24. Balapan

1.4K 74 16
                                    

Ceklek!

Tepat pukul 10 malam semua orang pulang, Ilham merasa canggung karena dia dan Alea terlibat waktu bersama.

"Tidur dikamar?" gumam Alea seraya membawa cangkir bekas minuman tadi ke dapur.

"Tidak," jawab lelaki itu dingin lagi.

Alea tidak memaksa.

"Besok aku ada balapan, jika ada apa-apa hubungi asisten team ku, nanti nomornya aku kirimkan,"

"Balapan tidak dibenarkan untuk persit," gumam Ilham menghentikan langkah Alea yang hendak menuju kamarnya.

"Kamu melarang ku?"

"Tidak, aku tidak pernah peduli pada mu-"

"Kalau begitu tidak masalah, aku akan balapan besok. Dan pembicaraan ini tidak akan diperpanjang," ujar Alea.

"Negara yang akan mempermasalahkan ini,"

"Tinggal buat negara tidak tahu soal masalah ini. Selagi kita berdua sama-sama diam, semuanya akan baik-baik saja," setelah mengatakan itu Alea pun pergi ke kamar. Besok akan menjadi hari yang melelahkan dan mala mini ia tidak ingin berdebat.

Katakana Alea egois, didalam hatinya dia menyadari memang dirinya salah. Akan tetapi ini soal tanggung jawab, dan balas budi. Dilain sisi Ilham menatap kepergian sang isteri dengan wajah dingin.

"Dia berbeda dengan Aurelia, selalu saja membantah," desisnya merebahkan tubuhnya di sofa.

Ilham enggan memikirkan Alea, ia merasa setiap hari tinggal dengan perempuan itu membuatnya benci. Tadi saja jika bukan karena teman-temannya, dia tidak akan sudi makan masakan Alea. Setiap detiknya bersama perempuan itu justru membuat Ilham teringat Aurelia. Berandai jika saja perempuan itu yang melayaninya, tentu ia akan sangat bahagia.

"Aurelia itu lembut, sedangkan Alea kasar. Mereka berdua bisa memasak tapi makanan Aurelia lebih enak, Aurelia anggung dengan pakaian yang berwarna pastel dan feminism sedangkan Alea terlihat seperti lelaki," gumamnya.

"Bisa-bisa aku tidak tahan hidup lama dengannya," imbuhnya kesal.

Alea sendiri sedang mencoba terlelap dikasurnya. Pikirannya berorientasi soal Ilham terus menerus, sudah berapa lama mereka menikah? Dan apa saja yang sudah terjadi? Jika suatu saat nanti pertanyaan itu keluar dari mulut orangtuanya, baik dari Atika ataupun mertuanya, jawaban seperti apa yang harus diberikan.

"Selama pernikahan Ilham bersikap dingin, dia cuek. Kenapa aku bisa bertahan?" gumam Alea dengan mata terpejam.

"Tepatnya kenapa aku ingin bertahan dengan dia," perlahan senyum perempuan itu terbit. Sekelebat bayangan masa lalu melintasi isi kepalanya.

"Ilham mirip dengan orang itu,"

"Apa kabar kamu sekarang? Aku merindukan mu, dan sepertinya cinta ini kembali,"

Damn!

Selama ini tidak kita ketahui jika Alea juga menyimpan sosok lain dihatinya, tak hanya Ilham yang tergila-gila dengan Aurelia. Perempuan itu juga memiliki sosok hangat pujaan hatinya, meski sudah menjadi masa lalu.

Tadinya Alea memang berpikir akan membuka hati dan mencoba mencintai Ilham, melayani suaminya memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai seorang isteri. Akan tetapi perlahan Alea sadari, alasan dia melakukan semua itu adalah karena Ilham mengingatkannya pada sosok lain, sang pujaan hati yang ia tinggalkan.

"Kita saling mencintai, tapi kita juga saling meninggalkan,"

"Kita saling mendoakan, dan aku harap doa mu masih tentang ku,"

Suami TentaraWhere stories live. Discover now