Thank You

1K 104 6
                                    

Begitu menaiki lantai ke dua, Athanasia sempat kaget melihat tangan kanan kaisar, Felix Robane. Ia sempat mengira pria berambut merah itu akan menangkapnya dan menyeretnya ke penjara. 

"Nona Lilian... ada di dalam." Ucap Felix yang langsung menghapus semua pikiran jauh Athanasia. Gadis itu langsung menatap pintu kamar yang terbuat dari kayu itu. 

Lilian....

Tanpa pikir panjang, Athanasia langsung masuk. Seseorang yang ia rindukan ada di sana. 

"Hik.... Lili," Ucap Athanasia dengan air mata yang mulai jatuh. Begitupun dengan Lilian.

"Princess... hiks... anda baik-baik saja." Ucap Lilian penuh syukur.

Dengan cepat Athanasia memeluk Lilian. Di saat itu, tangis mereka berdua pecah. Tangisan itu mewakili perasaan sakit yang selama ini mereka rasakan. Melepaskan semuanya karena ke depannya tidak ada lagi penderitaan.

1 jam kemudian....

Akhirnya, pintu itu kamar itu terbuka. Lilian adalah orang pertama dan terakhir yang keluar. Melihat tanda tanya di sekitar Lucas, Lilian sedikit terkekeh.

"Princess sedang tidur. Terlalu banyak menangis membuatnya kelelahan." Jelas Lilian. 

Lucas menghela napas dan Felix menatap Lilian cemas. Perempuan itu terlihat agak pucat.

"Bagaimana kalau makan siang dulu? Biarkan saja Princess di dalam." Ucap Lucas lalu mereka turun ke bawah.

Kali ini ada beberapa orang juga yang sedang makan di sini. 

"Tuan Lucas, apa tempat ini aman?" Tanya Lilian melihat sekitarnya. Bisa dibilang suasana tempat ini seperti  biasa walau agak sepi karena lokasi yang terpencil.

"Aman. Tidak ada ksatria atau penyihir yang akan ke sini karena melewati banyak gang dan terpencil. " Jawab Lucas. Lilian dan Felix duduk di kursi panjang yang sama sedangkan Lucas duduk di seberang mereka. Diantara mereka sudah ada meja panjang.

Seorang pria muda membawakan makanan siang mereka lalu pergi.

"Tuan Lucas, terima kasih karena telah menyelamatkan Princess dan saya." Ucap Lilian tulus. Berkat pertolongan Lucas, dirinya dan Athanasia masih bisa bernapas di dunia ini.

"Ya..." Jawab Lucas terdengar datar. Tapi percayalah, dia juga tulus mengatakan itu. Tidak banyak orang yang berterima kasih padanya. Kebanyakan mereka mengutuk Lucas. Itulah kenapa dia tidak terlalu tau harus menjawab apa.

"Anu, Nona Lilian, apa anda baik-baik saja?" Kini giliran Felix  yang bertanya dengan nada khawatir karena Lilian hanya menatap makanannya.

"Ah, Tuan Felix, saya baik-baik saja. Anda tidak perlu khawatir," Jawab Lilian. Sebenarnya Lilian kurang nyaman berdekatan dengan pria manapun tapi jika di dekat dengan pria berambut merah ini membuatnya nyaman.

"Syukurlah, saya sempat cemas karena nona Lilian terlihat pucat."

"Be-benarkah? Mungkin karena menangis." Jawab Lilian. Dia juga tadi banyak menangis jadi wajar saja wajahnya memucat.

"Tapi nona Lilian tetap cantik. Ah! Ma-maksud sa-saya nona Lilian cantik. Walaupun mata anda agak merah dan bengkak nona tetap cantik!" Ucap Felix gugup. Wajah nya sudah merah seperti warna rambutnya. Lilian terkekeh melihat tingkah Felix.

"Terima kasih, Tuan...." Jawab Lilian dengan senyum. 

Poof!

Wajah Felix kian memerah karena melihat senyum manis Lilian. Felix memegang dada kirinya. Jantungnya berdetak dengan kencang. 

Di seberang sana, Lucas menatap mereka datar. 'Aku jadi obat nyamuk.' Pikirnya.

Karena tidak ingin menjadi obat nyamuk, Lucas berdiri dari duduknya, "Aku akan menemui Princess. Kalian di sini saja." Ucap Lucas lalu berjalan ke lantai atas.

Setelah kepergian Lucas hanya ada kecanggungan di antara Lilian dan Felix.

"Ba... Bagaimana nona Lilian mengenal Tuan Lucas?" Tanya Felix.

"Mm... itu.... Sekitar beberapa bulan yang lalu. Princess yang biasanya selalu berdiam di Istana Ruby tiba-tiba sering keluar. Saya yang penasaran mengikuti ke mana beliau dan bertemu Tuan Lucas. Awalnya saya panik. Saya kita Tuan Lucas orang jahat. Tapi Princess bilang bahwa Tuan Lucas adalah teman barunya. Meskipun saya curiga tapi lama-kelamaan saya percaya juga pada Tuan Lucas." Jelas Lilian dan Felix di sampingnya setia mendengarkan.

****

Athanasia menatap langit-langit kamar. Tangan kanannya mengurut keningnya yang berdenyut. Seperti karena menangis membuat kepala sakit. 

"Kenapa? Ada yang sakit?"Tanya seseorang yang tak lain adalah Lucas.

Athanasia yang masih terbaring mencoba untuk duduk. Hanya ada dirinya dan Lucas di sini. Dimana Lilian?

"Pengasuhmu sedang makan di makan. Dia bersama ksatria merahnya jadi jangan khawatir." Ujar Lucas seolah tau apa yang Athanasia pikirkan. Mendengar itu Athanasia lega. Setidaknya yang barusan terjadi bukan mimpi.

"Sekarang kau mau apa?" 

"Maksud- Ah, aku mengerti." Athanasia tau apa maksud Lucas.

Apa yang harus ia lakukan sekarang? Menetap di sini sama saja menunggu bom bernama Claude datang. Di seluruh Obelia juga sudah banyak poster pencarian dirinya. Jika dia kembali ke Istana, maka kaisar tirani itu akan membunuhnya di tempat.

Tidak! Athanasia tidak mau merasakan sakit lagi. Sudah cukup 18 tahun dia mengalami kesulitan. Sekarang, dia mau hidup bebas.

"Lucas, aku mau hidup bebas. Aku ingin pergi yang jauh. Aku mau melihat apa yang belum ku lihat. Aku ingin makan makanan yang belum pernah kurasakan. Aku... tidak ingin merasakan sakit itu lagi. Aku ingin pergi dari sini." Ucap Athanasia serius. Dia telah membuat keputusan. Dia akan pergi jauh sejauhnya hingga kaisar tirani itu tidak akan menemukannya.

Lucas tersenyum mendengar keputusan gadis itu.

"Baiklah, tapi kau ingin kemana?" Tanya Lucas.

Athanasia berpikir sejenak. Tempat yang ingin dia datangi.

Ah, benar. Ada tempat yang ingin dia datangi.

"Atlanta. Aku ingin ke Atlanta. Di sana pasti sedang salju." Ucap Athanasia semangat. Sejak dia tau kalau kerajaan Atlanta memiliki 4 musim dan salah satu musimnya adalah salju, ia selalu penasaran. Akan sedingin apa salju itu? Apa sedingin batu es? Atau malah lebih dingin?

"Atlanta, ya? Memang benar di sana sedang musim salju. Apa kau yakin? Di sana sangat dingin loh. Nanti kau bisa membeku." Ujar Lucas menakut-nakuti Athanasia.

"Kalau gitu, Lucas pasti akan memberikan sihir penghangat kan?" Athanasia tau apa yang akan Lucas lakukan jika hal itu benar terjadi.

Lucas tersentak. Dia tidak bisa menyangkal sama sekali.

"Lucas," Mendengar nama di panggil, Lucas langsung menatap Athanasia yang tersenyum hangat ke arahnya. "Terima kasih. Terima kasih atas semua pertolongan mu."

Tanpa sadar, kedua pipi Lucas memerah. Dia memalingkan pandangannya. "Ya...." Jawabnya.

Kenapa hari ini banyak terima kasih yang ia dapatkan? Yang ia lakukan hanya demi gadis itu saja. 

Omong-omong... kenapa dia menyelamatkan gadis yang sedang mengoceh itu?

Apa karena gadis bermata permata itu telah memberikan kue cokelat? Tidak, bukan karena itu.

Apa dia jatuh cinta pada Athanasia? Hahah... tidak mungkin, kan?


(WMMAP FANFIC) My Lovely Princess (TAMAT)Where stories live. Discover now