16. Pagi yang kesal

1.3K 59 2
                                    

Trek!
Trek!
Trek!

Jam 3 pagi Alea sudah bangun, perempuan itu sangat semangat sekali mempersiapkan keperluan Ilham di hari pertamanya menjadi isteri. Lebay? Tidak juga, beberapa waktu lalu sebelum menikah Atika sang ibu memberi wejangan gar dirinya bangun lebih awal, masak dan membersihkan rumah, agar ketika pagi hari semua sudah selesai dan ia pun bisa bersantai. Toh juga memang sebelumnya Alea sudah terbiasa bangun subuh karena mengantar sang ibu ke pasar, bedanya sekarang lebih awal saja.

Tadi ia sudah membangunkan Ilham untuk solat subuh bersama dan menyuruhnya mandi, lelaki itu nurut-nurut saja meski dengan wajah yang terlihat masih ngantuk. Alea sendiri bingung, ia tidak tahu jadwal suaminya hari ini. Jadi selagi suaminya itu mandi ia bertanya.

Tok!
Tok!

"Apa jadwal kamu hari ini? Aku mau siapin bajunya," tanya Alea didepan pintu kamar mandi.

"Tidak perlu, aku ambil sendiri bajunya," jawab Ilham membuat sang isteri terdiam.

"Kamu mau berangkat ke kantor? Jam berapa?"

Terdengar keran air dimatikan. Pintu langsung terbuka menampilkan sosok Ilham dengan ekpresi dingin.

"Kamu banyak tanya, aku mau ada kunjugan sama Bagas bareng komandan jam delapan," jawab lelaki itu tajam, ia pun langsung melengos begitu saja.

Alea semakin terdiam, ekpresinya jadi sulit diartikan. Namun beberapa detik kemudian ia teringat sesuatu. Alea sedang merebus daging, jadi ia langsung pergi ke dapur mematikan kompor dan memasak makanan lainnya. Ilham berdiri mematung menatap kepergian isterinya. Lelaki itu masih sibuk mencari pakaian dinasnya.

Ilham sendiri tidak tahu kenapa dirinya bersikap seperti itu pada Alea, hanya saja setiap kali dia melakukan kebaikan, melayaninya dengan sopan, hati agam sakit dan membuatnya ingin pergi dari hadapan perempuan itu.

"Aku berharap kamu yang ada disini, kamu yang melayani aku, buka perempuan asing itu," gumam Agam sembari menatap fotonya bersama Aurelia.

Sedangkan didapur Alea tampak sibuk memasak, hari ini ia akan membuat ayam semur kecap dan perkedel, ditambah camilan pagi seperti pisang goreng. Menu yang sederhana memang, tapi ia membuatnya penuh dengan suka cita, dan soal rasa bisa dibandingkan, Alea sendiri cukup mahir memasak meskipun ia jarang bahkan tak pernah melakukannya dirumah.

"Ilham suka kopi atau teh manis ya?" tanya Alea pada dirinya sendiri, ia masih asik menunggu semurnya matang.

"Jika aku bertanya nanti dia kesal lagi, lebih baik aku buatkan keduanya saja, jadi dia bisa memilih," imbuhnya beralih mengeluarkan dua cangkir gelas, lalu kemudian memasukan masing-masing bahan yang tadi ia sebut. Kopi dan teh.

"Nanti saja aku berikan airnya," gumam Alea ketika melihat jam baru menunjukkan pukul 6 pagi.

Ditempat lain Safana terlihat sedang duduk melamun, ia juga tinggal di asrama satuan wanita. Karena ia memang bertugas dibagian kantor, dan jarak asrama dengan tempat kerjanya dekat, perempuan itu belum bersiap-siap.

"Saf, kamu belum mandi? Kita ada apel pagi," ujar salah satu teman Safana.

"Sebentar lagi,"

"Oh ya, kemarin kamu kemana tidak hadir di pernikahan kapten Ilham?"

"Aku pulang ke rumah, ada acara yang tidak bisa aku tinggal juga," jawab Safana.

"Serius isterinya cantik banget, bisa nyanyi, banyak kenalan orang-orang penting lagi, dia juga punya teman dari Jepang. Beruntung banget kapten Ilham menikah sama dia,"

Safana merasa dongkol mendengar pernyataan temannya itu. namun ia menunjukkan ekspresi yang sebaliknya, sebiasa mungkin ia terlihat senang dan tertarik.

"Kamu tidak nyusul nih? Eh tapi kemarin-kemarin gak patah hati kan?"

"Patah hati apa maksud kamu? Aku bahagia dan sebenarnya udah titip kado langsung ke kapten Ilham," ujar Safana.

"Iya tapi kamu sebelumnya pernah ada perasaan kan ke kapten Ilham?" tanya temannya terus menggoda.

"Ada lah, kamu pikir aja dicombalngin tiap kali ketemu masa tidak ada rasa. Tapi ini takdir tuhan, aku sama kapten tidak berjodoh, doa kan saja nanti dapat pengganti yang lebih baik," timpal Safana sebari tersenyum manis.

'Atau aku tetap paksa saja dia menjadi jodoh ku. Tidak ada yang tidak mungkin selagi kita berusaha keras kan,' –imbuhnya membatin.

Kembali pada Alea, perempuan itu hampie menyelesaikan semua tugasnya. Nasi sudah matang, lauk sudah jadi begitu juga pisang goreng, kopi dan teh manis, semua itu sudah ada di meja makan.

Alea pun tinggal memanggil Ilham, jam juga sudah menunjjukan pukul 7 pagi, seharunya suaminya itu sudah siap.

Sret!
Duk!

Saat perempuan itu berbalik, ternyata Ilham sudah datang lebih dulu. Lengkap mengenakan pakaian loreng, sepatu dinas, tas punggung kecil dan topi baretnya yang masih ia pegang.

"Kita sarapan dulu," ujar Alea berniat mengambilkan piring untuk lelaki itu.

"Aku makan diluar," seru Ilham melengos pergi. Beberapa detik Alea terdiam dan membiarkan suaminya pergi begitu saja, namun ia langsung tersadar dan segera menyusulnya.

Grep!

Alea berhasil menahan tangan Ilham.

"Kenapa? Aku udah masak, rasanya dijamin enak," ujar perempuan itu.

"Aku gak peduli, dan aku gak akan mau makan masakan kamu," timpal Ilham seraya melepaskan gengagaman tangan Alea.

"Karena itu, lain kali kamu tanya jika ingin melakukan sesuatu," imbuhnya menaiki mobil.

Blam!

Alea hanya diam menerima setiap perlakuan Ilham yang tak biasa.

Brum!

Begitu juga ketika suaminya itu menaik mobil dan pergi. Berjalan pelan, Alea kembali masuk kedalam rumah. Disana ia duduk melamun sembari menatapi makanan yang ia masak, semuanya jadi percuma.

"Kalau hanya aku yang makan akan tersisa banyak," gumamnya.

Alea sendiri tidak sedih karena perlakuan Ilham, ia memahami adaptasi yang dibutuhkan mereka berdua. Toh kata ibunya kan isteri harus sabar di 40 hari pertama pernikahannya. Jadi tidak perlu terburu-buru, santai saja nanti juga mereka akan terlihat dan menjadi keluarga bahagia.

Lama melamun akhirnya Alea mendapatkan sebuah ide. Hari ini dia ada keperluan bersama team royal, jadi mungkin akan lebih bermanfaat jika ia membungkus makanannya untuk teman-temannya di basecamp. Ide brilliant.

"Sekalian buat ibu juga kali ya?" gumam perempuan sembari mulai mewadahi ulang masakannya.

Setelah semuanya beres, dan sebelumnya Alea sudah mandi juga, ia pun langsung pergi. Kebetulan pasutri baru itu memiliki dua mobil, yang salah satunya diberikan Yahya sebagai hadiah pernikahan. Jika tadi Ilham menggunakan mobil pribadinya, maka Alea yang akan menggunakan mobil baru secara perdana.

Toh juga sebelumnya sang suami sudah membebaskan ia memakainya. Jadi aman-aman saja, dan dia tidak akan kesal lagi seperti tadi.

"Kenapa juga Ilham kesal pagi ini, tidak, bahkan sejak malam dia sudah kesal," guma Alea seraya memarkirkan mobilnya keluar. namun bukannya bingung perempuan itu justru tersenyum. Ia menyadari sesuatu.

Brum!

Enggan stress karena masalah sepele, Alea segera melajukan mobilnya pergi.

















Yaampun Ilham kamu kok gitu sih sama Alea, kasian tahu! Gak takut apa rezekinya melarat😂
Alea masih mode sabar ya, diam aja di sakitin suami, titisan suara hati istri apa ya?

Jangan lupa vote dan komentar, bantu share juga agar semakin banyak orang membaca cerita ini.

Salam hangat

Resa Novia.

Suami TentaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang