12. New start

1.2K 193 72
                                    



C o m p l i c a t e d





Sebagai seorang laki-laki Jihoon benar-benar membuktikan ucapannya, sisa waktu hari ini dihabiskan di atas kasur dengan Jihoon yang memeluk Junkyu erat-erat.

Junkyu sudah sering menolak, secara terang-terangan gelagatnya menunjukkan kalau dia merasa tidak nyaman berada di situasi ini.

"Kalau kau tidak suka, katakan dengan jelas." kata Jihoon tiba-tiba. Laki-laki yang lebih tua itu menyadari semua gelagat yang lebih muda, Junkyu berada dalam dekapan eratnya, mana mungkin Jihoon tidak menyadari kalau badan yang ia peluk sejak tadi menegang kaku.

Pelukan Jihoon melonggar tapi tidak benar-benar terlepas, ada jarak di antara keduanya. Jihoon menatap Junkyu lekat, bibirnya menyunggingkan senyum tipis.

"Jangan hanya bergelut dengan pikiranmu," poni dan sebagian rambut Junkyu bagian depan Jihoon sibak ke belakang, membuat dahi mulus si Kim terlihat jelas. "Semua yang ada di kepalamu, katakan semuanya, agar aku mengerti. Agar aku tahu apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan."

"Aku tidak nyaman," Junkyu meringis ketika menyadari perubahan air muka Jihoon, terlihat kaget tapi senyum tipis rupawan itu tidak benar-benar luntur.

"Oke."

Tepat setelah mulut Jihoon terkatup rapat, badannya meringsek mundur sampai ke tepian kasur sempit milik Junkyu. Jihoon terlentang kemudian menatap langit-langit kamar, berpikir kira-kira topik apa yang perlu ia angkat supaya suasana canggung ini bisa berakhir.

"Kau bisa membunuhku sekarang juga," tapi Junkyu tanpa diduga lebih dulu angkat bicara, yang lagi-lagi membicarakan topik yang sangat menyebalkan.

"Dari banyaknya topik pembicaraan, kenapa kau terus mengungkit hal yang sama huh?" yang lebih tua mendengus, sedikit melirik ke samping. "Itu topik yang menyebalkan, bisa bicarakan hal yang lain saja?"

"Harusnya," Junkyu merasakan tenggorokkannya sempat tersendat. "Saat kau tidak mendapat apa yang kau inginkan—bukankah lebih baik kau membunuhku?"

"Aku tidak bisa melakukannya," tidak ada satu detik setelah kalimat Junkyu mengudara milik Jihoon langsung menimpali dengan cepat. "Lagi pula kenapa aku harus?"

"Karena seperti yang kau bilang, menghilangkan satu nyawa agaknya bukan hal yang sulit untukmu, Park Jihoon-ssi."

"Benar sih..." Jihoon meringis tapi diam-diam tertawa sendiri. "Tapi dari pada harus melukaimu, atau bahkan membunuhmu seperti yang kau inginkan..."

Kasur ikut bergerak ketika Jihoon tiba-tiba merubah posisi tidurnya menjadi menyamping dan membiarkan kepalanya bertopang pada satu tangan sedang tangan lain ia taruh di atas pinggang dengan pandangan yang tidak lepas dari wajah polos laki-laki bernama Kim Junkyu.

"Aku lebih ingin memegang tanganmu, menyentuh wajahmu, mengusak rambutmu, mencium pipi gembilmu, atau bibirmu yang selalu tersenyum begitu cerah."

"Junkyu, kau bukan lagi anak kecil. Kita sama-sama seorang pria dua puluh delapan tahun, harusnya kau tahu apa yang lebih kuinginkan."

Terkadang Jihoon masih tidak mengerti, kenapa citranya masih terlihat buruk di mata Junkyu. Selama dekat dengan laki-laki Kim itu Jihoon ingat ia tidak pernah melakukan sesuatu yang burukㅡjustru sejauh ini ia hanya memperlakukan Junkyu layaknya Raja.

Jihoon jadi penasaran kira-kira apa yang Junkyu telah lihat atau dengar sehingga dia semudah itu menarik kesimpulan tak berdasar.

"Apa aku terlihat terlalu buruk, sampai kau menganggapku sebagai orang jahat yang suka menyakiti orang lain?" akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulutnya. "Kenapa kau selalu terlihat takut berada di dekatku, padahal jelas-jelas aku tidak pernah tega melukaimu barang seujung jari pun."

Complicated - JikyuWhere stories live. Discover now