13. Gimbab

1.2K 170 56
                                    



C o m p l i c a t e d








Fajar mulai menyingsing menyambut hari baru. Hari penuh dengan rutinitas biasa yang membosankan bagi segelintir orang, tidak termasuk dua orang anak adam yang pagi ini sama-sama terbangun dengan senyum cerah. Bahkan matahari yang bersinar cerah di atas langit pagi pun kalah cerah.

"Morning," Park Jihoon menyambut Junkyu yang baru saja keluar dari kamar, senyum laki-laki itu merekah lebar—lantas membuat Junkyu tanpa sadar ikut mengulas senyum.

"Morning too," Junkyu balas menyapa. Suaranya masih terdengar serak khas orang yang baru bangun tidur, ya memang sih, dia baru saja bangun dari tidur nyenyaknya. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul dia bergeras pergi keluar kamar, mencari seseorang yang semalam tadi bersikeras tidak mau melepas pelukan terhadap badannya.

Ternyata yang dicari tengah duduk di atas sofa—dengan wajah bantal, rambut berantakan serta tatapan kosong yang menatap segelas air putih di atas meja. Melamunkan sesuatu tapi ketika mendengar bunyi derit pintu kamar yang menutup fokusnya langsung teralihkan, dan senyumnya langsung merekah lebar begitu menyadari eksistensi Junkyu.

"Sedang apa?" tanya Junkyu basa-basi.

Jihoon menggeleng tak yakin, "hanya memikirkan sesuatu..." dengan bahu yang terangkat acuh.

"Kalau begitu aku akan cuci muka sebentar lalu buat sarapan—"

"Bagaimana kalau kita keluar saja? Cari sarapan?" tawar Jihoon.

Kening Junkyu mengernyit. "Keluar?"

"Iya, kita cari sarapan di luar." Jihoon mengangguk. "Tiba-tiba aku ingin makan gimbab."

"Aku tahu tempat yang menjual gimbab yang enak," respon Junkyu seraya mengusak rambutnya yang berdiri tak karuan. "Tunggu sebentar." lalu eksistensinya hilang di balik pintu kamar mandi yang tertutup rapat.

Setelah menghabiskan air putihnya Jihoon beranjak bangun membawa serta gelas kosong ke dalam dapur sempit flat milik Junkyu, menyalakan keran pada wastafel dan mencuci wajahnya sendiri.

Air yang dingin entah kenapa membawa kembali ingatan-ingatan Jihoon yang telah lalu—mulai dari pertama kalinya ia tidak sengaja melihat senyum cerah Junkyu, suara tawa renyah Junkyu, wajah panik Junkyu saat pertama kali Jihoon menyapanya sampai kepada raut putus asa dan kaku Junkyu. Semua bagaikan potongan film yang mendadak berputar di kepalanya.

Astaga. Sepertinya Jihoon memang benar telah jatuh begitu dalam pada pesona Junkyu.

"Jihoon—astaga kau sedang apa?!"

Jihoon masih di tempat yang sama, tidak bergerak sama sekali, sampai pekikan Junkyu terdengar, membawa kembali kesadaran yang sempat menghilang sesaat.

"Uh, aku tidak—"

"Kau sengaja membasahi kepala—sampai rambutmu begitu?" tanya Junkyu heran, dia mendekati rak handuk yang ada di sebelah kamar mandi meraih satu handuk kecil dari sana. "Bajumu basah." dan menyampirkan handuk tersebut ke atas pundak Jihoon.

Setelah mengucap kata 'terimakasih' Jihoon mengelap wajah serta rambutnya yang basah. Ternyata tidak baik melamun saat mencuci wajah, buktinya Jihoon tidak sadar kalau kepalanya sudah ada di bawah keran air yang terbuka, otomatis kepala dan rambutnya sekarang basah.

"Hoodie atau sweeter?" Jihoon kembali dikejutkan dengan kehadiran Junkyu yang menyodorkan hoodie berwarna putih di tangan kanan dan sweeter warna cream di tangan kiri.

Complicated - JikyuWhere stories live. Discover now