Sebelas

1.1K 71 9
                                    

Keadaan yang membuat kita menjadi berbeda, namun dalam rasa yang sama.

.

.

.

Happy reading

Suara detik jarum jam yang memutar searah, memenuhi keheningan malam ini. Pemilik apartemen mewah tengah tertidur terlungkup di tempat tidur kesayangannya. Berkali-kali mengigau memanggil nama Aril. Orang yang pernah dia tinggalkan dulu, satu tahun lalu. Hanya untuk mengejar mimpinya sebagai seorang HRD di perusahaan asing. Meninggalkan cinta pertamanya yang kini telah menikah dengan gadis muda.

Ponselnya kembali berdering, mengingatkan waktu yang telah memasuki tengah malam. Tangannya meraba-raba kesegala arah untuk mematikan alarm itu.

"Berisik! I want to sleep, now!" Dia kembali tertidur dengan posisi yang berbeda.

Andini kembali tertidur nyenyak, dia memimpikan bercanda dan bercinta dengan Aril. Dia menginginkan Aril untuk menjamahnya.

***

Andini
I want you, now!
I want making love with you, now!

Dua kalimat itu berhasil membuat gairah Aril memuncak. Ya, dia juga menginginkan kebersamaan mereka berdua, seperti dulu kala. Aril merindukan hangatnya benaman milik Andini. Rapatnya milik Andini akan bersatu dengan miliknya yang tak akan pernah pupus. Aril siap akan hal itu.

Aril
Yes Baby, wait for me!

Aril berjalan melewati Zanna yang baru saja keluar dari dapur, membawa beberapa masakan yang diinginkan Aril.

"Loh Mas, mau ke mana? Ini udah matang udangnya," ucap Zanna.

"Berisik! Aku mungkin nggak akan pulang malam ini." Aril berlalu begitu saja, meninggalkan Zanna yang termenung.

Mobil Aril melaju dengan kecepatan tinggi melewati beberapa mobil di depannya. Dia harus segera tiba di apartemen milik Andini. Menuntaskan segala hasrat yang terpendam sangat lama. Aril tak sabar segera membenamkan miliknya di sana dengan sangat lama. Ah, membayangkan saja membuat kejantanan Aril bangun. Siap untuk tempur!

Dua puluh menit, Aril telah sampai di apartemen yang Andini tempati. Dia segera berlari untuk sampai di lift. Menekan tombol naik dan masuk. Dia memilih angka tujuh. Semuanya sudah dia hafal di luar kepala. Bahkan dengan menutup mata saja, dia akan sampai di kamar Andini.

Aril menekan bel dan pintu terbuka, menampilkan Andini yang berbalut lingerie berwarna merah, kesukaan Aril. Dengan potongan dada yang memperlihatkan jelas dada penuh milik Andini. Lingerie yang dikenakan, begitu pas dengan tubuh Andini yang sangat sexy dan padat berisi.

Aril segera menerjang Andini dengan ciuman yang beruntut. Aril terus mendorong Andini ke belakang dengan bibir mereka saling bertautan. Benar-benar rasa yang sama. Yang telah dia rindukan sekian lama. Andini melepaskan kancing kemeja Aril dengan cekatan, dia tak ingin berlama-lama bercumbu seperti ini. Dia menginginkan lebih.

Tiba di kamar, Andini segera melepaskan lingerienya dengan gerakan sensual, membuat milik Aril benar-benar tegang. Dia segera menerjang Andini dan merebahkannya di tempat tidur. Aril mencium bibir Andini sekilas dan segera membenamkan miliknya sekarang. Andini mendesah, rasa yang sama telah membuat dirinya rela kembali ke kota ini. Hanya untuk kembali bercinta dengan Aril. Namun berbeda dengan Aril, dia memperlambat temponya. Rasa itu telah berbeda. Bukan lagi rapat seperti dulu, hanya hangat dan menggairahkan. Berbeda dengan milik Zanna yang selalu rapat dan membuat miliknya teremas-remas jika melakukannya.

Aril mendesah, membayangkan hangatnya percintaannya bersama Zanna, membuat miliknya semakin membesar dan mempercepat tempo hujamannya. Andini semakin gila dengan perlakuan Aril seperti ini. Dia benar-benar tak bisa berpaling dari Aril, jika kepuasan itu membuatnya nyaman. Andini selalu terpuaskan jika bersama Aril. Berbeda dengan beberapa lelakinya di Jakarta sana.

Desahan Andini memenuhi ruangan, kala mencapai titik kepuasaannya. Berbeda dengan Aril yang masih kuat untuk terus menghujami Andini dengan gerakan cepat.

Zanna, i want you. Wait for me! Sebentar lagi kita akan bercinta, sayang. Tunggu aku pulang.

"Ariiilllllll," panggilan itu yang membuat Aril menghentikan hujamannya. Andini telah beberapa kali mencapai kepuasan. Aril mengeluarkannya di luar, membuat Andini berpikir.

"Kenapa?" tanya Andini.

"Aku takut kamu hamil, karena aku belum puas." Andini tersenyum. Mereka memiliki pemikiran yang sama. Masih ada banyak waktu untuk melakukannya kembali. Andini ingin beristirahat sekarang. Dia sangat puas dengan Aril.

Aril membersihkan diri di kamar mandi. Dia harus pulang dan menuntaskannya dengan Zanna. Dia tidak puas dengan Andini. Andini dan miliknya telah berbeda. Aril segera memakai pakaiannya dan segera meninggalkan Andini yang tertidur pulas.

***

"Loh, Mas?" sapa Zanna bingung.

Aril segera mencium bibir Zanna dan mengangkat tubuh mungilnya menuju kamar mereka di lantai dua. Hasratnya sangat menggebu-gebu ingin dituntaskan sekarang. Aril merebahkan tubuh Zanna dan mulai menurunkan gaun tidur Zanna, hingga tak ada sehelai benang pun di tubuh mungil Zanna.

"Aku ingin kamu, sekarang! ?" Zanna mengangguk, dia membantu Aril melepaskan pakaiannya.

Aril segera membenamkan miliknya di dalam sana. Hangat dan rapat. Ini yang dia inginkan. Menghujam dalam-dalam miliknya di sana dan mendengarkan suara desahan Zanna, adalah alunan malam yang indah. Aril bahkan membuat Zanna dimabuk kepayang, dia bahkan lemas, dibuatnya. Namun berbeda dengan Aril, yang masih menginginkan Zanna. Dua kali keluar, tak membuatnya loyo, dia bahkan lebih bersemangat saat Zanna mencapai puncaknya dengan menyebut namanya, diiringi desahan kenikmatan yang tergambar sangat jelas.

"Mas, aku lelah. Boleh berhenti sejenak?" Tak ada jawaban dari Aril, "nanti boleh lanjut lagi, deh!"

"Oke. Istirahatlah sebentar, Sayang. Karena kita akan melewati malam ini dengan percintaan."

Gempur aja terus gempur. Gue kewalah Bapak! Bisa jalan nggak ya, besok?

"Besok libur aja, karena aku nggak akan lepasin kamu dari tempat tidur, Sayang."

Meninggoy.

***

Halo Zeyengkuhh. Mon maap lama update. Malam ini bernasah-basah dengan Aril ya, mereka lagi malam jumat bersama, jangan ganggu.🤣🤣🤣

Wedding Enemy (21+) Where stories live. Discover now