Chapter 11: Black Forward

5.5K 599 145
                                    

"Anything for you, as always

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anything for you, as always."

🎵I need you like oxygen. Tie you to me breathe you in. Prove it to me once again🎵


"Gue udah bilang, keluarga lo brengsek Mas!" Makian Gama terlalu keras, teman-teman kostnya langsung menoleh, beberapa dari mereka bertanya dengan bibir bergerak tak mengeluarkan suara, penasaran dengan apa yang terjadi.

Gama yang sadar kalau ucapannya begitu keras langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Ia menjauhkan diri dari kerumunan dan kembali lagi pada tujuan utamanya menelepon kakak iparnya, memaki. "Anjing, maaf-maaf, emang gue terima? ini keterlaluan. Kakak gue punya salah apa sih Mas? sampe keluarga lo begini?" protes Gama kesal. "Gue bilang dari awal, lo nggak usah nikahin Kakak gue kalo lo nggak bisa menjamin. Ah elah, gedeg bener."

Gama memijat keningnya, lelaki itu cukup lelah dengan tuntutan dosen pemimbing dan sekarang mendengar kabar yang begitu tak mengenakan. Setiap hari Dara menceritakan sesuatu yang membuat dia pikiran, di tambah berita hari ini yang tentu saja membuatnya ingin membawa kakaknya untuk pergi jauh dari rumah suaminya. Meski Sean Brahmasta baik, tetap saja keluarganya tidak ada yang setipe dengan lelaki itu.

"Ya. Terserah."

Sekembalinya dia dari kamar dan keluar menuju ruang tamu, teman-temannya masih sama sibuknya bermain game, ambisi mereka untuk menang ditambah lagi dengan taruhan sepeda motor dari Zaki memang menggiurkan, tapi menurut Gama tak ada yang lebih menggiurkan ketimbang memeluk kakak perempuannya di ibu kota sana.

Kemelut pikirannya mereda ketika seorang perempuan berjalan masuk kost-nya. Dia manis dengan rok selutut dan bandana senada.

"Waduh, Sara... tolong nih, Cowok lo ngomel mulu dari tadi, bawa pergi Sar. Berisik.."

Perintah teman-temannya hanya mendapat desis dan picingan dari Gama yang melempar mereka semua dengan kacang atom. Lelaki itu berusaha tersenyum lebar pada pacarnya yang baru datang, walaupun ramah menyambut, Sara tetap tahu bahwa Gama sedang gundah.

"Gama kamu kenapa?" bisiknya pelan, tepat di telinga Gama.

**

Tangan Sean terus menerus menggenggam tangan Dara pasca perempuan itu terjatuh di lantai tadi malam. Ia mengusap lembut dahi istrinya lebih dari sekali. Dirinya duduk bersimpuh di samping kasur. Sekarang pukul setengah tiga pagi, namun kantuk dan lelah Sean tidak ada, hanya ada rasa sedih dan ingin gadisnya itu terbangun.

Ia bahkan rela dimaki si puan dari fajar hingga senja. Ia ingin si Puan menyalak kepadanya. Atau, dia rela tangan Dara memukulnya berkali-kali, meluapkan semua amarah.

Antistrafei ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang