chapter 10

220 16 6
                                    

Angin bertiup perlahan membawa hawa dingin menyejukkan. Pria bersurai biru dongker kehitaman mengangguk-anguk menahan kantuk karena tidak tidur semalam. Suara wanita berkacamata yang kini menjelaskan tentang sub pelajaran sejarah bagaikan alunan lagu penghantar tidur. Beban pada matanya semakin lama semakin memberat. Naoki Keisaku sudah tak tahan lagi, pasrah pada semua panca indra dan anggota tubuh yang protes ingin minta istirahat, akhirnya ia memejamkan matanya dan tertidur dengan posisi kepala yang menunduk.

Pria bersurai cokelat dengan kacamata bertengger pada batang hidung melirik teman sebelahnya yang kini mendengkur pelan dengan nyaman menikmati tidur terlarangnya. Sebenarnya pria pintar ini tak peduli sama sekali dengan pria disebelahnya. Tapi entah kenapa karena orientasi seksualnya yang memang sudah belok, ia terpana-oke itu terlalu berlebihan, ia kagum dengan wajah pria disampingnya.

Sejak kejadian Naoto numpang nginap dirumah Naoki, dan tragedi sentuhan sensual walau cuma pelukan saat tidur bersama karena alasan tak punya tempat tidur selain yang ia tiduri, Naoto jadi terpana dan selalu kagum dengan wajah pria yang tak pernah melepas senyum dari wajahnya .

Tapi sepertinya nasib pria bersurai hitam kebiruan itu tidak beruntung. Sang guru sejarah tiba-tiba memanggil namanya. Karena berat mata membuat saraf pendengaran tak stabil, orang yang dipanggil tak merespon sembarang menoleh atau menjawab. Panggilan berlangsung tiga kali, sang guru mulai curiga. Naoto menendang keras kaki meja milik pria disampingnya.

"Bangun tukang senyum ! Ini bahkan bukan jam tidur siang,bodoh" bisik Naoto keras

Tersentak kaget Naoki membuka mata perlahan menjernihkan pikiranya.

"Kau dipanggil sensei , BAKA !" Bisik Naoto lagi. Sigap Naoki berdiri dengan menggebrak meja kemudian membungkuk minta maaf.

Perempuan berkacamata yang menjabat jadi guru sejarah memandang curiga Naoki , kemudian menyuruhnya melanjutkan membaca halaman yang sebelum ia baca. Naoki menelan ludah berat. berteriak mampus dalam hati, Naoki sama sekali tidak menyimak satu kata apapun dalam bongkahan daging berjuta syaraf dikepalanya.

Matanya melirik Naoto memelas, minta tolong. Naoto memutar matanya ingin sama sekali tak peduli dengan pria tukang senyum itu. Tapi apa daya, Naoki terlalu berbakat menjadi pengemis. Aura minta dikasihani nya memancar terlalu kuat.

"Buku paket halaman 45 alinea 5 baris ke 4." Bisiknya sebal. Naoki tersenyum lebar dengan tatapan terimakasih.

Naoki dengan kecepatan kilat membuka buku paket sejarah dan mencari halaman yang dimaksud kemudian membacanya. Belum selesai ia membaca, Bel istirahat makan siang berbunyi nyaring. Sang guru menghela napas kemudian membereskan buku-bukunya.

Ketua kelas memberikan salam, Pelajaran pun dilanjutkan minggu depan. Naoki mendesah lega, menjatuhkan dirinya dikursi.

"Fyuh...hampir saja, Thanks Naoto."

"Aku tak butuh terimakasihmu, nggak guna." Ucap Naoto mengambil tablet nya, tentu saja untuk melihat apakah REN sudah update atau belum.

"Kau jahat sekali Naoto-kun." Naoki memanyunkan bibirnya sok imut. Naoto tak peduli dan masih berkutat pada tabletnya.

"Tak makan siang ? Ini sudah jam makan siang kan ? Nggak lapar ?"

"Kalau aku makan sekarang nanti malam aku bisa berakhir mati kelaparan. " jawab Naoto menatap tablet pintarnya.

Naoki cemberut, merasa di cueki dengan cepat ia mengambil tablet dari tangan pria berkacamata. Sang empunya menjerit protes

fanboy ? (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang