Snow (1)

814 66 8
                                    

"Uh... Dingin sekali." Ucap Athanasia yang berjalan di tengah kota sekarang. Hari ini ia dan Lucas menuju pasar atlanta yang lumayan ramai oleh pasangan muda mudi. Keadaan Atlanta saat ini sudah memasuki musim dingin tapi belum ada salju yang turun.

"Ini karena sudah memasuki musim dingin." Jawab Lucas santai.

Mereka bertiga, Lucas, Athanasia, dan Lilian pergi ke atlanta dan baru sampai kemarin. Karena belum terbiasa transportasi jauh, Lilian dan Athanasia merasa tidak enak badan. Alhasil mereka harus tinggal di hotel seharian.

Keesokan harinya, yaitu sekarang, gadis berambut pirang itu sudah sehat berbeda dengan pengasuhnya yang masih sakit. Makanya cuma mereka berdua yang jalan.

"Oh, iya. Apa pohon dunia yang kamu cari sudah dapat?" Tanya gadis itu lalu menjilat lolipop yang di belikan Lucas.

"Tentu saja sudah. Berkat ranting pohon dunia aku sekarang semakin kuat. Menghancurkan kekaisaraan Obelia dengan mudah bisa ku lakukan." Ujar Lucas sombong tapi juga fakta. Berkat ranting pohon dunia, mana nya sudah kembali pulih dengan sempurna. Sekarang ia bisa lakukan apapun.

"Owah!" Athanasia terpana melihat air mancur di depan mereka. "Oi! Kamu tidak mendengar ku?" Sentak Lucas saat tau gadis itu malah tertarik pada air mancur.

"Ada air mancur! Ayo ke sana." Athanasia segera berlari kecil ke air mancur. Lucas di belakang setia mengikuti nya.

Athanasia melakukan itu dengan sengaja. Entah kenapa kalau mendengar tentang Obelia ia pasti akan mengingat akan kenangan buruknya di sana. Neraka yang selama 18 tahun ia tinggali. Untuk sekarang, ia hanya ingin bersenang-senang bersama Lucas dan Lilian. Ia tidak ingin mengingat kenangan buruk itu.

"Katanya kalau melempar koin maka keinginan kita akan terwujud." Gumam Athanasia menatap pantulannya di air itu.

"Kamu punya aku. Jadi untuk apa meminta pada air mancur tua ini?" Tanya Lucas Heran. Apapun keinginan gadis itu pasti akan ia penuhi. Jadi untuk apa harus memohon pada air mancur yang sudah tua ini?

"Ish... Setidaknya untuk senang senang saja." Ujar Athanasia. Ia menggenggam koin emas milik nya dengan kedua tangan. Lucas yang ada di samping kirinya tidak bisa menebak apa permohonan gadis bermata permata itu. Ia bisa saja langsung membaca pikiran nya tapi, hal itu mengganggu privasi, kan.

Jadi, ia pun bertanya setelah Athanasia melempar koin itu. "Apa permohonan mu?"

Dengan tatapan jahil, Athanasia menjawab, "Ra. Ha. Si. A,"  Lalu berlari pergi meninggalkan Lucas.

"Ap- jawab dulu! Jangan pergi! Athanasia!" Jika Athanasia perlu berlari kecil maka lucas hanya perlu berjalan cepat saja. Maklum, kakinya kan panjang.

"Hahahaha... Coba tangkap aku." Seru Athanasia yang senang. Ini pertama kalinya ia berlari bebas tanpa perlu takut menjaga image sebagai Tuan Putri. Ia tidak perlu takut terlihat buruk. Karena sekarang ia hanya Athanasia. Bukan tuan putri.

Hanya Athanasia.

Langkah Athanasia terhenti. Ia fokus pada sebuah makhluk berkepala segitiga dengan tentakel yang banyak yang sedang di bakar. Athanasia tidak tau itu gurita atau cumi-cumi. Yang pasti itu olahan laut. Air liur nya bahkan hampir menetes begitu mencium aroma yang sedap. Lucas yang ada di samping nya langsung mengerti.

"Terima kasih." Ucap Athanasia dengan senyum lebarnya. Ia memakan dengan lahap dua tusuk cumi atau gurita yang di belikan Lucas. Lucas yang di sebelahnya cuma tersenyum kaku. Sebenarnya ia membeli 3 tusuk gurita agar biayanya genap tanpa perlu kembalian. Ia juga berniat memakan 2 tusuk sekaligus tapi malah gadis itu yang makan. Gak papa deh.

"Uwhh.... Enak banget. Makanan laut memang enak." Puji Athanasia dengan mata yang berbinar. Kedua pipi gadis itu telah gembung. Dia terlihat seperti anak anak saja. Pikir Lucas.

"Di sebelah sana masih ada olahan laut. Mau ke sana?"

Tanpa perlu berpikir dua kali Athanasia menjawab, "AYO!!"

Athanasia dengan semangat membara  memakan sajian laut yang di jual di restoran ini. Sajian laut berupa kepiting, kerang, cumi, gurita, bahkan hewan lau yang tidak ia ketahui namanya juga ada. Semua sajian di lengkapi dengan kuah panas yang cocok di suasana bersalju ini.

"Enaknya... " Ucap Athanasia begitu merasakan daging kepiting di mulutnya. Bagi keluarga kerajaan dan juga bangsawan, olahan laut adalah makanan terlarang. Dan hanya orang rendahan saja yang boleh makan. Tapi Athanasia tau arti dari larangan itu. Memakan olahan laut secara berlebihan bisa menyebabkan darah tinggi dan penyakit yang lain. Itulah sebabnya tidak boleh di sajikan.

Lucas yang di seberang nya ikut memakan kerang dengan pelan. Ia sibuk menatap wajah gemoy yang pertama kali ia lihat itu. Kalau tau begini, harusnya ia traktir makanan laut sejak dulu. Sejujurnya Lucas sudah kenyang. Sebelum ke sini, mereka sudah makan banyak jajanan di jalanan sana. Perutnya terasa sangat penuh. Tapi kenapa gadis berambut pirang itu selalu makan? Apa perutnya itu karet?

Apa semua perempuan makan sebanyak ini? Kalau ia, semua pria harus menyiapkan uang yang banyak.

Yang Lucas lakukan hanya lah memisahkan daging dari cangkang nya. Dan membiarkan Athanasia memakan semua daging olahan laut itu. Sesekali Lucas menerima suapan dari Athanasia. Mereka makan dengan nikmat di temani dengan alkohol kadar ringan.

"Ugh, aku bersyukur telah hidup." Ucap Athanasia yang kini sudah mabuk. Wajar saja, mereka sudah menghabiskan 3 botol alkohol. Sedangkan Lucas masih terlihat normal. Lucas punya kadar alkohol yang cukup tinggi.

"Heheh... Berkat Lucas aku bisa makan enak. Kalau begini, aku tidak menyesal karena telah terlahir." Ucap Athanasia melantur. "MULAI SEKARANG AKU AKAN HIDUP! AKU AKAN PERGI KELILING DUNIA DAN MAKAN YANG ENAK. LALU-Hmm!" Ucapan penuh semangat itu harus terhenti karena Lucas membekap mulutnya. Suara Athanasia yang lantang menarik perhatian pengunjung yang lain. Mau tak mau Lucas harus membekap mulutnya ya.

"Ssstt... Suara mu." Peringatan dari Lucas itu tidak di respon. Justru, Athanasia semakin menjadi-jadi. Gadis itu menarik tangannya dan meletakkan nya di pipinya. "Tangan Lucas besar dan hangat. Semua hawa dingin Jadi hilang."

Oke. Mereka harus pergi selagi tali kewarasan Lucas masih kuat. Setelah membayar, Lucas harus menggondong Athanasia di punggung nya. Membiarkan gadis itu meracau sesukanya. Sesampainya di hotel, Lilian langsung panik melihat kondisi Athanasia.

"KYAAA! PRINCESS?!"

"Heheh... Athy sayang Lilian." Jika Lilian panik, maka Athanasia justru memeluk wanita tiu sambil tersenyum senang. Kelakuan nya seperti bocah. Lilian menatap Lucas. Meminta penjelasan apa yang terjadi. Lucas hanya menjelaskan seperlunya saja.

"Kalau ada apa-apa panggil saja." Ucap Lucas sebelum pergi. Lucas memesan dua kamar. Satu kamar untuk Lilian dan Athanasia dan satunya lagi untuk dirinya sendiri. Kamar mereka juga bersebelahan jadi tidak ada yang harus di khawatirkan. Lucas yang di kamarnya melepas semua kain yang melekat di tubuhnya dan membiarkan air dingin membasahi tubuh kekarnya itu.

Di kamar sebelah, lebih tepatnya di kamar Athanasia, Lilian sedang mengganti pakaian anak yang sudah ia rawat sejak kecil itu dengan baju tidur yang lebih nyaman. Lilian memperhatikan dengan seksama wajah itu. Wajah yang mirip dengan seorang peri yang memikat dirinya. Lilian sungguh bersyukur. Pilihan nya untuk datang ke istana Ruby memang tepat.

"Lady Diana pasti bahagia di sana." Gumam Lilian. Dengan perlahan mata permata itu terbuka. Ia menatap Lilian dengan lembut.  "Athy sayang Lili. Makasih udah ada di samping Athy." Ucap Athanasia lembut dan tulus. Kalimat sederhana itu membuat Lilian tidak bisa menampung air mata nya. Kejadian mengerikan yang menimpa mereka seperti mimpi buruk yang tidak pernah terjadi.

Untuk sekarang, Lilian harus lebih kuat. Ia akan pastikan anak manisnya ini hidup lebih baik dari sebelumnya. Bahkan jauh lebih baik.

****
Halo....

Apa kabar?

Masih ada yang nunggu cerita ini gak?

Udah lama banget sejak terakhir up. Untuk sekarang, Mona bakal coba up kayak biasanya lagi.

Terima kasih untuk dukungan kalian ya....

Sampai jumpa di chap depan~~

(WMMAP FANFIC) My Lovely Princess (TAMAT)Onde histórias criam vida. Descubra agora