9. Chaos

1K 195 63
                                    




C o m p l i c a t e d








Junkyu merasa dirinya telah dikuliti hidup-hidup oleh tatapan tajam Jihoon saat ini.

Jantungnya berdebar lebih keras, lebih tidak karuan lagi dari yang sudah-sudah. debaran yang sangat keras itu mirip genderang yang mau pecah. Junkyu yakin suaranya pasti sudah sampai ke telinga Jihoon saking kerasnya.

Dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir, tepatnya setelah Jihoon mendatanginya secara terang-terangan, tatapan mata yang lebih tua adalah hal yang sangat Junkyu hindari. Orang bilang mulut bisa saja berdusta, tapi tatapan mata tidak bisa benar-benar berdusta dan Junkyu adalah tipe yang tidak bisa berbohong—matanya selalu memancarkan kebenaran sekalipun mulunya baru saja berbohong.

Sebaliknya, tatapan mata Jihoon justru tidak bisa ditebak. Mata boba itu seperti memiliki pelindung yang tidak bisa ditembus, menyulitkan Junkyu jika ingin eksplorasi sesuatu lewat tatapan mata yang lebih tua. Dan Junkyu benci ketika mata itu sudah menatapnya dengan tatapan tajam, tahu apa? Hanya dengan tatapan mata Junkyu merasa tidak berdaya.

Berlaku untuk situasi sekarang dimana Junkyu agaknya kesulitan menarik napas. Bukan karena kadar oksigen di dunia tiba-tiba berkurang, bukan pula karena organ penapasannya kehilangan fungsinya, bukan. Junkyu hanya merasa napasnya tersendat hingga sesak kini memenuhi rongga dada.

"KIM JUNKYU!"

Bahkan teriakan keras yang tiba-tiba itu tidak benar-benar bisa mengagetkan Junkyu yang terkenal mudah dikagetkan. Bola mata Junkyu hanya bergulir pelan, menemukan wajah panik rekan kerja terdekatnya. Jaehyuk.

"Jangan ganggu kami—"

"Maaf Sajangnim, tapi Junkyu harus segera pergi dari sini!" seruan Jaehyuk memutus kalimat Jihoon.

Jihoon mengernyitkan dahi. "Ada apa?"

"Sesuatu telah terjadi dan Junkyu tidak boleh ada di sini!" Jaehyuk dengan kerjapan mata yang panik segera menarik lengan Junkyu, tapi tidak sampai sedetik tangannya ditepis dengan kasar.

"Jangan sentuh," ujar Jihoon. Nada bicaranya kini sepenuhnya berubah Jaehyuk tidak lagi mendengar ada sedikit keramahan dalam nada bicara Jihoon barusan.

"Tapi Sajangnim—"

"Ada apa? Kenapa Junkyu harus segera pergi dari sini?" potong Jihoon. "Jelaskan padaku."

Jaehyuk mengangguk setelah menelan ludahnya susah payah, Jihoon yang ada di depannya ini terlihat menyeramkan, sangat berbeda dari Jihoon yang ia lihat saat makan siang bersama atau Jihoon yang bertingkah panik saat tahu Junkyu terjatuh dari tangga.

"Ibu Sajangnim—maksudnya Nyonya Park tiba-tiba mendatangi ruangan kami, lalu marah besar dan menyuruh semua orang untuk menyeret Junkyu ke depannya."

Ekspresi wajah keras Jihoon luntur, digantikan dengan raut wajah bingung. "Apa? Apa maksudmu?"

Jaehyuk menggeleng karena jujur dia pun tidak benar-benar paham mengapa Nyonya Park tiba-tiba mendatangi ruangan kerja mereka dan meledakkan amarah sembari menyebut-nyebut nama Kim Junkyu. "Saya tidak tahu Sajangnim."

Pandangan Jihoon kembali ke wajah Junkyu yang tidak berubah sama sekali air mukanya. "Kamu baru saja melakukan kesalahan—shit!" niatnya ingin bertanya tapi akhirnya dia mengerti dengan sendirinya.

"Kita pergi sekarang." tanpa banyak bicara Jihoon menarik tangan Junkyu ke arah pintu darurat yang tertutup.

"Jangan lewat situ!" adalah teriakan Jaehyuk yang membuat dua langkah kaki dua anak adam terhenti sesaat. "Nyonya Park mungkin saja masih ada di sana, kalian harus pergi secara diam-diam karena demi Tuhan, Nyonya Park akan memberi siapapun uang bagi mereka yang berhasil menyeret Junkyu ke depannya."

Complicated - JikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang