(82.) Pasrah dengan keadaan.

7.2K 979 1K
                                    

Sebelum baca, jawab pertanyaan dulu yuk.

Kalian dari kota mana aja?

Kalian tau cerita ini dari jalur apa?


Oke, jangan lupa klik bintang ya><

_____________

Terhitung sudah dua minggu lebih lamanya Chaca masih terbaring tak berdaya di atas brankarnya. Gadis itu belum menunjukkan adanya pergerakan kecil atau apapapun.

Seluruh keluarga Chaca sudah silih berganti berdatangan untuk menjenguk gadis itu. Seluruh teman Chaca dan guru-guru pun sudah turut menjenguk gadis itu. Mereka semua turut bersedih atas tragedi yang menimpa gadis lugu tersebut.

"Udah hampir sebulan Chaca belum bangun-bangun, Mas." Shiren menatap lesu anak semata wayangnya. Badan wanita paruh baya itu terlihat kurus. Wajahnya terlihat sangat tidak bergairah.

Bara menghela nafas. Ia mengelus bahu istrinya. "Dia pasti bangun. Tugas kita hanya berdoa untuk kesembuhannya dan mensupportnya untuk bangun," ujar Bara.

Setitik air mata meluncur dari mata Shiren. Ibu mana yang tidak sedih melihat kondisi anaknya yang seperti ini? Akhir-akhir ini ia selalu uring-uringan, memikirkan keadaan anaknya yang tak kunjung bangun.

Waktunya ia habiskan untuk menemani anaknya. Mengajaknya bercerita walau Chaca tak mendengar. Mendoakannya di setiap waktu. Dan menangisi nya saat tak mendapat respon apapun dari anaknya.

Bara, pria itu juga terlihat sangat tertekan. Akhir-akhir ini, ia juga tidak bisa fokus dengan pekerjaanya. Tapi ia tetap melaksanakan tugasnya sebagai suami dan seorang ayah.

Shiren mengelus rambut halus gadis itu. "Kamu kapan bangun sayang?" ucapnya dengan suara bergetar.

Bara menutup matanya dengan perasaan tak karuan. Ia sedih melihat dua orang kesayangannya. Ia sedih melihat kondisi anaknya yang tak kunjung membaik. Ia juga sedih melihat kondisi istrinya yang tak ada gairah hidup.

"Mommy sama yang lain udah kangen banget sama kamu," ucapnya di iringi isak tangis.

Tenggorokannya terasa tercekat. Ia tidak tega melihat tubuh tak berdaya anaknya.

"Mommy kangen sama suara berisik kamu, Mommy kangen sama manja nya kamu," ucap Shiren sambil tersenyum getir.

"Maafin Mommy ya, sayang. Mommy belum bisa jadi ibu yang baik buat kamu. Mommy enggak bisa jagain kamu dengan benar," ucapnya di sela-sela tangisnya.

Bara mengelus-ngelus punggung Shiren yang bergetar dengan isak tangis.

"Ini bukan salah kamu. Kamu itu ibu yang terbaik buat Chaca," ujar Bara dengan lembut.

Shiren hanya mampu menangis tersedu.

Bara membawa Shiren ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggung istrinya dengan lembut.

"Chaca itu kuat. Dia pasti bisa ngelewatin semuanya. Kamu harus percaya itu."

Shiren sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Hatinya sangat ngilu melihat kondisi anaknya yang makin hari makin kurus dengan wajah yang sangat pucat.

"Aku takut Chaca--" Shiren takut untuk melanjutkan kalimatnya. Tenggorokannya sangat tercekat.

"Ssttt ... kamu gak boleh berpikiran buruk. Aku yakin Chaca pasti sembuh."

Ya, semoga saja.

****

Gelap. Satu kata yang mendeskripsikan keadaan ruangan tersebut.

Sincerity Love [TAMAT]Where stories live. Discover now