C H A P T E R 05.

25.7K 1K 26
                                    


Kirana mematikan kompornya. Nasi goreng buatannya ia tuang kedalam piring untuknya dan Angga. Wajan yang ia gunakan ia taruh di tempat cucian piring.

Kirana memberi telor ceplok di atas kedua nasi goreng. Ia juga memberi sedikit hiasan.
Ia menaruh kedua piring nasi goreng di meja makan dan menuangkan air putih ke dalam masing-masing gelas.

Angga yang baru saja keluar dari kamar mandi mencium wangi nasi goreng buatan Kirana. Lalu dengan keadaan rambut setengah basah karena ia sempat mencuci rambutnya terlebih dahulu biar lebih fresh.

Angga menghampiri Kirana yang sedang menata meja makannya. Lalu melihat nasi goreng dengan telor ceplok yang sangat menggoda.

Kirana mendorong kepala Angga agar rambutnya yang basah tidak mengenai makanan mereka.

"Keringkan dulu baru bisa makan." Ucap Kirana sembari menahan rambut Angga depan yang panjang.

Angga yang mendengarnya langsung memeluk pinggang Kirana.

"Bantu keringin ya?. Aku nggak bisa keringin rambut aku." Alibi Angga padahal selama ini dirinya melakukan semuanya sendiri.

Kirana hanya mengangguk tidak ingin ribut. Lalu Kirana melepaskan pelukan Angga dan mencari handuk rambut di kamarnya.

Angga hanya menunggu Kirana sembari memainkan handphonenya mengecek berkas-berkas yang dikirim melalui e-mail. Kirana berjalan menuju ke arah Angga dengan sebuah handuk rambut.

Lalu ia mengeringkan rambut Angga dengan Angga yang membelakanginya. Angga yang merasa rambutnya sedang di keringkan oleh Kirana pun membalikan badannya menghadap Kirana.

Angga memeluk pinggang Kirana dengan erat seolah-ola tidak ingin melepaskannya. Angga memperhatikan Kirana dari bawah.

Kirana sangat cantik. Apa lagi dengan baju seperti ini. Terlihat cantik dan dewasa.

Tetapi Angga tidak menyukainya. Menurutnya Kirana lebih cantik pakai pakaian kaus dengan celana panjang. Tidak seperti ini yang membuat tubuh Kirana terlihat lebih menonjol.

Membuat Angga membayangkan betapa banyak laki-laki yang sudah melihat tubuh Kirana yang sangat bagus ini. Angga cemburu.

Angga mengeratkan pelukannya. Lalu ia menggeram marah dengan kepalanya ia tenggelamkan di perut Kirana.

Kirana yang merasakan pelukan di pinggangnya mengerat pun bingung.

'Ini anak kenapa moodnya berubah-ubah begini deh. Aneh. Dulu aja nggak begini.' Batin Kirana

Kirana yang telah mengeringkan rambut Angga. Ia berusaha melepaskan pelukan di pinggangnya.

"Angga ayo sarapan. Lepas dulu pelukannya gue mau sarapan." Ucap Kirana berusaha selembut mungkin padahal dalam hatinya ia kesal di peluk terus tetapi ia harus bisa mengimbangi mood Angga.

Angga yang melepaskan pelukannya. Lalu ia menghadap ke arah makanannya untuk sarapan. Raut mukanya tidak bisa Kirana baca.

Angga memasang wajah datar saat menyantap sarapannya. Kirana hanya mengedik bahu melihat mood Angga tiba-tiba berubah.

Kirana menyantap makanannya dengan khidmat begitu pun dengan Angga.

Kirana telah selesai sarapan dan meminum air dengan beberapa kali tegukan agar melepas dahaganya.

"Gue dah selesai makannya cepet jangan lama lo makannya. Gue mau ke kantor agak pagi ada berkas yang harus gue cek. Gue harap ini terakhir kalinya lo ke apartemen gue dan temuin gue." Ucap Kirana dengan memperhatikan jam yang melekat di pergelangannya.

Angga memperhatikan Kirana dengan intens. Lalu ia mempercepat makannya dan meminum air putihnya hingga tandas. Ia berdiri setelah menghabiskan sarapannya.

Kirana berjalan mendahului Angga. Angga mensejajarkan langkah Kirana dengan langkahnya.

"Biar aku antar ke tempat kerja kamu." Ucap Angga santai.

Kirana yang mendengar perkataan Angga tiba-tiba menghentikan langkahnya yang beberapa meter lagi sampai di pintu apartmennya.

"Gue bisa sendiri dan gue juga nggak mau di anter sama lo." Ucap Kirana melihat Angga dengan raut tidak mau nya.

Lalu dengan secepat kilat Angga mendorong badan Kirana ketembok dan mengunci tangan Kirana di atas kepalanya dengan tangannya sendiri.

Ia mencium tepat pada bibir Kirana.

Ia mencium bibir Kirana dengan dalam. Ia berusaha menerobos seingin menginvasi gigi Kirana. Kirana seolah mengunci rapat bibirnya dengan rapat tidak mengizinkan seseorang untuk memasukinya.

Angga meremas pantat Kirana dengan kuat. Ia seolah tidak kehilangan akal Agar ia bisa menerobos mulut Kirana.

"Auh." Desah Kirana akibat kelakuan Angga.

Mulut Kirana terbuka. Angga langsung saja menerobos dan menginvasi semua dari mulut Kirana, termasuk giginya.

Selama beberapa menit Angga terus mendominasi ciuman tersebut tanpa ada pergerakan dari Kirana. Saat Kirana kehabisan nafas karena ciuman tersebut. Angga melepaskan ciumannya.

Kirana langsung menghirup udara dengan rakus karena ia sangat sesak. Lalu ia melihat Angga dengan tatapan entahlah Angga pun tidak tahu.

"Di antar sama aku atau kamu besok nggak bisa jalan seharian?." Ucap Angga dengan menatap tepat pada bola Kirana yang sedang mengungkapkan sesuatu lewat matanya.

Angga tidak tahu apa itu artinya. Ia sekarang hanya akan berfokus bagaimana caranya Kirana menjadi miliknya lagi.

Kirana yang di beri pertanyaan tersebut hanya mengangguk saja capek dengan kelakuan Angga. Angga yang melihatnya lalu tersenyum.

Ia merangkul Kirana dengan sayang. Ia membantu Kirana karena Kirana seperti itu karenanya.

Angga berjalan keluar dari apartemen dengan merangkul bahu Kirana. Ia juga mengunci pintu apartemen dengan senantiasa merangkul bahu Kirana.

Ia seolah tidak ingin melepaskan Kirana.

Angga berjalan sambil merangkul Kirana menuju ke arah apartemen sebelahnya. Angga tiba-tiba berhenti membuat Kirana pun jadi ikut berhenti melangkah.

"Kenapa berhenti?." Ucap Kirana bingung tiba-tiba Angga berhenti.

Angga tersenyum kepada Kirana. Kirana merasakan ada yang berbeda dengan senyum tersebut.

"Kebetulan apartemen kita sebelahan. Aku ambil baju ganti dulu ya." Ucap Angga santai lalu meninggalkan Kirana yang di luar tengah terbengong.

Ini kesempatan Kirana untuk kabur dari Angga. Bukannya kabur, Kirana malahan terdiam lama dengan semuanya.

Angga sungguh gila. Dia seperti psychopath.

Angga keluar dari apartemennya dengan sebuah satu setelan jas kantoran dengan sepatunya.

"Aku tau kamu terkejut. Nanti aku bakalan jelasin ke kamu seberapa tahunya aku terhadap apa pun di hidupmu." Ucap Angga dengan tersenyum.

Kirana merasa speechless dengan ucapan Angga. Antara percaya dan tidak percaya.

"Ayo kita berangkat. Nanti kamu terlambat sampai di kantornya." Ucap Angga lagi.

Angga berjalan menuju arah lift sambil merangkul bahu Kirana. Kirana hanya terdiam terus dengan memandang Angga dengan tatapan yang beragam.

' Angga sudah benar-benar gila.' Batin Kirana.

EX - P O S E S S I V E

EX-POSESSIVEWhere stories live. Discover now