Part 24.2 - Something About Proposal

52.5K 9K 6.6K
                                    

Waduh, part kemarin cepet banget ya bintang dan komennya. Sehari tembus 5K

Jangan lupa tekan bintang dan komen. Seperti biasa nggak ada target.

Jangan lupa follow akun penulis : Matchamallow

*

*

*



Sebenarnya apa...yang ia lakukan?

Empat jam kemudian Raphael bagaikan terguyur air dan menanyakan itu pada dirinya sendiri.

Perasaannya kepada Kaytlin hanya nafsu, tidak lebih dari itu. Seharusnya ia tidak peduli Kaytlin akan dekat dengan siapa. Bukankah semakin cepat Kaytlin jauh darinya akan semakin baik bagi Raphael?

Sambil memikirkan itu, Raphael merenung sendirian di ruang kerjanya. Ia juga baru saja membuka semua surat-surat yang tadi pagi tidak sempat ia buka dan menemukan sebuah surat dari Sophie. Raphael tahu hari itu akan tiba di mana Sophie akan meminta bertemu dengannya kembali. Untuk saat ini ia masih bisa beralasan bahwa ia masih sibuk dengan Maximillian dan memang benar ia masih sibuk dengan Maximillian. Ia merasa sedikit bersalah pada Sophie tetapi memaksakan diri bertemu hanya akan menimbulkan kecurigaan Sophie padanya meskipun ia ingin bertemu wanita itu. Raphael akan secepatnya memikirkan cara untuk memperbaiki diri. Haruskah ia berkonsultasi dengan Derek yang terkenal sebagai flamboyan? Temannya itu sudah memiliki reputasi yang meyakinkan sebagai penghangat ranjang para wanita kesepian di London bahkan pernah menerima tiga kali ancaman duel dari para suami yang tidak terima istrinya menjalin affair.

Tidak, ia tidak seputus asa itu hingga memutuskan berkonsultasi pada Derek.

"My Lord, Her Lady ingin aku menyampaikan pada Anda bahwa Earl of Malton sudah datang dan sedang bersama beliau di ruang tamu." Winston mengumumkan di ambang pintu ruang kerjanya.

Raphael beranjak dari kursinya. Ia belum merencanakan apa pun tetapi tidak ada salahnya untuk mengetahui lebih dulu apa maksud Malton. Kemungkinan Malton ingin bertanggung jawab atas insiden masuknya mereka ke tabloid gosip seperti cara yang biasa dilakukan para gentleman, tetapi seperti yang sudah diucapkan neneknya, hal itu bukan skandal sehingga Malton tidak perlu bertanggung jawab atas apa pun.

Ia tiba di ruang tamu dan melihat neneknya sudah duduk di sana, bersenda gurau bersama pria itu seakan ia bukanlah seorang Dowager Marchioness yang terhormat tapi seorang ibu debutan ambisius yang sangat girang mengetahui putrinya yang tidak berprospek tiba-tiba diperhatikan oleh seorang pria bergelar dan akan melakukan berbagai cara agar pria itu tidak lepas dari tangannya.

Menjijikkan.

"Ah! Raphael, kau sudah di sini," sambut neneknya dengan ceria saat melihatnya berdiri di pintu. Ia bahkan memanggil Raphael dengan nama aslinya di depan Malton. "Sesuai permintaanmu, aku menyuruh kepala pelayan mengabarkanmu jika Lord Malton datang."

Malton yang sudah menoleh padanya sejak sang nenek menyapa segera berdiri dari sofa. "Senang bertemu Anda, My Lord," sapa Malton sopan.

"Aku tidak yakin bisa merasakan hal yang sa__"

"Raphael juga sangat senang bertemu denganmu," sambar neneknya, tidak memberikan Raphael kesempatan mengutarakan apa yang sudah ada di ujung lidahnya. "Ia sudah sangat menantikan ini."

"Aku merasa terhormat." Malton tersenyum.

Raphael hendak membalas, tetapi neneknya memberikan tatapan sarat ancaman 'jangan-pernah-berani' kepada Raphael. Akhirnya ia mengatupkan bibir.

Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang