Princess Zenit

1.2K 99 6
                                    

"Sudah 3 hari semenjak pendosa itu melarikan diri."

"Benar. Paduka sudah mengerahkan ksatria dan penyihir terbaik untuk menemukannya tapi sampai hari ini belum juga ada hasil."

"Ku dengar, si Pendosa itu kabur bersama kekasihnya."

"Ku harap pendosa itu mati. Dia sudah berani meracuni Princess Zenit kita."

Topik hangat akhir-akhir ini adalah mengenai hilangnya Princess Athanasia bersama sang kekasih. Claude telah memerintahkan ksatria terbaik untuk mencari gadis itu bahkan penyihir pun di kerahkan.

Zenit memandangi teh yang menampilkan wajahnya. Wajahnya terlihat sedikit pucat dan kurang semangat. Maklum saja, dirinya baru bangun 2 hari yang lalu atau lebih tepatnya sehari setelah eksekusi saudarinya batal.

Sejujurnya Zenit terkejut mendengar kabar Athanasia tertuduh meracuninya. Zenit yakin kalau Athanasia bukan orang seperti itu. Pasti ada seseorang yang menuduhnya.

"Hah.... " Zenit menghela napas pelan. Kepalanya terasa sakit. Ada banyak hal mengejutkan begitu dia membuka mata.

"Kau baik-baik saja? Apa kita kembali saja?" Sebuah siara mengagetkan Zenit. Benar. Saat ini dia sedang minum teh bersama Ijekiel, tunangannya. Pemuda itu memandang dirinya khawatir.

Zenit tersenyum. "Aku baik kok. Aku hanya.... Memikirkan keadaan Athanasia." Jawab Zenit dengan suara pelan. Mendengar Athanasia yang kabur saat akan di gantung membuat Zenit lega dan khawatir secara bersamaan. Dia lega karena Athanasia berhasil kabur. Itu artinya saudarinya masih hidup di luar sana dan yang membuatnya khawatir adalah apa Athanasia baik-baik saja? Apa dia sudah makan? Apa dia tinggal ditempat yang nyaman?

"Kau terlalu baik Zenit. Dia sudah meracuni mu."

"Ijekiel, apa kau melihat dengan mata mu sendiri jikalau Athanasia memberikan ku racun?" Tanya Zenit dingin. Ijekiel terdiam. Kenapa Zenit seperti ini? Di depannya saat ini bukan tunangannya yang manis tapi seorang kakak yang tidak mau adiknya di tuduh.

"It.. Itu... "

"Tidak, bukan? Kalau begitu jangan menuduh Athanasia!" Ucap Zenit penuh emosi. Dadanya naik turun meluapkan emosinya.

Melihat Ijekiel yang menatapnya dengan mata terkejut membuat Zenit tersentak.

Brak!

Zenit berdiri dan berucap, "A-aku akan kembali ke kamar."

Ia langsung berlari menjauh. Bisa dikatakan ini adalah pertengkaran pertamanya dengan Ijekiel. Baginya, Ijekiel itu seperti pangeran tampan yang baik hati. Tapi, dia tidak bisa diam saja saat Athanasia di fitnah.

Hari itu, dirinya sendiri yang mengundang Athanasia. Dirinya sendiri yang mengajaknya minum teh bersama dan dirinya sendiri.... Yang meminta pelayan menyiapkan teh sedangkan ia dan Athanasia menunggu di taman.

Ini salahnya! Seandainya saja waktu itu ia tidak mengajak Athanasia maka hari ini ia masih bisa melihat saudarinya itu.

Ugh!

Zenit membuka pintu kamarnya lalu menutupnya tak lupa dia juga mengunci pintu.

Zenit berjalan menuju kasurnya. Ia memeluk boneka kelinci kesayangannya. Boneka kelinci ini pemberian Ijekiel sebagai hadiah ulang tahunnya.

Dengan erat Zenit mendekap boneka itu. Air mata yang sudah ia tahan pada akhirnya keluar juga. Dirinya merasa sangat bersalah pada Athanasia. Seandainya saja ada yang bisa dia lakukan.

"Athanasia... Semoga kau baik-baik saja dimana pun kau berada." Doa Zenit tulus yang tentu saja terkabul.

Karena Athanasia sedang berjalan-jalan dengan Lucas. Athanasia dengan gaun merah mudanya menatap kagum ke sekitarnya. Dia adalah Putri yang selalu terkurung. Ia tidak pernah melihat jalan-jalan keluar. Tapi sejak kedatangan Lucas, ia jadi sering keluar. Secara sembunyi tentunya.

"Lucas, beli itu, yuk." Tunjuk Athanasia pada seseorang yang menjual permen kapas.

"Apa perut mu itu tidak kenyang? Kau baru saja menghambiskan 3 mangkok jumbo es krim." Lucas menatap ngeri gadis berambut pirang itu. Mereka baru saja keluar dari tempat makan yang menyediakan berbagai macam makanan manis. Termasuk es krim. Dan gadis ini sudah menghabiskan 3 mangkok es krim berukuran besar sedangkan dia hanya bisa menghabiskan 1 mangkok.

"Hei! Perut ku ini punya ruang khusus untuk es krin dan permen kapas, tau." Ujar Athanasia kesal. Kenapa Lucas selalu saja terkejut jika ia makan banyak? Memang salah? Huh. Dasar laki-laki.

Pada akhirnya, Lucas membelikan Athanasia permen kapas berwarna pink itu. Mereka kembali melanjutkan jalan. Sesekali Athanasia menyuapi Lucas.

Athanasia menggenggam tangan Lucas erat ketika mereka berdua berpapasan dengan beberapa pengawal. Lucas juga menggenggam erat tangan Athanasia. Seolah mengatakan 'jangan khawatir. Ada aku.'

"Lucas, apa... Akan baik-baik saja? Ma-maksud ku, sihir operasi plastik ini memang bisa mengelabui rakyat dan pengawal tapi bagaimana dengan para penyihir?" Tanya Athanasia ketika mereka di jalanan yang sepi.

Bagi orang lain, Athanasia hanyalah seorang gadis biasa berambut abu-abu dan bermata cokelat.

"Aku ini Penyihir Menara Hitam yang bisa menghancurkan satu kerajaan dengan sekali jentik saja. Sihir yang sangat kuat ini tidak akan bisa dikalahkan oleh penyihir-penyihir amatiran itu. Jadi tenang saja." Jawab Lucas menyombongkan dirinya. Athanasia tidak bisa menyangkal. Pemuda yang ia temui di semak-semak 2 tahun yang lalu memang hebat dan sombong.

"Baiklah, Tuan Penyihir Menara Hitam yang hebat. Aku percaya dengan kekuatan mu. Ngomong-ngomong, kita mau kemana?" Tanya Athanasia. Karena sejak tadi Lucas tidak mengatakan ke mana tujuan mereka. Sedari tadi mereka melewati gang yang sepi dan membuat Athanasia sedikit takut.

"Lihat saja nanti." Jawaban yang sama.

Athanasia merengut dan Lucas yang melihat itu berpikir Athanasia sangat imut. Seperti anak kecil yabg tidak diperbolehkan makan cokelat.

Tak berapa lama, mereka sampai ke sebuah tempat bernama Bar.

"Jangan takut. Ada seseorang yang menantikan kedatanganmu." Ucap Lucas lalu masuk ke dalam bar itu. Bar itu tidak terlalu ramai karena terletak di dalan gang tapi semua makanan yang tersaji tak kalah dengan restoran khusus bangsawan.

Lantai satu khusus untuk orang makan ataupun berkumpul dan di lantai dua terdapat kamar-kamar yang biasa digunakan untuk menginap.

Di benak Athanasia banyak sekali pertanyaan tapi ia memilih untuk diam. Lucas tidak mungkin melukainya. Jika iya, harus ia membiarkan dirinya di eksekusi hari itu.

Setelah menaiki beberapa anak tangga, Lucas dan Athanasia sampai di lantai dua. Mata permata itu langsung membola sempurna. Dia tidak menyangka bertemu orang itu.

"Kau kan... "

****

Gantung? Biarin.

Makasih, ya buat kalian yang selalu semangatin author.

Jangan lupa Vote dan komen kalau kalian suka cerita ini.

Byee...

(WMMAP FANFIC) My Lovely Princess (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang