10. Risking To Prioritize

11 5 10
                                    

❝Mimpi yang terjadi itu kemungkinan adalah potongan ingatan, keinginan yang besar, atau bahkan ketakutan terbesar kalian.❞


Selamat membaca, nae gaiseu~


Hari dimana Jaehyun pulang lebih dahulu Jaena...

Setelah melakukan jadwal yang cukup panjang di rumah sakit, tepat pukul tujuh malam pria bermarga Jung itu melangkahkan kakinya di rumahnya.

Waktu tercepatnya untuk mendapatkan jatah istirahat dirumah. Biasanya, ia akan pulang lebih malam dari jam itu.

Mulai melepas sepatu dan menggulung kemeja bagian lengan hingga sebatas siku. Beberapa kancing atasnya juga sengaja ia buka, sungguh merasa gerah dan lelah.

"Na? Kakak pulang!" salamnya.

Itu merupakan kebiasaan yang sering keduanya, maksudnya bersama Jaena, lakukan sedari kecil sewaktu kedua orang tuanya masih melengkapi Keluarga Jung.

"Sepertinya belum pulang, atau ada acara tambahan?" Gumam Jaehyun mulai menebak-nebak, "tapi tumben nggak ngabarin. Aishh...anak ini," Jaehyun mendecak.

Ia sempat memeriksa ponsel pintar miliknya. Kosong. Tidak ada pesan masuk kecuali dari grup dokter di rumah sakit.

Menghela napasnya secara kasar, ia mematikan dan meletakkan benda itu didalam tasnya.

Pria bertubuh bongsor dan jangkung itu meraih jas dokter dan tas miliknya, tujuannya kini meletakkan semua barangnya di ruang kerja miliknya. Ruangan yang berada disamping kamarnya, dilantai dua.

Menghilangkan kepenatan sejenak, Jaehyun menyenderkan punggungnya sembari memejamkan matanya dengan kepala yang mendongak ke arah langit-langit ruang kerjanya.

Sudah hampir setengah jam ia melakukan, tetapi Jaena masih tak menunjukkan tanda-tanda batang hidungnya akan hadir. Dalam hatinya, Jaehyun mendengus kasar. Bisa-bisanya dia lupa, begitu pikirnya.

"Baiklah, kayaknya udah lama nggak ke kamar Nana." Monolognya dan segera bangkit menuju kamar sang adik.

Wangi yang begitu manis dan segar menyeruak serta memaksa masuk indra penciuman milik Jaehyun, wangi khas tubuh adiknya.

Mulai berkeliling menatap beberapa figura di nakas dan didinding juga, dan duduk menghadap jendela yang menampilkan pemandangan beberapa pohon cemara yang menjulang.

Matanya beralih menatap meja kerja milik Jaena yang tepat disudut ruangan dekat dengan jendela dan mulai menghampirinya.

"Sejak kapan Jaena beli beginian, keliatan girly amat." Gumam pria itu sambil bertanya-tanya.

"Tumben banget dia percaya ama ginian," lanjutnya.

Tangan Jaehyun meraih benda dengan warna otentik hitam dan putih itu, Dream Catcher Ying Yang, benda milik Jeno yang sengaja dibiarkan agar Jaena saja yang menyimpan benda itu.

Namun, Jaena agaknya lupa meletakkannya kembali ke kotak dan Jaehyun mengira... gadis itu lupa atau tidak bisa memasangnya.

"Ini cantik, sayang banget digeletakin tije kayak tadi. Gini kan enak," Jaehyun berujar sambil membenarkan posisi benda istimewa itu.

Jaehyun salah, seharusnya ia tak meletakkan benda itu disana.

Itu bahaya.

Sayangnya, ia tak menyadari itu.

Setelah meletakkan kembali kursi, kini ia akan kembali ke kamar untuk menunggu Jaena disana. Mungkin dengan sedikit merebahkan tubuhnya ia akan lebih merasa baik.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 18, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NEVER ENDING | Lee Jeno [HIATUS]Where stories live. Discover now