melengos pergi.

Meninggalkan Jihoon yang bersandar pada dinding wastafel, dengan jantung yang akan meledak.

"Wah... bisa-bisanya dia membuatku seperti ini..." Jihoon mengangkat wajah, menemukan wajahnya yang sudah merah padam pada pantulan cermin.





C o m p l i c a t e d











ryoudesune note : republished.

Complicated - JikyuWhere stories live. Discover now