13

267 37 28
                                    

Tik.   Tok.   Tik.   Tok.   Tik.   Tok.....

Bunyi jam berdetak nyaring memenuhi ruang tamu sekaligus ruang TV kediaman [fullname]. Ada sekitar sembilan orang di dalam ruangan yang cukup terbilang kelewatan luasnya. Tapi entah kenapa, rasa sesak yang justru mereka rasakan karena terjebak di dalam keheningan.

Sudah lewat tiga puluh tiga menit lamanya, belum ada satupun yang memulai angkat bicara. Tiga diantara mereka duduk di atas sofa, dengan satu pemuda bersurai hitam dan poni yang sedikit menutupi wajahnya -mata kiri- duduk di sofa tunggal sambil menyilangkan tangan. Ujung jemarinya bergerak mengetuk seakan mengikuti irama detak jam yang menggiring keheningan, yah... Keheningan yang dibuat olehnya.

Sang pemilik rumah, [name] hanya duduk di sofa panjang sambil menundukkan kepala. Sesekali dia melirik ke arah pemuda yang duduk disampingnya, pemuda bertubuh besar yang tengah asik mengunyah cemilan umaibou, kemudian dia kembali melirik ke seberang dimana pemuda berambut hitam duduk sambil memperhatikan dirinya. Lalu [name] kembali menunduk.

"Uhun....." Pemuda yang duduk di samping [name] berdehem lalu menyikut pelan bahu [name] agar gadis itu menoleh kearahnya. Ya, tentu saja [name] menoleh. Tanpa basa-basi, pemuda bertubuh besar itu pun memberikan satu snack umaibou miliknya ke [name]. [Name] juga gak tau maksud pemberian umaibou ini sebagai apa, jadi dia hanya membalas dengan anggukan ringan sebagai tanda terimakasih. Setidaknya, melihat bungkus umaibou yang lucu dengan selogan kata 'Cheer up!' membuat [name] sedikit lega.

Terus, enam orang lainnya gimana?

Hah...... Mereka duduk bersimpuh di lantai. Tidak ada pula yang berani menengadahkan kepala mereka. Karena jika mereka berani mengangkat kepala, pemuda yang duduk di sofa tunggal itu akan menghujami mereka dengan tatapan menusuk hati. Sudah cukup untuk suasana mencekam ini. Jika tatapan tajam itu bisa membunuh seseorang, mungkin mereka sudah mati di usia muda Detik itu juga.

Kembali ke tiga puluh tiga menit sebelumnya. Ketika [name] pulang setelah ketemuan dengan Alex, dia yang melihat banyak sepatu berserakan di depan pintu rumah turut merapikan sepatu-sepatu tersebut ke dalam rak sepatu tamu yang sudah tersedia. Tentu saja, [name] tidak tau milik siapa saja sepatu tersebut. Dengan kata lain, ada tamu tak diundang yang datang berkunjung selama kepergiannya.

'Firasat ku gak enak nih....' pikir [name] kala itu.

Ketika sibuk merapikan, ada tangan lain yang turut membantu mengambilkan sepatu untuk [name] masukkan ke dalam rak sepatu. [Name] menoleh melihat orang yang membantunya itu, yang ternyata adalah seseorang yang sudah [name] anggap sebagai abang selain Kagami. Yap.... Dia, si pemain basket Yosen bernomor punggung 12, Himuro Tatsuya, pemuda yang sekarang duduk di sofa tunggal sambil mengeluarkan aura mengerikan untuk orang-orang yang sedang dalam satu ruangan dengannya.




.

"[Name]........"

Merinding, itulah yang dirasakan [name] ketika Himuro membuka mulutnya. [Name] menelan ludahnya dengan susah payah, meratapi nasibnya yang kenapa bisa memiliki seorang abang siskon. Abang siskon yang rada bego dan cuma pakai otot dalam berfikir serta abang siskon suka senyam-senyum yandere. Yang jelas keduanya sama-sama overprotective.

[Name] menarik nafas dalam, bersiap menjawab panggilan Himuro. Sedangkan enam orang lainnya yang duduk lesehan di lantai hanya bisa menatap [name] dalam artian 'cepat redakan amarah si siskon sialan itu sebelum kami mati karena hawa menyesakkan ini!' begitulah....

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Crazy Me 'cause KISEDAI [KnBXreader]Where stories live. Discover now