chapter 5

556 39 3
                                    

Enjoy this chapter. Maaf klo jelek. Terima comment dan voted.apalagi follow. dilarang flame.

(-^-)/

Mungkin ini sudah kesekian kalinya seorang pria bersurai biru kehitaman itu di cueki oleh pria bersurai cokelat disampingnya. Pria yang di cueki mendecih, menggerutu, menggumam serapah pada benda yg dibawa pria disampingnya.

Disaat ia kira benar-benar akan bisa pendekatan pada pria yang sudah melupakannya tapi perkiraanya salah, tetap saja tak ada perubahan. Pria bersurai cokelat kayu pecandu gadget itu mungkin tak mengerti jadi guru.

"Naoto, apa maksudmu memberikan aku soal tapi kau tidak mengajariku sama sekali ?"

"Sudah kubilang kan cari saja di buku paket cara mengerjakannya."

Jawabnya acuh sambil tetap menatap benda ceper itu. Naoki mendengus kesal.

"Yang jadi gurunya kau bukan bukunya. Untuk apa aku melihat buku ? Kalau isi di buku saja aku tak mengerti." Naoki mendecih.

"Apa peduliku ? Lagipula dari pertama aku memang tak ada niatan untuk mengajarimu." Ia menatap Naoki sebentar kemudian kembali menatap layar gadget ditanganya.

Seperti menyalakan api di sumbu yang dibasahi minyak tanah, Naoto mengucapkan kalimat itu menyulut sumbu emosi Naoki. Naoki bangkit dari tempat duduknya kemudian mendekati Naoto.

"Naoto, kau mau aku menyebarkan dirimu adalah seorang fanboy gila ? yang suka fanboying di kolom komentar meminta perhatian dari pembuat sebuah cerita gay ?" Naoki menatap tajam pria berkacamata yang tadinya fokus dengan gadget menghentikan aktivitasnya segera.

"Ap-apa maksudmu ,huh ?" Naoto menaikan kacamatanya yang kendor.

"Kau mau aku menyebarkan dirimu adalah seorang fanboy gila ?" Tanya Naoki. Kalah telak Naoto menggeleng.

"Kalau begitu ajari aku dengan serius sebelum aku benar benar melempar benda nista itu dari jendela ,sekarang juga." Naoto terhenyak kemudian mulai mematikan gadgetnya.

"Apa yang kau tak tau ?" Tanya Naoto terpaksa.

"Mencari pertambahan luas." Jawab naoki. Jujur Naoki tau itu ada di buku paketnya, bila Naoto mengetahui rumus itu ada di buku paketnya ia akan menyuruhnya untuk melihat buku dan tak bertanya.

Tapi kenyataan nya ia tidak tahu. Ia menulis rumus di kertas coret-coretan kemudian mulai menjelaskan dengan nada malas. Upaya modus dengan ancaman buang gadget berhasil.

Setelah selesai menjelaskan, tidak kapok pria berkacamata itu mengambil gadgetnya lagi dan mulai bermain. Naoki hanya menghela napas kemudian mulai mengerjakan soal di depanya, soal yang di berikan Naoto.

"Hei Naoto." Panggil Naoki masih fokus mencari koefisien muai luas.

"Hn ?"

"Apa yang membuat mu menyukai REN ?" Tanyanya untuk memecah keheningan.

"Bukan urusanmu." Jawabnya dingin. Naoki menyumpah serapah dalam hati ingin meremas tubuh manusia di sampingnya.

"Kau masih baca chapter 8 dari smile ?" Tanya Naoki sekali lagi. Respon cepat pria itu langsung menatap dirinya.

"Kau juga penggemar REN ? Tau darimana kau kalau aku membaca fiksi berjudul itu ?" Ucapnya bertanya dengan nada selidik.

Tergagap dan mulai tak fokus dengan soal yang menyuruhnya mencari Koefisien muai volume ia mulai menguras isi otak mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan yang ia mulai duluan.

Asal bicara indetitas dirinya sebagai REN akan terbongkar.

"Yah... ngg...aku kira ya aku juga menyukai REN." Tertawa pendek padahal tak ada lelucon. Yang bertanya menatap mulai curiga.

fanboy ? (DISCONTINUED)Where stories live. Discover now