Chapter 4: Airlangga's

2.8K 233 2
                                    

🎶Could have been my happy ever afterLiving like we're in a fairy taleBut you and me were more like a disasterI should have known🎶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎶Could have been my happy ever after
Living like we're in a fairy tale
But you and me were more like a disaster
I should have known🎶

((Swiss, 10:49))

"Oke FedEx, tolong kirim barang-barang gue tanpa cacat, yak," gumam lelaki itu pelan di dalam kamar yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Seharusnya tak ada ada yang mendengar gumamannya barusan. Gumaman tak penting yang ia tunjukan bak pengharapan biasa. Kepada ekspedisi yang menangangi barang-barangnya, tentu saja.

Empat koper dengan sembilan kardus besar. Yonaviar Airlangga sedang mencoba memasukan barang-barangnya ke dalam sana, dipaksa, agar masuk semua. Padahal mustahil sekali dia bisa membawa banyak koleksi action figure sekaligus dengan semua barang di rumahnya ini hanya dengan jumlah koper dan kardus-kardus itu.

"Nambah satu kardus aja Yon kalau nggak muat."

Namun rupanya, sang ibu telah berada di ambang pintu, memperhatikan anaknya yang sedang berkemas-kemas. Dia tidak sendirian dari tadi.

Yonaviar menaikan salah satu alisnya ketika menoleh. "Nggak ah. Mami tau nggak kenapa Yon bawa empat koper dan sembilan kardus? itu ada filosofinya." Lelaki itu mendesah pelan. "Masa ganti filosofi?"

Sang ibu yang menenglengkan kepala, hanya bisa menantikan jawaban dari anak lelakinya itu. Filosofi hidup Yonaviar, memang suka aneh-aneh.

"Apa?"

"Ekhem-ekhem. Dengerin, Mami, 'Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.' Filipi 4:9. Mami, itu untuk ngeredain kecemasan Mami soal kepergian Yon ke sana."

Lihat ini, siapa si religius yang kadang suka menentang ajaran Tuhan. Mulut siapa yang begitu alim hari ini? Agnes benar-benar heran, tapi tak dapat dipungkiri, wanita itu begitu menyayangi anaknya. Jelas saja, siapa lagi yang akan disayangi perempuan itu ketika dari keluarga kecil yang dibangunnya, tersisa satu anak saja yang hidup bersama dengannya.

"Yon."

Lelaki itu menoleh, merespon panggilan sang ibu yang benar-benar ragu akan keputusannya yang dinilai begitu tergesa-gesa.

"Apa Mamiku, lucuku, gemesku... Jangan sedih begitu."

Agnes, ibu dari laki-laki berusia 27 tahun itu mendesis pelan. Ada keraguan yang mengganjal dari dalam dirinya soal sang putra.

Ketakutannya bukan tak berdasar. Sudah cukup lama mereka tinggal jauh dari negeri kelahiran karena tak lagi sanggup bertahan lebih lama di tempat yang merenggut nyawa sang suami dan nama baik keluarga mereka.

Ayolah, bahkan Yonaviar Damarputra mengganti namanya menjadi Airlangga, saking tak ingin berurusan dengan nama yang dianggap kotor itu.

Yonaviar menghembuskan napasnya. Ia tersenyum ketika meraih kamera yang tergeletak dan belum dimasukkan ke tempatnya. Tangan panjang penuh tato meraihnya, diarahkan kamera itu kepada wanita yang melahirkannya ke dunia.

Antistrafei ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang