Lima : Realita

1.4K 363 41
                                    

Kalo kalian suka sama cerita ini jangan lupa tinggalkan jejak ya🥺💚



[][][]



"Yang Mulia Ratu... Apa Anda menangis?" tanya Sir Travis dengan cara berbicara yang menyiratkan kekhawatiran, begitu melirik ke sosok di sampingnya dan mendapati adanya setetes air mata yang mengalir pada pipi Sang Ratu.

"T-tidak, sepertinya mataku tadi sempat kemasukkan debu." elak Rose cepat seraya berbalik memunggungi Sir Travis, kemudian dengan segera mencoba menghapus jejak air matanya, setelah melepas sarung tangan yang sebelumnya ia kenakan.

"Apa Anda ingin kembali saja, Yang Mulia Ratu?" tanya Sir Travis kembali.

Setelah terdiam cukup lama, Rose memutuskan untuk menganggukkan kepalanya.

"Iya, aku ingin kembali." jawabnya kemudian.

Pikiran dan hatinya saat ini sedang kacau, kalau ia memaksa melanjutkan, Rose takut tidak bisa berpikir jernih dan malah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya.

Rose seketika terlonjak, saat tiba-tiba saja Sir Travis memasangkan jas miliknya yang baru saja ia lepas ke atas kepala Sang Ratu. Membuat wajah Rose saat ini tertutupi oleh jas milik pria itu.

Tak berhenti di situ, Sir Travis kemudian menyodorkan sapu tangan miliknya pada Rose.

"Mohon ampuni kelancangan saya, Yang Mulia Ratu. Tapi saya khawatir akan ada pembicaraan yang tidak baik jika Anda kembali dengan kondisi seperti saat ini." jelas Sir Travis.

Rose hanya menganggukkan kepalanya, menanggapi penjelasan pria itu.

"Sir Travis, anda bisa tutup mulut soal apa yang terjadi hari ini, kan?"

Sir Travis langsung menganggukkan kepalanya, meski ia tahu saat ini Sang Ratu tak dapat melihatnya.

Kalau sampai ada pembicaraan mengenai Ratu yang menangisi Kaisar yang tengah bermesraan dengan wanita lain, hal itu malah membuat Ratu terlihat lemah serta akan mencoreng harga diri Sang Ratu.

"Tanpa Anda memintanya, saya pasti akan melakukannya, Yang Mulia Ratu."

"Aku berterimakasih atas kebaikan hatimu, Sir Travis." ungkap Rose kemudian.

Selama perjalanan kembali ke area perjamuan, menggunakan sapu tangan Sir Travis, Rose berusaha menenangkan dirinya sekaligus menghapus air matanya yang terkadang masih mengalir di luar kehendaknya.

Beruntung, setelah cukup dekat dengan area perjamuan, Rose sudah dalam keadaan yang cukup tenang. Jejak air matanya nyaris tak terlihat.

Setelah menerima salam perpisahan dari Sir Travis, bersama para dayang dan beberapa pelayan, Rose melangkah masuk ke dalam Istana Ratu.



[][][]






"Yang Mulia, apa Anda berkenan jika saya panggil dokter istana untuk memeriksa kondisi tubuh Anda?" tanya Cyron dengan raut wajah penuh kekhawatiran, usai meletakkan segelas teh panas di atas meja kecil yang ada di kamar Sang Ratu.

Rose lantas menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, sepertinya aku hanya sedikit pusing karena matahari hari ini begitu terik."

"Apa ada lagi yang Anda butuhkan Yang Mulia?" tanya Cyron kembali.

"Tidak ada, sekarang aku hanya ingin beristirahat. Kembalilah ke ruanganmu, Cyron. Aku akan memanggilmu jika membutuhkan bantuanmu."

Cyron menganggukkan kepalanya, sebelum kemudian wanita itu mengangkat kedua ujung gaunnya seraya menekuk salah satu kakinya. Memberikan salam penghormatan pada Sang Ratu.

"Baik, Yang Mulia. Kalau begitu saya undur diri, silahkan beristirahat dengan nyaman."

Tak berselang lama setelah Cyron meninggalkan kamar tidurnya, Rose lantas beranjak mengambil sebuah foto yang ada di salah satu nakasnya.

Foto yang menampilkan anggota keluarganya, keluarga Grand Duke Dallington. Kedua orangtuanya, kakak laki-lakinya serta dirinya sendiri tersenyum bahagia di foto tersebut.

Tangan Rose perlahan mengelus lembut kertas foto tersebut, tepat di bagian foto ibunya yang merupakan mendiang Grand Duchess Dallington. Rose kembali terlempar pada memori di masa lalu, saat dimana Ibunya memberikannya sebuah nasihat.


[][][]


Beberapa tahun yang lalu...

"Saat ini kamu beruntung karena menjadi wanita pertama yang dicintai oleh Putra Mahkota," ucap Nyonya Dallington secara tiba-tiba, masih dengan kedua tangannya yang bergerak lembut menyisir rambut putrinya.

Rose menatap ibunya lewat pantulan cermin dengan pandangan kebingungan.

Kenapa Ibu harus menyelipkan kata 'saat ini' dan juga 'wanita pertama' pada ucapannya?

Seakan-akan Ibu meragukan cinta Putra Mahkota padaku?

"Ke depannya tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi, perasaan manusia merupakan satu dari lain hal yang rentan mengalami perubahan," lanjut Ibunya kemudian.

Grand Duchess Dallington sekaligus ibu dari Roseanne DallingtonㅡCalon Putri Mahkota Kekaisaran Eleanorㅡkini meletakkan sisir yang sebelumnya berada di genggamannya ke atas meja rias.

"Jika sesuai apa yang kita harapkan, semua berjalan lancar dan kamu berhasil menempati kedudukkan tertinggi bagi wanita di kekaisaran," Nyonya Dallington sejenak menghentikan ucapannya, matanya kini beralih menatap lekat mata putrinya lewat pantulan cermin.

"Ibu harap kamu tidak lantas terlarut dalam kesedihan, andai kata suatu saat nanti kamu bukan lagi satu-satunya wanita istimewa bagi Yang Mulia Jethro."

Sejenak Nyonya Dallington menarik napas dalam, masih dengan matanya yang tertuju pada mata putrinya lewat pantulan cermin.

"Walaupun tidak mudah, saat itu lah kamu harus mulai melupakan perasaanmu pada beliau. Karena kalau kamu malah mempertahankan perasaan sepihak itu, suatu saat nanti perasaan itu bisa saja menghancurkan dirimu dari dalam." ucap Nyonya Dallington, diikuti kedua tangannya yang mengusap lembut kedua bahu putrinya.

"Kamu mungkin tidak bisa mengendalikan perasaan Yang Mulia Putra Mahkota ke depannya untuk terus bertahan mencintaimu. Tapi setidaknya, andai hal yang tidak kamu inginkan itu benar terjadi, kamu harus bisa mempertahankan kekuasaanmu sebagai wanita dengan kedudukkan tertinggi di kekaisaran ini." jelas Nyonya Dallington panjang lebar.

"Karena sekalipun kaisar memiliki seratus wanita lain di sisinya, ingat lah bahwa hanya akan ada satu ratu di kekaisaran ini."

Saat itu Ibunya bukan mencoba menakut-nakutinya akan posisi Putri Mahkota yang dalam waktu dekat akan menjadi miliknya. Ibunya hanya mengingatkannya akan realita yang ada—bahwa tidak ada yang dapat menjamin bahwa cinta Jethro akan selalu menjadi miliknya—sehingga andai apa yang tidak ia harapkan benar terjadi, Rose tahu langkah apa yang harus ia ambil. Tanpa berlarut dalam kesedihan karena perasaannya yang terluka.




[][][]




📩Kolom untuk diskusi dan bertanya.

Aku kayaknya udah lama ga ngingetin buat tinggalkan jejak. Serius, vote dan komen kalian berharga banget buat aku. Toh vote dan komen itu gak susah dan gratis ini, kan? Aku update secepat yang aku bisa, but please appreciate my works with ur vote and comment💚

Sedikit spoiler buat part selanjutnya. Dwayne bakal muncul dan akan ada sedikit clue mengenai siapa sosok Dwayne di cerita ini🥰

Sabar, baru muncul. Belum ketemu sama Rose. Silahkan nikmati dulu perihnya Rose jadi Ratu yang terabaikan xixi🤭

Aku lanjut lagi kalo semua part udah tembus 60 vote yaa! Biar kalian juga semangat buat ninggalin jejak

See you!

The Abandoned QueenTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon