Bodoh

1.5K 178 41
                                    



Setelah kepulangan Lisa dari rumah Gongyoo, Lisa masih terus berusaha mengingat-ingat kejadian semalam. Tetap merasa ada yang janggal namun entah karena apa. Lisa mencoba kembali mengingat apa yang Ia lakukan di malam itu; minum-minuman keras, berdansa, dan berciuman! 'Dia yang menciumku lebih dulu... Dia yang datang menghampiriku! —Aaah... apa dia seorang Playboy?! Tapi bukankah itu tindakan yang terlalu gegabah jika di lakukan oleh orang setenar dirinya? Mencium sembarang wanita di Club?! Tidak... Itu tidak mungkin!'


"Kenapa dengan wajahmu?" Mino tiba-tiba datang menghamburkan lamunan Lisa.


"Oppa... Kau kan salah satu Idol terfavorit di Korea, sekaligus juga seorang Playboy! —Apakah kau suka mencium sembarang wanita di Club?"


"Pertanyaan macam apa itu?! Siapa yang menciummu di Club?" Tuduh Mino dengan tajam.


"Jangan asal bicara! Tidak ada yang menciumku! Aku hanya sedang bertanya." Lisa gemas melihat kakaknya yang jika sudah dalam mode bertele-tele seperti sekarang ini.


"Pijat tanganku dulu, baru aku akan beritahu."


Mino adalah manusia satu-satunya di dunia ini yang selalu perhitungan jika itu sudah berurusan dengan Lisa. Semua harus ada timbal-balik, selalu pamrih dan sulit untuk menolong.


"Kenapa kau sangat menyebalkan!" Lisa tetap melakukan apa yang Mino minta, "Cepat katakan!" Ujar Lisa tidak sabar.


"Tergantung si pria-nya. Kalau aku kan Playboy kelas atas. Pantang bagiku mencium wanita sembarangan. Wanita yang bisa menyentuhku hanya wanita yang memiliki standar tinggi, bibit bebet bobotnya jelas dan yang pasti tidak di Club saat kondisiku sedang mabuk!"


Melepaskan pijatannya di tangan Mino, Lisa memandang kesal kearah kakaknya itu. "Jawaban macam apa itu?! Sombong sekali! Mengada-ngada!" Sinis Lisa.


"Memang aku sombong. Kau baru sadar anak kecil? Orang setenar diriku ini, akan sangat beresiko menimbulkan skandal jika tidak berhati-hati. Apa itu berciuman di Club dan di saat mabuk pula?! Tidak. Itu tidak ada di kamusku."


"Tapi kau suka mencium di saat mabuk, Oppa!" Bantah Lisa kesal.


"Tapi tidak di Club, dan tidak bersama wanita yang tidak jelas. Aku pasti mengenal wanita itu, bukan sembarang sikat. Kau tahu itu, bukan?" Seringainya muncul di waktu yang tidak tepat.


"Ya! Aku sangat tahu itu, karena akulah yang sering menjadi saksinya!" Sungut Lisa kesal jika mengingat Mino yang selalu datang ke tempatnya bersama kekasih-kekasihnya di kala sedang mabuk, dan tentu akan berakhir dengan pemandangan panas serta suara-suara meresahkan dari kamar sebelahnya yang menganggu tidurnya. Kebiasaan yang menyebalkan!


"Hehehe... daripada aku mencium kakakmu? Kau pilih yang mana?"


"Kalau kau mau mencium Jisoo Eonni, kau harus mengencaninya dengan sungguh-sungguh!" Sungut Lisa kesal kala mengingat tingkah Mino yang selalu memberi harapan palsu kepada kakaknya itu.


"Bagaimana ya, Lice... Kakakmu itu, dia tidak mau aku test-drive... Aku kan harus dapat kepastian sebelum menikahinya!"


"Hentikan Oppa, kau mengerikan!" Lisa bergidik ngeri membayangkan Jisoo yang memiliki suami seperti Mino, Mino si mata keranjang.


"Hahaha... Dasar anak kecil! —Ayo cepat, temani aku kerumah Eomma, dia menanyakanmu terus!" Mino bangkit dengan serta menarik tangan Lisa untuk ikut bersamanya.


"Aku malas. Eomma pasti akan memarahiku karena minggu lalu aku tidak datang ke acaranya. —Kau saja, Oppa!" Lisa melepaskan kaitan tangannya dari Mino dan memilih kembali merebahkan diri di sofa besar miliknya.


"Kau tidak takut di rumah sendirian? Kau kan sekarang tidak punya kekasih, jadi sudah tidak ada yang bisa kau hubungi kalau kau sedang ketakutan." Mino memang memiliki bakat menyebalkan yang alami, menakuti Lisa sekaligus mengejek hubungannya yang kandas. Satu kali tepuk langsung dapat dua target sekaligus. Bravo!


Lisa kesal jika ada teman-temannya yang terus menerus mengejeknya karena hubungan percintaannya yang gagal ini. Lisa kira dengan memilih kekasih yang sudah mengerti satu sama lain sejak lama membuat Lisa bisa dengan mudah berhasil, namun hasilnya ternyata nol besar.







Flashback

"Apa salahku?" Pertanyaan bodoh kala sebenarnya Lisa sendiri yang sudah mengetahui perselingkuhan dari Kekasihnya itu.


Di saat kebanyakan pasangan yang sudah lama tidak bertemu akan menghabiskan waktu mereka dengan bercengkrama dan beromantis ria, Lisa malah harus menelan pil pahit ketika kekasihnya itu memilih untuk memutuskan hubungan dengannya.



Jiyong. Pria yang sudah menjadikan Lisa sebagai kekasihnya selama kurang lebih 3 tahun itu nyatanya gagal menunjukan keseriusannya, padahal dia sendiri yang dulu mati-matian meyakinkan Lisa untuk mencoba menjalin hubungan yang lebih dari sekedar persahabatan itu.



Pria itu kini menjadi pria yang tidak berkeprimanusiaan kala dia berselingkuh dengan saudaranya sendiri, bahkan sekarang  dirinya tengah meminta untuk mengakhiri hubungan dengannya. Lisa yang di khianati, Lisa pula yang di tinggalkan. Hebat.


"Aku memilih bersama Jennie." Ujarnya tenang tanpa perasaan.


'Bagus. Sekarang dia sedang mencampakkanku demi wanita lain; ralat... demi Saudaraku sendiri!' Sinis batin Lisa.


"Ck... kenapa? Apa aku sudah membosankan dan tidak menarik lagi?"


Jiyong hanya tertunduk diam tidak berani menatap Lisa.


Lisa memang memiliki kontrol emosi yang sangat baik. Hanya untuk menahan tangis di depan pria yang sudah mengkhianatinya, itu hal kecil. Lisa dengan ketenangannya bahkan kini mampu mengintimidasi Jiyong dengan hebat.


"Maafkan aku, Lice... kukira hubungan kita akan berhasil, tapi... tapi ternyata aku salah. Aku merasa tidak pernah cukup untukmu. Aku semakin tidak bisa mengimbangimu. Aku selalu kau nomor duakan, Aku merasa begitu kecil untuk bersaing dengan segala mimpi-mimpi dan obsesimu. —Aku tidak bisa bertahan di sisimu..." Ujarnya panjang lebar dengan wajah yang tetap tertunduk malu.


"Harusnya kau bilang padaku! Harusnya kau bilang kalau kau merasa tidak nyaman, bukan malah berselingkuh dengan Kakakku!"



"Maaf. Dia, dia lebih memahamiku, aku merasa lebih di hargai saat bersamanya..." Bisiknya parau.


'What?! Dasar pria Tukang selingkuh! Bisa-bisanya dia membuat alasan seakan kesalahannya adalah sebuah manisfestasi dari buruknya diriku?! Bagaimana dia bisa menyalahkan orang lain atas sikapnya yang tidak bertanggung jawab? Kupikir dia pria yang berbeda tapi kenyataannya sama saja. Dia tidak lebih dari pria pengecut yang gila akan harga diri tapi tanpa mau berusaha apalagi menghargai pasangannya! —Dan apa dia bilang tadi? Jennie lebih memahaminya? Memahami apa? Memahami kebutuhan selangkangannya? Dasar Tai Leo!' Gerutu Lisa masih dalam hati.


Lisa ingin sekali menyiram wajah kuyu pria di hadapannya saat ini dengan gelas dingin yang ada di dalam genggamannya, namun sayang tenggorokkan Lisa lebih membutuhkan cairan itu. Meminum sisa cairan yang ada di gelasnya, Lisa menghabiskannya dengan begitu tenang dan setelahnya pergi meninggalkan Jiyong tanpa kata.




Flashback End



"Baru sekali mabuk, kau menjadi bodoh berkepanjangan, ya?! Kenapa melamun terus? Ayo ikut, tidak ada alasan!" Mino dengan kekuatannya berhasil menarik Lisa bangkit dari tidurnya dan menyeretnya untuk ikut kerumah orangtuanya, sebuah rutinitas yang memang selalu mereka lakukan bersama di kala memiliki waktu senggang.








🌈🌈🌈TBC🌈🌈🌈

Love MoneyWhere stories live. Discover now