Chapter 40: Love in The Air

1.4K 121 3
                                    

"Love is accusing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Love is accusing."

🎶Did you forget? You said that in this lifetime, You can never get over me🎶

Lagi-lagi, pil pahit harus Dara telan, mendengar suaminya bicara begitu singkat di seberang telepon sana. Sean Brahmasta, lelaki itu selalu tak kehilangan cara membuatnya dirundung nestapa.

"Mas, kamu... lagi sama siapa?"

Dara tahu, dirinya tak berhak bertanya begitu, setelah persetubuhannya dengan Yonaviar beberapa minggu ke belakang berkali-kali. Pengkhianatan yang bukan hanya sekedar kesengajaan, sebab Dara melakukan itu dengan sadar dan tanpa paksaan siapapun, Setelah pelariannya di tengah tekanan mental akibat ketidakberadaan Sean di sisinya. Dara tahu, dia tak berhak mengakusisi Sean miliknya lagi, setelah dirinya justru gamblang melakukan perzinahan dengan fotografer favoritnya itu.

"Lagi sama rekan-rekan ada keluarga besar saya juga," jawab Sean di seberang sana. Suaranya benar-benar terdengar begitu mabuk.

Hampir saja Dara percaya bahwa itu hanya sekedar rekan, ketika suara Nafara Larissa jelas-jelas berada di sana, memanggil nama suaminya yang mengaku ada makan malam, ulangtahun Tante Sean, istri dari Om kandung suaminya itu.

"Kamu... udah makan Ra?" Sean bertanya ragu-ragu. "Kamu jangan lupa makan ya," pesannya menyusul.

Apa-apaan ini, Sean terdengar begitu perhatian, berbanding terbalik dengan sikap acuhnya yang terlalu dingin untuk dirasa. Dara menyeka air matanya, pandangannya nanar memandangi Kari ayam dan Tumis udang yang tadi ia sempatkan masak untuk makan malam Sean, sepulangnya dia dari Taman bunga di kawasan Kamandaka Utara untuk pemotretan. Perasaan bersalah yang setiap hari menyelimutinya akibat berkhianat luntur lagi, di dalam hatinya tersimpan kepuasan tersendiri telah bermain belakang begini. Dara tak mengerti mengapa ia merasa mencintai Sean sekaligus membencinya dalam satu kurun waktu yang sama. Ingin terus memeluk lelaki itu namun ingin menyakitinya juga.

"Udah... aku udah makan," ujar Dara berbohong. Nasi yang ia masak untuk dua orang itu masih utuh.

"Mas kamu pulang?"

"Ra, saya nggak pulang ya?"

Mereka berdua berkata beriringan, membuat rasa sakit baru hanya dengan percakapan kecil tanpa emosi. Dara yang bodoh, mengapa masih mengharapkan Sean pulang di tengah situasi pelik begini. Dara yang bodoh, mengapa ia masih menginginkan kepulangan suaminya ketika dirinya sudah kotor disentuh lelaki lain.

"Iya," jawab Dara. "Have fun party-nya Mas."

Telepon terputus. Dara menangis sebentar di kursinya. Lalu melirik jam dinding yang berada di ruang televisi. Sudah pukul setengah sebelas malam. Ia menganggukan kepalanya, meyakinkan diri sendiri bahwa dirinya baik-baik saja.

Dering ponsel kembali membuat ia terkesiap, Yonaviar, nama itu berada di layar ponsel saat dirinya ingin menempatkan masakan ke dalam kotak kedap udara sebelum dimasukan ke kulkas.

Antistrafei ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang