2

147 26 2
                                    

-3 Hari Sebelum Sidang

Apartemen Korban

Sebuah taxi berhenti didepan bangunan bertingkat itu. Yang Jong Hoon melangkahkan kakinya memasuki bangunan bertingkat itu. Ia berjalan menuju lift, menekan angka Delapan tidak lama pintu lift pun menutup.

Ting!

Pintu lift terbuka, Jong Hoon berhentikan langkahnya disatu pintu yang ditempeli garis kuning beruliskan POLICE LINE DO NOT CROSS.

Jong Hoon tidak memperdulikan Tanda itu, ia membuka pintu Gelap yang pertama dilihatnya. Jong Hoon menyalakan Senter handphone
Sebagai pencahayaanya.

Jong Hoon mulai mencari bukti yang bisa membuktikan alibinya. Pria itu terus mencari dengan teliti.

Suatu benda mencurigakan menarik pertahian Jong Hoon, pria itu melangkah mendekati benda itu. Seperti sebuah cahaya lampu mewarna merah kecil di dalam AC.

Jong Hoon mengambil bangku yang ada disebelahnya, lalu ia menaiki bangku itu. Setelah dilihat dari dekat seperti kamera CCTV.

Tanpa basa basi Jong Hoon mengambil kamera CCTV tersebut dan mencopotnya.

Jong Hoon tersenyum tipis
"Kena kau sekarang"

***

-26 juni 2021

Yoo Rin duduk manis dengan Earphone ditelinganya. Tidak lama bus pun datang dengen segera gadis itu menaiki Bus.

30 menit Yoo Rin pun sampai. Yoo Rin tersenyum melihat bangunan luas dan bertingkat, yang lebih membuatnya lebih senang lagi yaitu tulisan 'Hankuk University' yang terlihat jelas di matannya.

Semala satu tahun ini Yoo Rin memutuskan untuk belajar hukum. Yoo Rin sering pergi ke perpustakaan mencari buku dan membelinya. Dengan perasaan senang dan gugup Yoo Rin melangkahkan kakinya memasuki gedung yang sangat luas itu.

Hari ini Yoo Rin akan mengikuti test wawancara. Kalau Yoo Rin berhasil ia akan resmi menjadi mahasiswi Hankuk.

Yoo Rin mendapatkan nomor 143, Gadis itu duduk sambil menunggu namanya dipanggil. Yoo Rin menatap sekitar banyak sekali yang handir untuk test wawancara. Ia memainkan Handphone sambil menunggu namanya dipanggil.

             ***

Tok,,tok,,,tok

"Yang jong Hooh kenapa kau masih disini? Sebentar lagi test wawancaranya akan segera dimulai" ucap Prof. Kim Eun Sook.

Jong Hoon yang tadi menatap komputernya langsung menatap Prof. Kim yang berada didepan pintu.

"Baiklah, aku akan segera kesana"

Prof. Kim meninggalkan ruangan. Jong Hoon mengambil jas yang berada dikursi dan memakainya, tidak lupa juga Handphone yang berada diatas meja kerjanya dan segera melangkah keluar menuju ruangan test wawancara.

Jong Hoon berjalan ruang test wawancara, tapi langkahnya terhenti tiba tiba. Pria itu melihat kursi dipojok dengan seorang wanita sana, karna penasaran pria itu melangkah menuju wanita yang sedang duduk sambil menatap Handphonenya.

"Yang Jong Hoon" ucap seseorang membuat Jong Hoon menghentikan langkahnya dan melihat siapa yang memanggil namanya.

"Prof. Yang apa yang membuatmu begitu lama? Semua juri sudah menunggu didalam" Ucap Kang Ju Man Wakil Dekan.
"Ahh, aku baru mau menuju kesana"

Jong Hoon melihat ke kursi itu lagi tetapi wanita itu sudah hilang, entah pergi kemana. Dengan segera Jong Hoon menuju ruang test wawancara.

             ***

Yoo Rin membasahkan wajahnya dengan air, dirinya sangat gugup entah kenapa. Pahadal dirumah tadi Yoo Rin sudah sangat percaya diri, Tapi kenapa sekarang dirinya sangat gugup?

"Tenang, Tenang Yoo Rin tenang" ucap Yoo Rin didepan cermin mencoba menenangkan dirinya "Tarik nafas, buang. Tarik nafas, buang. Oke Tenang, kamu pasti bisa. Semangat" Ucapnya meyakinkan diri.

Yoo Rin meninggalkan toilet setelah dirinya merasa tenang dan kembali keruang wawancara.




"Prof. Yang mau kemana kau?" Tanya prof. Kim pada Jong Hoon yang berdiri dari kursinya seperti mau meninggalkan ruangan.

"Ada urusan sebentar, tolong ya prof. Kim" Jawab Jong Hoon meninggalkan ruangan wawancara.

"kenapa sikap buruknya tidak pernah ilang"gumam prof. Kim setelah Jong Hoon sudah hilang dari ruangan.

             ***

"Nomor 143 Nona Jang Yoo Rin" panggil seorang staf.

Baru saja sampai mendengar namanya dipanggil, Yoo Rin dengan segera memasuki ruangan.

Yoo Rin pun duduk didepan dua juri dengan perasaan gugup yang kembali muncul.

"Jang Yoo Rin, Apa alasan kamu belajar hukum?" tanya prof. Kim pada Yoo Rin didepanya.

Sebelum menjawab pertanyaan prof. Kim, Yoo Rin menarik nafas dalam dalam.
"Sebenarnya saja juga ga tau kenapa saya belajar hukum, saya tidak memiliki niatan untuk belajar hukum. Tapi karna seseorang saya berniat belajar hukum, saya sangat mengagumi dan berterimakasih pada dia. Sebagai tanda terima kasih saya, saya ingin menjadi sepertinya membela kebenaran dan keadilan pada orang orang yang tidak bersalah"

             ***

"Satu Americano" ucap Yoo Rin sembari mengeluarkan lembaran uang dari dompetnya.

Sehabis test wawancara Yoo Rin memutuskan untuk membeli kopi dahulu, karna tenggorokanya yang sangat kering. Tidak butuh waktu lama satu Americano sudah ada ditanganya, Yoo rin pun segera menuju halte bus. Niatnya sehabis test wawancara Yoo Rin ingin melamar pekerjaan untuk menambah kebutuhan hidupnya.

Yoo Rin tinggal di Seoul sendiri. Orang tuanya berada di Busan, Ayah Yoo Rin sudah meninggal waktu Yoo Rin berusia 5 Tahun. Kini hanya ibunya yang ia punya, Yoo Rin sangat menyayangi ibunya. Karna Yoo Rin anak satu satunya, ia tidak memiliki kakak ataupun adik.

Bugh!

Sedang asik asik meminum kopi kesukaanya, tidak sengaja Yoo Rin menabrak bahu seseorang hingga kopi yang ditanganya tumpah mengenai lembaran kertas yang terjatuh.

Yoo Rin kaget dengan apa yang terjadi, ia merasa bersalah.
"apa yang harusku lakukan" batinya.

"maafkan saya, maafkan saya. Saya benar benar tidak sengaja"ucapnya sambil membantu mengambil kertas yang basah gara gara kopinya.

Pria itu juga mengambil kerta kertas miliknya yang basah.
"Tidak apa-apa, saya yang lihat tadi. Maafkan saya"

Setelah semua kertas basah terkumpul, pria itu bangkit begitu pun dengan Yoo Rin.

"Saya akan ganti ko—" ucapnya terpotong.

Mata mereka saling bertatapan, membuat memori 1 tahun teringat kembali.

"Pak pengacara?"

"Nona Jang Yoo Rin?"

——————————————————

Sampai disini dulu

Selamat membaca

           

Our Destiny To Meet [ Law School ] | ENDWhere stories live. Discover now