3

570 76 2
                                    

Keheningan yang terjadi menambah suasana tegang di dalam ruang abu-abu ini. Baik pria paruh baya yang duduk dibalik meja kebesarannya ataupun pria muda yang duduk di sofa ruang kerja itu sama-sama tak membuka suara. Kedua hanya diam, masing-masing tengah bergelut sendiri dengan pikirannya.

Pria muda berusia 24 tahun yang tengah menautkan jemari nya gelisah itu bingung akan memulai perbincangan darimana.

Tuan Kim berancang-ancang membuka suara terlebih dahulu.

Tatapan intimidasi yang kuat terpancar dari sorot matanya.

"bagaimana?" hanya itu kata yang terlontar dari bibir sang ayah.

perlahan Taehyung mengangkat kepalanya untuk menatap sang ayah yang tengah berbicara kepadanya. Tangannya masih tertaut gelisah. Taehyung tampak tak bisa menjawab pertanyaan itu, ia hanya diam.

Melihat keterdiaman anak nya, Tuan Kim sudah bisa mendapat jawaban dari itu.

"maafkan ayah, mungkin ini terlalu cepat namun ayah ingin kau segera menikah" ucapnya menampakkan sedikit raut sedih.

"aku mengerti ayah, namun Jisoo belum siap" terang Taehyung.

"maka cari yang siap" jawab Tuan Kim cepat.

Mendengar jawaban sang ayah, Taehyung seketika tercekat. Ia membeku ditempat duduknya. Tidak mungkin, Taehyung sangat mencintai kekasihnya Jisoo. 4 tahun mereka sudah bersama tidak mungkin ia meninggalkannya bukan? ini gila. Rasanya kepala Taehyung hampir pecah memikirkan semua nya.

"ayah hanya ingin melihat menantu dan cucu ayah sebelum meninggalkan dunia ini Taehyung" tutur nan lembut itu berhasil mematahkan hati Taehyung. Ia memang pria kuat, namun tidak jika sudah menyangkut ayahnya. Apapun bisa ia lakukan untuk sang ayah.

Selama hidupnya yang ia punya hanya lah Tuan Kim. Ayahnya yang selalu berada disisi nya sepanjang ia hidup. Mendukung semua keputusannya, dan yang selalu memercayai nya disaat tidak ada yang percaya padanya. Taehyung sungguh tidak ingin mengecewakan sang ayah, namun...
rasanya Taehyung ingin kabur saja dari ini semua. Pilihan ini terlalu sulit baginya.

Baik Tuan Kim dan Jisoo, mereka sama-sama menempati ruang di hati nya. Namun mengapa semuanya jadi begini?

"apa maksud ayah berkata begitu?" suara tegas bariton itu seolah marah dengan perkataan ayahnya.

Tuan Kim yang melihat reaksi pangeran kecilnya itu hanya terkikik kecil. Matanya menerawang pemandangan pada jendela besar di sisi ruangan itu. Berjalan perlahan mendekati jendela itu menikmati keindahan kota Seoul dari lantai teratas gedung pencakar langit.

"aku sangat merindukan ibumu Taehyung" ucapnya tersenyum tulus.

Taehyung hanya diam, tak tau harus bereaksi bagaimana saat ini. Tuan Kim membalikkan badannya menghadap anak semata wayangnya itu sambil tersenyum.

"tugas ku sudah selesai nak, kau tumbuh seperti apa yang aku dan ibumu inginkan. Kau tidak membutuhkan ku lagi"

Tentu itu tidak benar. Taehyung marah, sangat marah mendengar perkataan ayahnya. Ingin ia menyangkal itu semua namun bibir nya begitu berat untuk berkata.

Yup. Dia lelaki dengan sejuta gengsi. Ia bukanlah lelaki yang dengan mudah bilang cinta dan sayang. Caranya berbeda dalam menunjukkan kasih sayangnya. Kalian pasti mengerti bukan? aku yakin tidak hanya Taehyung yang dalam golongan spesies ini termasuk author, hihihi.. kembali ke laptop!

ImprisonedWhere stories live. Discover now