5

531 68 2
                                    

"j-jennie.."

"keluar!!" suara tegas nya bercampur kelirihan, seakan menggambarkan rasa sakit yang ia tanggung saat ini. Suara itu bukan lah suara teriakan keras penuh amarah yang membara, melain kan suara tegas yang terdengar pilu penuh kekecewaan. Air matanya tak henti turun dari pelupuk mata itu. Gadis mungil dengan penampilan berantakan itu tetap berbalik badan membelakangi dua manusia yang tengah terperangah, tertangkap basah oleh Jennie.

Tubuh mungil itu tampak bergetar, tangan lentik nya terus berusaha mengusap air mata dan mengutuk kenapa ia tidak berhenti menangis saat ini. Rongga dada nya terasa sangat sesak, hidungnya memerah tersumbat membuat nya sulit meraup oksigen disekitarnya. Perlahan ia menarik nafas berusaha tenang dan mengurangi rasa sakit itu.

Tubuh mungil itu berbalik dengan mata yang membengkak di pelupuknya, tak mengatakan apapun dan hanya diam menatap dua insan itu.

Wanita dengan pakaian hitam putih ber nametag Momo itu tampak merapikan pakaian, mulai mengancingkan kembali tiga kancing teratas kemeja nya yang terbuka. Merapikan rok hitam pendek yang menggantung indah di paha mulus nya tak lupa perempuan itu merapikan rambutnya juga.

Tangan nya tampak bergetar, wajah nya pucat pasi, dengan tatapan takut ia menundukkan kepala nya seakan paham posisi nya tak sebanding dengan seorang Kim Jennie.

Ia berjalan terburu untuk pergi dari tempat mencekam itu menundukkan badannya hormat dan meminta maaf dengan ucapan terbata. Namun tampak nya reaksi yang Jennie berikan semakin membuat nya ketakutan hingga peluh itu mencucur di pelipis nya. Jennie hanya diam tanpa memandang wanita yang tengah meminta maaf kepadanya itu. Seakan mempertegas wanita itu tak pantas untuk di lihat oleh mata tajam nan indah nya.

Tak mendapat respon, gadis itu pun berjalan terburu menuju pintu keluar kamar hotel menyisakan Hyunjin dan Jennie di dalam ruangan itu.

"pergi" lirih Jennie.

"ngga urusan kita belum selesai sayang" ucap Hyunjin.

"kita udah selesai sampai disini"

"gabisa, gue ga mau"

"..."

"kakak bisa jelasin sayang" Hyunjin mendekat ke arah tubuh mungil itu, tangannya memegang bahu kecil Jennie erat seakan meminta Jennie menatap matanya mendengar penjelasan darinya.

Jennie tak memberontak, ia hanya diam. Ia sungguh tak sanggup badannya seakan lemas sehabis membuang banyak air mata hari ini.

"jalang itu yang menggoda ku duluan. Itu kecelakaan. I'm so sorry for you dear" ucapnya penuh kelembutan dengan tangan mengelus lembut pipi Jennie.

Bukannya tenang setelah mendengar penuturan itu, air mata Jennie seakan kembali mendesak keluar dari pelupuk mata yang kini kian membengkak. Oh ayolah, siapa yang akan percaya kalimat klasic seperti itu.

Jennie tidak sebodoh itu. Dengan jelas ia melihat Hyunjin memegang kendali atas apa yang dua insan ini lakukan di ranjang hotel itu. Posisi yang bisa membuat siapa saja ambigu. Dengan bibir saling tertaut penuh nafsu birahi, badan kekar hyunjin yang menindih tubuh seksi menggoda itu. Sangat jelas terlihat bahwa Hyunjin saat itu tengah berusaha membuka satu persatu kancing yang tertaut pada kemeja pelayan yang bernama Momo.

Jennie ingin percaya terhadap semua yang Hyunjin katakan, namun semua realita yang ia dapatkan sungguh berbanding terbalik. Jennie tak membantah tak pula menjawab apapun untuk merespon Hyunjin.

Hyunjin yang merasa teracuhkan menghela nafasnya kasar, menurunkan lengan kekar nya dari bahu kecil Jennie.

"bersihkan dirimu, tidurlah. Besok ada jadwal syuting" ucapnya mengecup surai kemudian mengacak pelan rambut gadis yang masih tertunduk menahan air mata itu dan pergi begitu saja.

Air mata itu kembali mengalir saat terdengar suara pintu menutup pertanda Hyunjin telah pergi. Sungguh menyesakkan rasanya. Jennie gadis remaja berusia 18 tahun itu sungguh masih polos dan tentu nya sangat mudah menangis. Di saat seperti ini ia sungguh benci ketika ia harus menangisi hal konyol yang hanya membuang tenaga nya saja. Jennie paham tak ada gunanya menangisi lelaki brengsek seperti Hyunjin itu namun entah mengapa pikiran dan hatinya menjadi tidak sinkron.

Entahlah yang tengah ia tangisi saat ini karna harus memutuskan hubungan Hyunjin, atau karna kekecawaan yang dirasakannya. Jennie sungguh tak mengerti. Ia tak ingin menangis. Sungguh.

Tubuh nya terkulai lemas di lantai nan dingin. Duduk dengan bahu bergetar dan isakan yang tidak berhenti. Tangan nya bergerak merangsak masuk pada tas Gucci yang sedari tadi menemani nya menyaksikan hal-hal bullshit hari ini. Mengambil ponselnya dan masuk ke kontak pencarian. Park Min young. Ya wanita itulah yang saat ini hendak ia hubungi. Sekretaris nya yang sudah ia anggap sebagai kakak yang selalu menemaninya kemana pun. Park Minyoung menginap di hotel yang sama, hanya saja Hyunjin memesan kamar untuk sekretaris nya itu di lantai 8. Tak masalah bila Jennie tidur satu kamar dengan nona Park. Namun itu masalah bagi Hyunjin. Entahlah bagaimana jalan pikir pria itu.

Ketemu. Tulisan yang sedari tadi ia cari pun ketemu dan tanpa menunggu waktu lama ia segera menghubungi kontak bernama Nona Park tersebut.

"k-kak,, gue mau pulang ke Seoul besok pagi penerbangan pertama" ucap Jennie sambil tersedu.

***

mba Jen sabar Yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

mba Jen sabar Yaa..
author tau kamu kuat🥺
readers juga tau itu

author tau kamu kuat🥺readers juga tau itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

nona Park

nona Park

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini nii.. lu yee njin jangan bikin
anak orang mewek heyy
balikk" sinii Febi tungguin 🤭🤪

ImprisonedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang