Duapuluh Satu : Undangan

665 139 18
                                    

Dua hari kemudian, setelah kondisi Rose benar-benar pulih, Rose meminta Jevon de Cladious untuk datang ke istananya.

"Kenapa kalian masih belum mengumumkan pada publik mengenai kondisi Dwayne?" Rose langsung berterus terang, tepat setelah Jevon memberikan salamnya dan ia mempersilahkannya untuk duduk.

Baru saja Jevon akan membuka mulutnya, Rose kembali menambahi ucapannya.

"Jangan coba-coba berbohong padaku, Duke Muda. Aku mungkin tidak tahu alasan kalian menyingkirkan Sir Rudriger, tapi kalian juga tidak mungkin meninggalkan pesan seperti itu kalau Dwayne tidak baik-baik saja."

Jevon seketika menatap Rose dengan pandangan kagum seraya tersenyum bangga. Ia tak menyangka Sang Ratu dapat langsung menebak taktik yang digunakan keluarganya.

"Anda sungguh mengangumkan, Yang Mulia Ratu."

Rose tak menanggapi pujian Jevon, ia hanya diam seraya menatap Jevon dengan pandangan serius. Seakan menunggu jawaban yang akan keluar darinya atas pertanyaannya.

"Yang Mulia, mungkin anda juga sudah menduganya. Sir Rudriger berniat untuk membunuh adik saya dan sengaja membuat kereta kuda kami jatuh ke jurang."

"Tapi, bukankah tidak mungkin seorang ajudan kaisar bergerak tanpa perintah majikannya?"

Rose seketika mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu Kaisar mengincar nyawa Dwayne?"

Jevon langsung menganggukkan kepalanya.

"Benar, Yang Mulia. Kami cukup yakin bahwa Kaisar masih belum mengetahui status rahasia Dwayne, karenanya kami juga masih belum tahu alasan kenapa Kaisar ingin menyingkirkannya."

Semuanya kini mulai terlihat jelas. Emblem pasukan khusus kekaisaran yang ditemukan pada lokasi kecelakaan beberapa hari yang lalu pasti milik Rudriger. Rose juga akhirnya mengerti, kenapa Jethro menolak penyelidikan atas apa yang terjadi pada Dwayne. Karena Sang Kaisar lah yang menginginkan kecelakaan itu terjadi.

Meski begitu, Rose masih tidak mengerti kenapa Jethro bisa begitu membenci Dwayne sampai ia ingin membunuhnya. Padahal Rose cukup yakin bahwa pertemuan pertama keduanya adalah pada saat pesta berlangsung, dimana Dwayne juga baru kembali ke kekaisaran setelah sekian lama.

"Karenanya, untuk sementara ini kami akan menyembunyikan keberadaan Dwayne, terutama dari Yang Mulia Kaisar." lanjut Jevon setelahnya.

Jevon kemudian merogoh kantung jasnya dan mengeluarkan sebuah surat yang langsung ia sodorkan pada Rose.

"Dwayne juga menitipkan surat untuk anda."

Rose sempat tertegun, tak menyangka bahwa Dwayne juga akan menitipkan sebuah surat padanya melalui Jevon.

Lalu setelahnya, karena tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Rose mempersilahkan Jevon untuk pergi meninggalkan istananya.

Usai kepergian Jevon, barulah Rose mulai membuka dan membaca surat dari Dwayne.

Salam saya pada Bulan Kekaisaran Eleanor, semoga perlindungan dewa-dewi selalu menyertai Anda kapanpun dan dimanapun anda berada.

Yang Mulia Ratu, anda pasti sangat terkejut saat mendengar berita mengenai kecelakaan yang saya alami. Anda tidak perlu khawatir, saya masih hidup dan baik-baik saja.

Sebenarnya saya ingin segera bertemu dengan anda lagi, apalagi setelah mendengar anda jatuh sakit. Saya sungguh mengkhawatirkan anda. Namun keluarga duke khawatir kalau kaisar akan kembali mencoba menyingkirkan saya, saat mengetahui saya masih hidup. Belum lagi, memang ada hal penting lain yang harus saya persiapkan.

Walau sangat disayangkan, namun untuk sementara ini saya terpaksa hanya dapat melihat taman bunga mawar yang saya rawat di kediaman duke saat merindukan wanita yang sangat saya cintai.

The Abandoned QueenWhere stories live. Discover now