46. Kesepakatan

914 56 24
                                    

Srak!
Srak!

"Jangan lihat aku dengan tatapan seperti itu, aku takut kelepasan mencongkel mata mu," ujar Alea.

Saat ini perempuan itu sedang memasak di dapur, dan Ilham duduk memperhatikan dari meja makan dengan sorot tajam dan mata yang nyaris tidak berkedip sama sekali.

Ilham tampak berdecih, bibirnya tersenyum picik, dia mentertawakan dirinya sendiri yang malah setuju membuat kesepakatan dengan Alea.

"Lihat saja nanti, aku pasti akan membunuh mu setelah masalah ini selesai," desis Ilham.

"Benarkah? Kamu tidak mempunyai perasaan cinta sedikit pun kepada ku?"

"Tidak,"

"Jadi terlihat jelas siapa yang sebenarnya seorang pembunuh, haha," ujar Alea.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan diantara keduanya, Alea fokus memasak sampai hidangannya matang dan disajikan di meja.

Trek!
Trek!

Setelah semua masakannya tersaji diatas meja Alea langsung mengambil satu piring untuk diisi nasi dan lauk, lalu diserahkan kepada Ilham. Barulah setelah itu dia menuangkan nasi dan laut untuk dirinya sendiri.

"Cepatlah makan selagi nasi dan lauknya hangat," ujar Alea.

"Aku tidak menyuruh mu menyiapkan makanan untuk ku," ujar Ilham.

"Memang tidak, tapi aku adalah pembunuh yang mempunyai attitude baik. Aku bukan hanya menawari mu makan, tapi aku langsung menyediakannya," timpal Alea.

"Dan jika kamu adalah orang yang baik, kamu tidak akan menolak pemberian ku," imbuhnya.

Lagi, Ilham terskakmat oleh ucapannya sendiri. Sebenarnya sejak tadi Alea tidak berbicara atau bertingkah yang bersifat menyulut pertengkaran, hanya Ilham seorang yang bersikap sensitif.

"Siapa buronan yang kamu maksud itu?"

"Jangan bahas itu disini, aku sedang menikmati makanan ku," keluh Alea.

"Jawab saja," paksa Ilham dengan nada tegas.

Alea menghela nafas panjang, dia bangkit dari duduknya dan pergi menuju kamar. Lalu tak lama kemudian dia kembali dengan membawa beberapa foto, sepertinya itu ada gambar yang lebih dirahasiakan oleh Alea, karena itu Ilham tidak menemukannya dikamar.

"Namanya Aron, dia tidak berkebangsaan dan bernegara, tapi dia dilahirkan di Rusia. Aron tidak mempunyai sisa keluarga, dia hidup sebatang kara, dan masuk ke satuan organisasi pembunuh bayaran jauh lebih dulu daripada aku, jaraknya sekitar lima tahunan," ujar Alea sambil menunjukkan foto yang dia bawa.

Ilham mengambil dan melihat foto-foto itu, "Lalu apa lagi?" tanyanya menuntut penjelasan lebih detail.

Alea terlihat kesal, jelas, karena aktivitas makannya terganggu. "Di tahun kedua aku bergabung dalam organisasi, kami dijadikan pasangan partner, jika ditotalkan ada sekitar seratus orang lebih yang sudah kami ekseskusi,"

"Apa jumlah itu harus kamu sebutkan?"

"Aku hanya ingin berbicara jujur,"

"Lalu kenapa kalian berpisah?" tanya Ilham.

"Lelaki tua itu menyukai ku, sedangkan aku tidak. Dari awal aku sudah berbeda sudut pandang dan jalan pikiran dengannya, jadi setelah melewati sedikitnya tiga tahun, aku memutuskan untuk pergi meninggalkan dia," jawab Alea.

Kali ini Ilham tidak langsung percaya, entahlah, instingnya yang berkata seperti itu, dan Ilham tidak pernah meragukannya.

"Bohong,"

Suami TentaraWhere stories live. Discover now