03. Games Will Begin

43 20 15
                                    

Budayakan vote walau kalian baca cerita ini, baik dalam keadaan on going atau sudah tamat seutuhnya ya☺️

MAKASIH😻




"Hal yang dikira adalah akhirnya, ternyata merupakan awalnya."

Selamat membaca~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat membaca~

"Kenapa kamu bisa disini dan seperti ini?"

Semenjak Je No mengetahui identitas asli gadis itu, dia lebih sering melontarkan banyaknya pertanyaan yang hanya membuat pening Ji Na. Keduanya kian hari semakin dekat setelah kejadian dimana Ji Na menemukan Je No terluka tempo hari.

"Aku hanya terlalu lelah dengan kegiatan istana yang harus menuntut ku ini dan itu. Aku kan perempuan," ujar gadis itu seraya menatap aliran sungai yang tenang begitu jernih.

"Gubuk itu milikmu?"

"Ah, itu? Iya, aku pernah membawa beberapa dayang dan kasim istana kepercayaan ku untuk membangun tempat sederhana itu untuk sekedar rehat." Lanjut penjelasannya.

Pria itu hanya menganggukkan kepalanya dan ikut menatap aliran sungai. Hutan Larangan itu begitu sepi, mungkin agak mengerikan ketika memasukinya. Tetapi percayalah, terdapat surga tersembunyi di dalamnya yang sangat indah dipandang mata.

"Kamu sendiri, Je No? Darimana asalmu? Asal Kau tahu saja, aku selalu bertanya mengapa ranbutmu berwarna seperti itu?" Ji Na terkekeh kecil sambil menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga.

"Memang kenapa? Bukankah ini bagus?"

Ji Na menoleh kearahnya dan tersenyum menanggapi pertanyaan Je No yang terdengar sedikit tidak terima. Mereka saling bertatapan dalam sepersekon dalam diam.

"Bagus, aku menyukainya. Boleh aku memegangnya?" Ujar Ji Na meminta izin.

Pria itu sedikit menimang apa yang diminta Ji Na. Namun, akhirnya dia mengangguk kecil. Membolehkan sang gadis untuk menyentuh rambutnya yang memang memiliki warna yang sangat mencolok itu.

Ji Na mengikis jarak dan duduk lebih dekat di hadapan Je No kemudian tangan kanannya terulur untuk mengelus rambut panjang yang dimiliki pria itu. Sangat halus, itu yang menyapa indra sentuhan di telapak tangannya. Gadis itu tertegun dan sangat menyukainya.

Sedangkan Je No, lelaki itu sedang menahan gejolak dalam dadanya yang terasa memaksanya untuk mengeluarkannya. Jantungnya terasa porak poranda saat memandangi wajah Ji Na dalam jarak sedekat itu.

Sangat cantik, itu yang baru dia sadari.

Sapasang mata tajamnya menatap lekat keseluruhan wajah gadis itu. Sepasang alisnya yang cukup tebal, bulu mata lentik nya, iris mata kecoklatan yang begitu teduh, hidungnya yang mancung, dan terakhir... Bibir mungilnya yang berwarna merah ranum alami. Gadis itu seperti Dewi Kecantikan, terlihat begitu sempurna.

NEVER ENDING | Lee Jeno [HIATUS]Where stories live. Discover now