I will make you happy

1.7K 139 7
                                    

Gelap....

Apa aku sudah mati?

Bukankah Lucas menyelamatkan ku?

Aku takut.... Siapa saja....

Tolong keluarkan aku dari kegelapan ini.....

"Athanasia..."

Lucas?

Lucas, kau dimana?!

"Tenanglah. Aku bersama mu."

Hikss... Lucas, kau dimana?

Di sekeliling ku hanyalah kegelapan. Aku tidak tau ini di mana.

Tiba-tiba sebuah cahaya muncul dan menyinari ku. Cahaya itu terasa hangat. Kehangatan yang sering kurasakan saat Lily memelukku.

.
.
.
.
.
.
.
.

Seorang gadis berambut pirang itu tengah tertidur dengan damai. Pakaian kotornya telah berganti menjadi gaun sederhana berwarna putih yang nyaman.

Bulu mata yang lentik itu perlahan bergerak di susul kelopak mata yang terbuka menampilkan mata permata yang begitu indah.

Hal yang pertama gadis dengan mata permata itu lihat adalah langit kamar berwarna hitam.

Mengerjap beberapa kali, dirinya mulai berusaha duduk. Kepalanya terus berdenyut dengan kuat. Seolah ada palu yang terus memukulnya.

Mata permata itu menatap sekitar. Dirinya sedang terduduk di kasur dengan selimut berwarna hitam. Lalu, di ruangan ini ada sebuah meja kecil dan juga jendela tanpa kaca.

Ini di mana? Batinnya.

Seingatnya ia sedang minum teh bersama Zenit di taman bunga kesukaan Zenith. Tiba-tiba Zanit muntah darah begitu meminum tehnya. Ia yang panik langsung memanggil siapa saja.

Lalu....

Lalu....

"Papa! BUKAN AKU PELAKU!!! BUKAN AKU!!!"

"Jalang tidak tau diri. Kurung dia di penjara. Besok pagi jalang itu harus di hukum gantung di alu-alun. Dan satu hal lagi, mulai hari ini kau bukan Putri Mahkota Obelia ataupun Princess. Kau hanya si Pendosa sialan yabg seharusnya tidak pernah lahir. Bawa dia!"

"TIDAKK!!!! PAPA!!!! PAPA!!! AKU TIDAK BERSALAH!!! AKU TIDAK BERSALAH...."

Athanasia kembali mengingat apa yang terjadi padanya. Tubuhnya kembali gemetar ketakutan. Semua hal yang terjadi padanya seolah menjadi film yang terus berputar berulang kali.

Pintu ruangan itu terbuka, menampakan Pria berambut hitam masuk dengan tangan yang memegang nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air.

"Oh, Princess. Kau sudah bang-"

Perkataan Lucas terhenti begitu melihat gadis bersurai emas itu memeluk dirinya sendiri dengan gemetaran.

"Tidak.... Tidak.... Aku tidak bersalah.... Aku tidak bersalah.... " Ucapnya lirih.

Lucas segera mendekati Athanasia. Nampan yang ia pegang ia letakkan di meja kecil.

Tangan Lucas memegang pundak Athanasia langsung di tepis gadis itu.

"TIDAK! JANGAN SENTUH AKU! JANGAN!!!" Athanasia segers menghindari Lucas. Pikirannya berkelana saat ke peristiwa dimana dirinya di siksa di penjara. Beberapa sipir penjara mencambuk dirinya tanpa ampun.

Rasa sakit saat itu masih terasa. Tubuhnya bergetar begitu mengingat semua kejadian itu.

Lucas membulatkan matanya tidak percaya. Gadis di depannya saat ini sangat rapuh. Gadis tangguh yang akan selalu tersenyum saat menghadapi masalah telah hilang.

Lucas menggertakkan giginya. Berusaha menahan amarah. Semalam ia mengobati tubuh Athanasia yang di penuhi luka yang lumayan dalam.

'Sialan! Harusnya ku bunuh mereka semua!' Maki Lucas dalam hati.

Tapi sekarang ada yang lebih penting, yaitu menangkan Athanasia.

Dengan perlahan Lucas berusaha menyentuh Athanasia lagi tapi respon gadis itu sama. Menghindarinya.

"TIDAK.... JANGAN SENTUH AKU... HIKSSS.... JANGAN!!!!" Jeritnya nyaring disertai air mata yang mengalir. Ia terus berontak saat ada yang menyentuhnya.

Tapi... Gerakannya terhenti begitu mendengar suara itu.

"Athanasia! Tatap aku."

Maya ruby menyala yang menyiratkan kekhawatiran itu membuatnya tersadar. Perlahan, air mata semakin menetes.

"Hikss... lucas hikss... " hanya itu yang bisa Athanasia ucapkan.

Lucas memeluk Athanasia. Membiarkan gadis itu menangis sepuasnya. Tubuh kecil itu begetar begitu hebat dan Lucas hanya bisa mengelus punggung Athanasia.

Lucas tidak peduli pada kemeja hitamnya basah karena air mata yang di keluarkan Athanasia adalah kekecewaan, amarah, kesedihan, dan juga putus asanya yang selama bertahun-tahun ia tahan.

"Hiksss.... Hiksss.... "

Sesuatu di dada kiri Lucas seperti di remas oleh sesuatu yang tak terlihat. Ia seolah merasakan kesedihan Athanasia.

"Kau aman. Kau tidak berada di neraka itu lagi. Kaisar pincang sialan itu tidak akan bisa menyentuhmu lagi. Jadi tenanglah. Aku di sini. Aku akan selalu bersama." Ucap Lucas berusaha menenangkan Athanasia.

"Hiksss.... Hiksss... Lucas... Mereka menyiksa hiksss ku. Apa salah ku? Hikss Dia hikss bilang aku hikss bukan hikss putrinya. Dia bilang aku sampah. Hikss dia bilang hikss aku hanya hikss pembawa sial. Hikss dia bilang hikss aku hanya hikss pendosa yang hikss tidak seharusnya hikss lahir hikss." racau Athanasia dengan suara gemetar dan parau. Tangannya menggenggam kemeja Lucas dengan kuat. Berada di pelukan pria itu membuatnya tenang. Padahal mereka baru bertemu beberapa bulan yang lalu tapi kenapa ia bisa senyaman ini?

Lucas menangkupkan kedua tangannya di wajah Athanasia membuat gadis itu menatapnya. Mata permata dan ruby itu saling bertemu. Ibu jari Lucas dengan perlahan menghapus jejak air mata di pipi Athanasia.

"Athanasia, kau tidak salah apapun. Mereka yang salah."

"Kau adalah permata indah yang tertutup debu."

"Yang sampah adalah kaisar pincang itu dan Chimera beserta pendukungnya."

"Kau adalah pembawa keberuntangan."

"Yang pembawa sial adalah chimera."

"Kau bukan pendosa. Yang pendosa sebenarnya adalah pendukung si chimera itu."

Lucas menyatukan kening mereka.

"Kau pantas lahir."

"Kau pantas hidup....."

"... Dan kau pantas untuk bahagia."

Bahagia? Bisakah dirinya untuk bahagia?

"Tentu bisa karena aku yang akan membuat mu bahagia."

Dengan senyum tulus, Lucas berbicara, "Sekarang dan untuk ke seterusnya, yang akan kau rasakan hanya kebahagian. Lupakan orang-orang brengsek. Hiduplah bahagia di sini. Bersama ku."

Mata Permata itu membelalak. Lucas adalah pria pertama yang berbicara begitu tulus padanya. Pria yang datang padanya selalu merendahkan dirinya. Tapi Lucas berbeda.

Kenapa?

Kenapa Penyihir ini begitu baik padanya?

Apa yang telah ia lakukan?

Tidak mungkin karena ia telah berbagi kue coklat buatan Lily.

Tapi.... Setidaknya... Setidaknya... Ada orang yang benar-benar tulus padanya.

Ada orang yang menginginkan dirinya hidup.

Itu cukup baginya.

Dengan anggukan Athanasia mengiyakan ucapan Lucas. Lucas tentu saja tersenyum senang. Lalu kembali memeluknya.

Dan kedua insan itu saling berbagi pelukan hangat. Sekarang Lucas sudah menemukan 'alasan' untuk hidup begitupun dengan Athanasia. Mari biarkan kedua orang itu saling berpelukan.

(WMMAP FANFIC) My Lovely Princess (TAMAT)Where stories live. Discover now