-8-

780 112 110
                                    

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Axel membawa Nanda di pundaknya. Wajahnya masih terlihat kesal. Bahkan mengabaikan rontaan Nanda di gendongannya.

Pun dengan Nanda anak itu sedari tadi sudah berteriak-teriak minta diturunkan. Bahkan sudah meronta-ronta dan memukuli punggung Axel. Nanda pusing tau kepalanya menggantung seperti itu. Mana pundak Axel keras sekali perut Nanda jadi sakit deh.

Plak!

"Aduh!"

Axel menampar pantat Nanda. Ketika anak itu makin kuat meronta.

"Diem Rena! Nanti jatuh! Memang gak malu apa teriak sepanjang jalan?! tuh lihat kita jadi tontonan!"

Sehabis Axel berbicara begitu Nanda melirik kanan kiri. Benar mereka jadi tontonan sepanjang koridor ini. Jam istirahat masih 15 menit lagi omong-omong.

Tapi jika dipikir-pikir ada yang salah dengan ucapan Axel. Sebentar apa ya?....

Oh!

Bugh!

"Yak! Rena sakit oon!" Teriak Axel. Tangannya kembali memukul pantat Nanda lebih keras dari sebelumnya.

"AXEL GOBLOK! DIKIRA KITA JADI TONTONAN ITU ULAH SIAPA?! KAMU MAU CULIK AKU KEMANA?! TURUNIN NANDAA!!!" Teriak Nanda. Tangannya kini beralih menjambak rambut ikal Axel.

Rambutnya panjang! Nanda berdoa dalam hati semoga nanti ada razia rambut biar pitak kepala oon Axel.

Axel masih mengaduh-aduh tapi tetap tidak menurunkan Nanda. Setelah sampai ke parkiran Axel baru menurunkan Nanda di atas motornya. Membuat Nanda diam seketika. Nafas anak itu terengah-engah. Belum sadar dia diturunkan dimana. Dan menurut saja waktu Axel membenarkan duduknya. Masih bingung dan menetralkan nafasnya.

Setelah selesai, Axel lalu ikut menaiki motor hitamnya. Lalu memakaikan helmnya pada Nanda setelahnya dia mencomot helm Reza yang motornya  di parkir bersebelahan dengan motornya.

Sehabisnya Axel lalu menghidupkan motornya. Dan melesat keluar sekolah. Nanda tersadar setelahnya.

Maklumi Nanda yang suka oon dadakan dan gak fokus kalo sudah kesal setengah mati. Jadi nyadar ya telat begitu.

"AXEL! KENAPA KELUAR SEKOLAH?! MASIH SEKOLAH TAU!!!! TAS NANDA!!!HUEEE..." Nanda kembali memukuli Axel.

"RENA DIEM! JANGAN PUKUL-PUKUL!  NANTI KITA KECEKAKAAN!" Axel ikut berteriak.

"Kecelakaan goblok!" Tangannya kembali memukul tapi tidak keras takut kecelakaan.

"Bodo amat!"

Nanda diam. Bibirnya mencebik kebawah. Sedih sekali di teriaki Axel begitu.

"A-axel, mau kemana?!" Tanya Nanda.

Axel hanya diam. Masih sebal dengan kejadian di kantin tadi. Enak saja unyel-unyel pipi Nanda. Yang boleh hanya dia tau!

Nanda terus mengamati jalan sekitar. Kemudian merasa familiar dengan jalan yang di lewatinya. Seperti jalan pulang.

Benar saja Axel membelokkan motornya ke tikungan komplek perumahan mereka. Tapi tinggal beberapa rumah lagi menuju rumahnya Axel sudah memberhentikan motor besar itu. Lalu turun mendahului Nanda. Setelah melepas helm Axel kembali mengangkat Nanda sebelum anak itu sadar. Membuka rumah buru-buru dengan satu tangannya ketika Nanda sudah mulai berteriak-teriak lagi. Dan berlari menaiki tangga, membuka pintu kamarnya lalu menjatuhkan Nanda di kasur yang belum di bereskan nya tadi pagi.

Wajah Axel masih saja terlihat kesal. Bersedekap dada sambil menatap Nanda yang juga sedang menetralkan nafasnya.

Nanda mendudukkan diri dan menatap sekelilingnya. Merasa agak familiar dengan ruangan ini. Ah, ruangan ini sering dia tiduri dulu sewaktu kecil.

Enemy? Seriously?Where stories live. Discover now