31. Misterius

920 50 7
                                    

Atika langsung menelpon Alea ketika mendapat kabar jika Rizki diserang kelompok orang tak dikenal. Katanya keadaan anak itu kritis. Belum tahu pasti juga bagaiamana olah TKP pada saat kejadian, karena Jeje masih syok dan tak ingin menceritakannya sekarang.

Alea sendiri langsung bergegas ke rumah sakit ketika sang ibu menelpon, jantungnya berdegup kencang membayangkan kondisi Rizki dan memikirkan kiranya siapa yang sudah melakukan ini semua. Meski pada akhirnya ia yakin jika Aron yang menjadi daang semuanya, terlebih lagi tadi pagi lelaki itu sempat menghubunginya.

Tap!
Tap!
Tap!

Alea pergi diantar Ilham dan mereka berdua sudah sampai ditempat tujuan, langkahnya terkesan buru-buru menyusuri ruang koridor rumah sakit. Diujung jalan Atika sudah terlihat, perempuan sepertinya gelisah, terlihat dari gayanya yang mondar-mandir tidak jelas.

"Ibu,"

"Alea,"

Ibu dan anak itu salaman, diikuti Ilham juga. Mereka bertiga pun duduk dikursi depan ruang penanganan, sembari menunggu dokter keluar.

"Apa yang terjadi dengan Rizki bu?" tanya Alea.

"Ibu juga tidak tahu, temannya yang berangkat dengan Rizki hanya bilang jika mereka diserang sekelompok orang tak dikenal, dia masih syok dan tidak mau menceritakan lebih detail sekarang,"

"Maaf sebelumnya bu, apa Rizki pernah terlibat geng motor atau mobil? Atau perkumpulan lainnya yang bisa menimbulkan perkelahian?" tanya Ilham ikut berkomentar.

"Tidak. Setahu ibu Rizki hanya melanjutkan pekerjaan Alea sebagai ojek online, tidak ada lagi kegiatan yang dia lakukan sepulang sekolah," jawab Atika.

"Rizki tidak akan pernah mau mengikuti kegiatan seperti itu, karena dia punya tujuan memakai baju loreng. Kamu pasti mengerti," timpal Alea.

Ceklek!

Tak lama pintu pun terbuka, sosok dokter yang mereka tunggu akhirnya datang, menghentikan percakapan mereka semua.

"Dokter bagaimana keadaan anak saya?" tanya Atika.

"Keadaannya sudah membaik sekarang, ada beberapa tulangnnya yang retak, seperti rusuk bagian kanan dan daerah belakang kepala ke punggung, pasien harus banyak istirahat dan mungkin membutuhkan waktu cukup lama untuk tulang-tulannya pulih kembali," jelas dokter membuat semua orang terdiam.

"Kalau begitu saya permisi,"

Sepeninggal dokter Alea, Atika dan Ilham duduk kembali. Tidak ada yang memulai pembiaraan, orang-orang sibuk dengan pikirannya masing-masing.

'Aron sialan! Dia sudah keterlaluan, aku harus memberi pelajaran pada lelaki itu,' –batin Alea.

"Rizki bilang dia akan mengikuti tes tentara, tapi ibu menahannya karena tidak ingin kehidupan dia berakhir seperti ayah kalian," ujar Atika dengan pandangan yang mulai berair.

"Tapi dia tetap berusaha dan berlatih, dia juga meyakinkan ibu jika tidak semua tentara memiliki takdir seperti ayah. Tapi sekarang keadaan dia seperti ini, katanya beberapa bulan lagi akan ada tes tentara, apa Rizki bisa mengikutinya?" imbuhnya.

Ilham pun memikirkan hal yang sama, dia sudah mendapatkan jadwal akan adanya penerimaan baru, jika melihat dari kondisi Rizki, anak itu bisa sembuh dan mengikuti tes, tapi tidak tepat waktu.

"Kemungkinan besar Rizki akan sembuh ketika pendaftaran sudah selesai," ujar Ilham membuat bu Atika semakin sedih, dia merasa sudah gagal, seharusnya dulu dia mendukung keinginan anaknya.

"Ibu tenang saja, Rizki bisa mengikuti pendaftaran, tapi mungkin tahun depan," imbuhnya.

"Aku akan jelaskan baik-baik nanti sama Rizki. Dia anak yang pengertian kok bu," timpal Alea.

Suami TentaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang