Kiss & Makeout

1.4K 177 24
                                    


'Aku diacuhkan!'

Rasanya Lisa menyesal telah datang kemari. Menerima tawarannya untuk main ke tempatnya mencari nafkah di luar kegiatan shooting, Gongyoo terlihat tidak peduli akan keberadaan Lisa saat ini.

"Ya suruh salah satu staff gudang yang paham untuk masuk kantor, malam ini dokumennya harus selesai. Sisanya bisa menyusul besok pagi. Salah satu saja, besok tetap harus ada yang masuk. Sudah, pihak Shipping sudah confirm bisa jalan malam ini." Langkahnya yang sedari kesana-kemari terhenti hanya untuk melihat kearah Lisa dan tersenyum seakan minta dimaklumi.

"Jangan. Pakai yang di Busan saja, stok barang lebih lengkap. Ya, ambil yang terdekat. Tidak, tetap pakai kontainer punya kita. Malam ini! Steve bilang bisa sampai malam ini. Tidak, semua karyawan shift malam di lemburkan sampai jam pengiriman. Oke. Jangan sampai ada masalah dengan bea cukai. Iya, pastikan itu.—Ok, nanti untuk approval dan verifikasi bisa hubungi Steve. Ada lagi? Tidak. terima kasih, kekasih saya sudah menunggu untuk makan malam. Iya, dia di sini. Oke, Bye!"

Steve dengan sigap langsung menangkap ponsel milik Gongyoo yang di lambungkan kearahnya. "Tolong standby malam ini, Steve. Ada banyak dokumen yang perlu di verifikasi dan di Approve untuk pengiriman besok pagi."

"Baik, Tuan." Steve lalu pamit undur diri.

"Sebenarnya Steve itu jabatannya apa sih, Oppa? Kok aku lama-lama kasihan melihatnya... Jadi supir, pengawal pribadi sampai asisten pribadimu?!" Lisa menatap Gongyoo meminta jawaban.

"Makanya kau bantu aku agar tugas Steve lebih ringan." Gongyoo kembali duduk di kursi kebesarannya. Menyilangkan kakinya dengan gaya elegan seperti biasa.

"Tugas apa yang bisa aku bantu? Menghabiskan uangmu?"

"Oh ya! Untung kau membahasnya, kemarin belanja apa hingga ada tagihan jutaan won?" Gongyoo menatap datar kearah Lisa.

"Hmm... Aku lupa. Kenapa? Oppa bilang aku boleh membeli apapun kebutuhanku."

Gongyoo mengangguk dan kini malah terlihat sibuk memijat tengkuk lehernya. Dia terlihat kelelahan. "Aku hanya bertanya. Kau memang bebas membeli apapun yang kau mau, tapi alangkah baiknya kalau kau bisa membeli barang yang lebih berguna. Tempat kamera seharga DP apartement? Itu kurang bijak, Princess..."

"Kenapa dengan lehermu, Oppa?" Lisa mengalihkan pembicaraan. Ia tahu bahwa kemarin ia sudah terlalu berfoya-foya hanya untuk membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu penting. 'Tapi itu limited edition!' Bisik batin Lisa membela.

"Kepalaku pusing. Mungkin kurang tidur."

"Kau terlalu gila kerja!"

"Kalau aku tidak gila kerja, siapa yang akan membayar semua tagihan belanjamu?" Skakmat!

"Perhitungan sekali!" Sinis Lisa terpojok.

"Kemarilah!" Titah Gongyoo seram seakan mau menerkam Lisa. "Cepat, sayaaaaang...." geramnya berlebihan.

Berjalan mendekat kearah meja kerjanya. Lisa menjaga jarak aman dari kemungkinan terburuk yang akan di lakukan Gongyoo.

"Lebih dekat. Pijati kepalaku." Ujarnya. "Anggap saja ini hukuman karena kau sudah begitu boros belakangan ini." Gongyoo lalu meraih tangan Lisa yang berada dalam gapaiannya. Menarik Lisa dan mengangkat tubuh Lisa untuk duduk di atas meja, menghadap lurus kearah Gongyoo yang tengah menatapnya.

Love MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang