5 | upacaran

5 0 0
                                    

"woi, ayo ke lapangan. upacaranya udah mau mulai."

mendengar perkataan sang ketua kelas, ochi dan yang lain—yang masih di kelas—beranjak ke luar kelas.

ochi meringis kesal saat topinya diputar ke belakang oleh hanan. tidak ingin buang tenaga, ochi hanya mendumel kecil, memilih membenarkan posisi topinya asal.

"he, bocil, baris di depan sana. lo udah pendek barisnya di belakang lagi. gak keliatan lah."

ochi merengut sinis menatap galen, mentang-mentang tinggi semampang, menghina tubuh ochi seenaknya. padahal ochi tidak sependek itu, hanya teman-temannya saja yang ketinggian.

bima yang kebetulan baris di bagian belakang terkekeh. lalu tangannya terulur ke arah kepala ochi,

cowok itu merapikan rambut dan topi ochi.

memang ochi hanya memutar kembali topi ke posisi yang benar sama seperti dengan cara hanan memutar topinya, hanya digeser pakai sebelah tangan. wajar jika rambutnya sedikit berantakan, beberapa helai keluar terangkat dari topi.

bima melepas topi ochi terlebih dahulu, merapikan rambut ochi, lalu memasangkan kembali topi. lalu menepuk dua kali puncak topi ochi. bima memasang senyuman khasnya.

"hehe, makasih." ucap ochi, menyengir seperti anak kecil.

"ceilah, lagi upacara aja sempet sempetnya pacaran. kita tuh lagi upacara kali, bukan upacaran. malu noh sama pahlawan yang lagi di upacarain." celetuk felix yang baris di depan bima.

bima menoyor pelan kepala felix membuat yang punya kepala meringis kesakitan.

"gila, lo kalo mau noyor orang jangan pake tenaga dalem lah anjir. kepala orang ini, nanti potel mau ganti pake apa lo?"

"SSTT!" sasha memelototi felix galak.

felix merengut, mendumel tanpa suara, mencibiri sasha dan bima. ochi menjulurkan lidah tanda mengejek ke arah felix dengan puas.

setelah itu semuanya mengikuti upacara dengan khusyuk, kecuali beberapa anak cowok yang masih saja berisik walau sudah ditegur guru berkali-kali.

hanan dan juan yang mendebatkan teori berapa jumlah pantat misalnya. atau harsen dan aji yang mendebatkan kategori cowok paling keren antara anak futsal dengan anak band.

setelah mengheningkan cipta dan pembubaran pemimpin serta petugas upacara, kepala sekolah memanggil beberapa nama yang lulus seleksi menjadi anggota osis.

"bintang sanjaya,"

hampir separuh kelas ochi bersorak saat sang ketua kelas dipanggil. beberapa ikut merasa bangga, beberapa kebelet ingin meminjam almamater osis, seperti hanan misalnya.

"lucyanne gaby,"

"andika jinendra,"

"juan renandar,"

lagi, kelas ochi bersorak bahkan bertepuk tangan. mengisi setengah dari suara di lapangan. apalagi hanan ketika sohib sejatinya, juan, dipanggil.

bahkan hanya pengangkatan osis saja, kelas ini sangat heboh. walau penyebab utamanya adalah tidak sabar meminjam almamater osis.

almamater osis sekolah ochi memiliki desain yang dianggap keren, karena itulah kelas ochi yang sedikit norak itu senang sekali nama teman mereka disebut.

setelah pengangkatan osis selesai, hanan mengajak teman sekelas mereka yang masih ada di lapangan untuk foto bersama dengan empat anggota osis dari kelas mereka.

"pak gun, pak," panggil hanan pada pak gun, guru komputer yang kerap kali merangkap jadi tukang dokumentasi sekolah.

"tolong fotoin kita dong." ucap hanan meminta tolong.

pak gun yang sudah mengalungkan tali kamera sejak tadi langsung menyiapkan kamera.

kelas ochi langsung mengambil posisi ke di lapangan.

ochi berada di barisan depan, nomor dua dari ujung sebelah kanan. sedangkan bima berada di barisan belakang dengan posisi persis di belakang ochi.

pak gun mulai menghitung mundur untuk mengambil jepretan. "satu, dua, ti..ga." dia memakai jari untuk berhitung.

semuanya memasang senyum ganteng dan cantik.

"ayo, lagi, gaya bebas." kata pak gun.

"pak, liat dulu, pak, saya nya bagus apa enggak." celetuk jia sibuk membenarkan rambut.

hampir semua teman sekelas ochi menyoraki jia yang hanya dibalas kekehan tidak tahu malu.

"udah cantik, jia. tenang aja. kamu mana pernah jelek." kata pak gun gombal. pak gun memang sering bermain kata dengan anak muridnya.

"IDIHH."

"najis, mana ada, pak."

"pak gun perlu dibelikan kacamata?"

"duh, langsung mules perut saya, pak."

dan masih banyak lagi celetukan seolah tidak setuju dengan gombalan pak gun. pak gun hanya bisa membalas dengan tawa sedangkan jia melirik sinis teman sekelasnya.

"yok, yok, gaya bebas. kali ini bapak jepret beberapa sekaligus, ya." pak gun mengangkat kembali jarinya sebagai aba-aba.

tanpa ochi sangka, "gaya bebas" kali ini mampu membuat jantungnya berdegub kencang, perasaan geli di perut, sekaligus kepikiran tiap malam.

bima, yang berdiri di belakangnya, menempelkan dagunya ke puncak kepala ochi. lalu menaruh kedua tangannya di bahu ochi memasang gaya peace.

ochi jadi terdiam sendiri. tubuhnya seakan membatu. terkejut dan gugup tercampur jadi satu.

namun pak gun sudah kembali memulai hitungan mundur, membuat ochi mau tak mau memasang senyumnya.

beberapa foto diambil lagi namun bima tidak merubah posisinya. hanya tangannya yang berganti gaya. menunjuk wajah ochi, mencubit pipi ochi, membuat peace tepat di sebelah kedua pipi ochi.

bima ini sebenarnya kenapa?

sibuk dengan pikirannya sendiri, ochi tak sadar semuanya sudah mengerubungi kamera pak gun untuk melihat foto tadi.

ketika ia tersadar pun tidak begitu minat ikut bergabung di kerumunan itu. toh nanti akan dibagikan di grup kelas juga.

sayangnya celetukan felix membuat perhatian kelas berpusat pada ochi dan bima.

"cieee bima sama ochi, cieeee."

kira-kira hampir semua celetukan berisi kalimat yang sama, menggoda bima dan ochi.

ochi merengut malu. berpura-pura mengernyit tidak suka padahal dalam hati euphoria meletus-letus.

"pak, nanti kirim ke saya ya fotonya." ujar bima.

"CIEEEEEEE."

kalau begini, bagaimana ochi tidak semakin terjatuh?

abimanyu jendralWhere stories live. Discover now