Suara teriakan seorang anak laki-laki itu menggema hingga ke telinga petani yang sedang mengolah lahan. Lagi-lagi bocah dari gereja itu, siapa lagi kalau bukan tukang teriak dan cebol, Asta.
"Suatu saat aku pasti akan menjadi Kaisar Sihir dan membuatmu bahagia!! Karena itulah... menikahlah denganku!!!" teriak Asta menyodorkan sebuah bunga pada sister Lily.
Sister Lily hanya tersenyum canggung dengan tangan yang menumpu wajahnya. "Maaf ya, Asta. Aku ini milik semua orang."
Asta syok hingga tubuhnya condong kebelakang. "Masih belum!!"
Asta terhempas kebawah dengan sihir milik sister. Namun lagi-lagi bocah itu berteriak belum menyerah dan melayang diudara.
'Brakkk'
Yuno menatap datar Asta yang kembali jatuh ke kubangan air bekas sihir sister Lily dengan sihir angin miliknya. Asta berdiri dan berteriak kesal, merasa terganggu dengan Yuno yang ikut campur. Lagipula kenapa Yuno mengganggu dirinya, itulah katanya.
"Kenapa, katamu?" Yuno memasang pose berpikir. "Karena kau berisik, cebol, keras kepala. Intinya kau sama sekali tidak menarik bagi wanita."
Asta yang merasa tertusuk hanya syok mendengarnya. "Kenapa kau berkata begitu pada temanmu sedari kecil ini!!"
Yuno berbalik, "Asta. Sister adalah biarawati, jadi dia tidak bisa menikah. Dan juga kau masih lima belas tahun, kau belum boleh menikah."
"Berisik! Aku akan cari cara lain! Ayo bertarung, Yuno!!"
"Tidak mau."
"Kenapa tidak mau?!"
"Karena buang-buang waktu."
"Dasar! Mentang-mentang kau jadi sedikit lebih tampan dariku, kau jadi sombong begitu!!"
"Omong-omong, [Name]-nee belum kembali," gumam Nash saat melirik kesana kemari, mengabaikan perdebatan antara Asta dan Yuno.
Asta melakukan sit-up, seolah-olah dia membuktikan bahwa tidak ada yang bisa mengimbangi kecepatannya. Nash hanya mengata-ngatai Asta yang melakukan hal yang tidak berguna. Asta yang merasa jengkel pada akhirnya menghampiri Nash dan berteriak, mengapa dia tidak sopan dengannya.