10. Feel Betrayed

1.1K 195 61
                                    

C o m p l i c a t e d



Sialan.

Tidak tahu sudah kali keberapa Jihoon mengumpat di dalam hati, mungkin sembilan puluh sembilan atau bahkan seratus lebih kata tersebut diumpat keras-keras.

Tolong jangan tanyakan bagaimana kondisi Jihoon saat ini, kurang lebih cukup kacau.

"Aku tidak pernah menyukaimu, Park Jihoon-ssi. Selama ini aku hanya berpura-pura untuk melindungi diriku sendiri. Maaf."

Sialan.

Bisa-bisanya selama ini Jihoon tertipu dengan tingkah polos Junkyu. Bisa-bisanya orang seperti Jihoon kecolongan—yah, tidak ada manusia yang sempurna kan. Tidak ada manusia yang benar-benar pandai dalam segala aspek, Jihoon contohnya. Meski pandai dalam menyusun strategi bisnis, agaknya cukup payah kalau sudah menyangkut masalah hati dan percintaan.

Dulu sekali Jihoon tidak pernah percaya dengan yang namanya jatuh cinta, bullshit, melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana praha rumah tangga ayahnya—yang telah wafat tiga tahun lalu—dengan ibunya membuat Jihoon belajar kalau kalimat cinta yang mudah dilontarkan, 'Aku mencintaimu', tidak lebih dari hal memuakkan.

Mana ada orang yang saling melontarkan kalimat cinta berakhir saling menyakiti satu sama lain. Percuma jika ibunya selalu memuja sang ayah dengan kalimat cinta kalau akhirnya dengan tega mendorong laki-laki itu terjun dari balkon rumah lantai lima.

Akhirnya Jihoon membenci wanita dengan semua perkara soal cinta yang memuakkan. Jihoon bersumpah dirinya tidak akan berakhir menyedihkan seperti ayahnya.

Tapi semua berubah sejak keberadaan Kim Junkyu mampu menarik serta mengalihkan dunia Park Jihoon.

Bagaimana bisa senyum manis seorang laki-laki membuat jantungnya memukul-mukul dengan keras??

Bagaimana bisa suara tawa seorang laki-laki terdengar lebih merdu dari penyanyi seriosa yang sering ia dengarkan??

Bagaimana bisa tingkah ceroboh seorang laki-laki mampu membuat Jihoon terkekeh dan khawatir di saat yang bersamaan??

Sejak awal Jihoon telah jatuh cinta begitu banyak. Cintanya untuk Junkyu telah membutakan mata dan akalnya, wajar kalau selama ini tingkah tertekan Junkyu disalah artikan oleh dirinya sendiri.

Jihoon terlalu senang dengan kenyataan bahwa orang yang begitu ia inginkan kini telah sempurna berada dalam genggaman dan Jihoon terlalu mengutamakan perasaannya sendiri sampai lupa dengan fakta bahwa cinta bukan hanya tentang hubungan satu arah.

Pukul dua dini hari Jihoon terbangun karena alasan yang tidak jelas. Ia hanya terbangun begitu saja dengan kondisi kepala yang sedikit pening pada ubun-ubun kepala.

Aroma milik Junkyu yang tertinggal di kamarnya tiba-tiba menginterupsi gerakan tangan Jihoon yang memijit pangkal hidung. Wanginya terasa begitu nyata seolah si pemilik aroma tengah berada di sini—berbagi kasur seperti malam yang sudah-sudah.

Tidak, Jihoon pasti hanya sedang berhalusinasi. Atau bisa jadi ini hanya sekedar mimpi belaka, karena tidak mungkin Kim Junkyu ada di sini setelah kejadian tadi sore. Tidak, sangat tidak mungkin.

Jihoon ingat setelah kalimat mengejutkan Junkyu ia dengar mobil kembali melaju, dengan kecepatan yang lebih cepat dari sebelumnya—membelah jalanan tanpa mau mengerti kecepatan mobil mewah itu bisa saja menyebabkan sebuah kecelakaan.

Junkyu turun di depan gedung flat yang dia huni dan Jihoon tanpa repot mengucap salam perpisahaan segera menginjak pedal gasnya dalam-dalam, meninggalkan area tempat tinggal Junkyu dengan perasaan campur aduk.

Complicated - JikyuWhere stories live. Discover now