-22-

508 92 3
                                    

"Beb!"

Ini sudah kesekian kalinya Axel memanggil Nanda. Namun tidak di gubris oleh pemuda manis dalam pelukannya ini. Salah Axel juga sih, sudah tau Nanda kalau sedang fokus dengan sesuatu tidak bisa di ganggu gugat, ini malah di panggil-panggil. Ya di kacangin lah.

"Beb~" panggil Axel lagi. Sekarang dengan menggoyangkan badan Nanda . Tapi tetap saja Nanda tidak luluh mau Axel merengek macam gimana juga. Walau terganggu paling Nanda cuma kasih cubitan buat lengan Axel.

Eh, omong-omong mereka ini ceritanya sedang cuddle setelah pulang sekolah. Sebenarnya tadi di sekolah juga cuma pembagian kelas dan bersih-bersih jadi pulangnya rada cepat. Dan moment ini tentu saja di gunakan Axel dengan main kerumah Nanda dan berakhir kelonan di kasur empuk Nanda.

"Bebb!! Lo mah gue di kacangan Mulu! Giliran gue gak sengaja ngacangin Lo ambekin. Gue nya di anggurin! Berhenti dulu kenapa baca Wattpad nya. Gue banting juga itu hp ntar!" Sungut Axel.

Sebal sedari tadi di anggurkan oleh pacar manisnya. Kan dia mau manja-manja sebelum sibuk sama sekolahnya nanti. Maklum udah kelas XII, sudah harus mulai serius menjalani kehidupan.

"Diem dulu! Satu chapter lagi abis itu terserah deh mau apa." Jawab Nanda akhirnya. Sebal dari tadi terganggu oleh rengekan Axel.

Axel cengengesan. Akhirnya Nanda keluarkan kata keramatnya. Kalau begini kan Axel sabar menunggu. Bisa sambil mikir nanti mau ngapain sama Nanda.

Cium? Nggak deh udah terlalu sering .

Cuddle? Lah inikan udah.

Bobo siang sambil peluk? Lah sama aja o2n.

Berbuat zina aja kali ya?

Heh! Gak boleh nanti kalo langsung di nikahin gimana? Kan Axel belum siap secara finansial. Gimana mau kasih makan anak orang kalau diri sendiri masih minta orang tua?

"Dah selesai."

Saking sibuknya mikir apa yang dia pengen, Axel jadi gak sadar kalau pacarnya udah selesai dengan hpnya, bahkan benda pipih kotak itu sudah pindah di atas nakas sekarang.

Axel menatap wajah Nanda intens, mencoba kembali berpikir tentang keinginannya. Membuat si empunya wajah risih di tatap sebegitu dalamnya oleh Axel.

Telunjuknya terjulur dan mendorong jidat Axel supaya menjauh dari wajahnya. Menuai cebikan dari Axel yang tidak terima di begitukan oleh Nanda.

"Apa sih beb?! Gue lagi mikir nih!" Ucapnya sebal.

"Mikirnya biasa aja dong, kamu ngeliatin aku kaya liat pempek kapal selam."

Axel mengernyit. "Kok pempek kapal selam sih? Gak cocok, klo roti kebanyakan pengembang baru setuju!" Jawabnya sambil cengengesan.

"Eh, beb. Gue mau dong di panggil Mamas sama Lo." Ucap Axel lagi sambil menatap serius Axel.

"Idih ogah, cuma tuaan 3 bulan aja minta panggil Mamas. Gak mau!" Tolak Nanda tanpa basa-basi.

"Katanya Lo mau nurutin apa mau gue! Kok ini gak mau?? Ingkar janji pantatnya besar nanti."

"Mulutnya memang minta di tabok!"

Nanda hendak bangkit dari pelukan Axel, tapi belum juga berhasil, pemuda bongsor itu sudah melilitnya dengan kaki dan tangan. Tidak mengijinkan pacarnya untuk kabur.

"Lepas ih, sesek!" Nanda menggeliat berusaha untuk lepas dari kelinci bongsornya. Namun bukannya lepas lilitan dari Axel justru tambah kuat. Membuat Nanda sesak nafas.

"Gak! Pokoknya Lo harus panggil gue Mamas selama seminggu baru gue lepas!" Ucap Axel keras kepala.

"IYA!! IYA!! LEPAS GAK!" Nanda akhirnya pasrah juga, Buat Axel yang sedari tadi kekepin Nanda jadi sumringah. Seneng dia.

Enemy? Seriously?Where stories live. Discover now