Sembilan : Air Mata Dewi

1.4K 362 48
                                    

"Sejujurnya, aku cukup terkejut. Aku tidak menyangka bahwa pemilik sekaligus Ketua Asosiasi Dagang Detrich adalah..." Rose tiba-tiba menjeda ucapannya, lidahnya terasa kelu untuk melanjutkan kalimat tersebut. Ada rasa sungkan dalam dirinya untuk menyebut Dwayne sebagai mantan kekasihnya, meskipun itu adalah sebuah kenyataan.

"...sosok yang aku kenal." lanjut Rose pada akhirnya seraya tersenyum tipis.

"Begitu juga saya, Yang Mulia Ratu,"

"Saya tidak menyangka bahwa Anda akan terlihat semakin cantik dari kali terakhir saya melihat Anda." lanjut Dwayne setelahnya sembari melempar senyuman terbaiknya.

Rose tanpa sadar sesaat mengalihkan pandangannya dari Dwayne. Bohong kalau ia tidak terguncang dengan kedatangan Dwayne, terlebih kalimat terakhir yang baru saja diucapkannya seakan memancing Rose untuk kembali mengingat kenangan tak mengenakkan di masa lalu.

Hari dimana Rose resmi menikah dengan Jethro, sesaat setelah sesi penobatannya sebagai Putri Mahkota, saat itu lah matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata Dwayne yang entah sejak kapan kembali ke wilayah kekaisaran. Kali itu pun menjadi saat terakhir keduanya saling bertatapan, sebelum setelahnya Rose mendengar kabar bahwa Dwayne telah meninggalkan kediaman Duke Cladious sekaligus wilayah Kekaisaran Eleanor.

"Terimakasih atas pujianmu, Sir Dwayne." balas Rose pada akhirnya.

"Kalau begitu aku akan langsung berterus terang saja," ucap Rose setelahnya, di saat yang sama mencoba mengubah topik pembicaan.

"Alasan aku mengundangmu ke istanaku, karena aku ingin memastikan mengenai niatmu untuk membangun gedung di akademi Kekaisaran Eleanor atas namaku, apa itu benar?" tanya Rose kemudian.

Dwayne langsung menganggukkan kepalanya, "Benar, Yang Mulia Ratu. Untuk kegunaan gedungnya juga silahkan Anda sendiri yang menentukannya."

Senyum Rose seketika merekah, ia tak dapat menyembunyikkan rasa senangnya.

"Ini merupakan suatu kehormatan untukku, Sir Dwayne. Aku sangat menghargainya."

Membangun sebuah gedung atas nama seseorang merupakan bentuk penghormatan pada orang tersebut, secara tidak langsung juga mengangkat nama baik orang yang bersangkutan. Sebagai seorang Ratu, Rose memang sudah sering menerima berbagai hadiah dari para bangsawan yang ingin memiliki relasi lebih dengannya. Namun, baru kali ini ia menerima hadiah terhormat seperti apa yang dilakukan Dwayne padanya, bukan sebuah gaun atau perhiasan.

"Lalu apa yang bisa aku lakukan untukmu sebagai balasannya? Bukankah tidak ada yang gratis di dunia ini?" tanya Rose setelahnya.

Dwayne sesaat terlihat terkejut, namun pria itu dengan segera menutupinya dengan seulas senyuman.

Padahal, apapun akan aku berikan jika kamu menginginkannya, Roseanne.

"Ah, Anda sangat berterus terang rupanya, Yang Mulia Ratu."

"Hal yang saya inginkan ada dua hal, Yang Mulia Ratu. Apa Anda tidak keberatan?" tanya Dwayne.

"Kalau begitu katakan lah, apapun itu selama aku bisa mengabulkannya akan aku kabulkan."

Rose mengira bahwa apa yang Dwayne inginkan darinya mungkin tidak jauh dari urusan bisnis dan perizinan yang berkaitan dengan asosiasi dagang yang dimiliki pria itu.

Namun nyatanya, hal yang Rose dengar selanjutnya bukanlah hal yang ia duga.

"Pertama, tolong izinkan saya untuk menepati janji yang pernah saya buat pada Anda, Yang Mulia Ratu."

Rose seketika mengerutkan keningnya, "Janji? Janji apa yang kamu maksud, Sir Dwayne?"

Dwayne malah tersenyum seraya menatap Rose dengan sorot mata yang sulit diartikan.

The Abandoned QueenWhere stories live. Discover now