Drama

1.2K 185 35
                                    

"Lisa! Tunggu..." Teriakan Jiyong berhasil menghentikan langkahnya yang akan menuju mobilnya yang terparkir.


Hampir semua teman-temannya sudah bergegas meninggalkan tempat acara. Selain merasa tidak enak karena apa yang mereka saksikan di sana, terlebih mereka pun takut terkena amukan dari seorang alpha; Kwon Jiyong.


"Apa kau sakit?! Kau puas sekarang?" Jiyong berhasil mendekat kearah Lisa dan meraih lengan mungilnya tak lupa mencengkramnya dengan kuat.


"Lepaskan." Ujar Lisa dingin penuh intimidasi. Di matanya Jiyong hanyalah seonggok pria tak berharga, tidak ada yang bisa membuatnya gentar sedikitpun.


Melepaskan cengkaramannya, Jiyong meremas keras rambutnya sendiri, terlihat frustasi namun terlihat menyenangkan untuk bisa Lisa lihat. "Bagaimana kau bisa sejahat ini? Kau boleh menghukumku, tapi jangan Jennie. Psikis dan mentalnya sangat rapuh, kau bisa menghancurkannya. Dia sudah sangat tersiksa karena rasa bersalahnya padamu."


'Apa dia bilang? Psikis dan mental yang lemah? Lalu aku bagaimana? Kau pikir aku tidak punya masalah Psikis dan mental, juga? Kenapa hanya dia yang kau khawatirkan? Kenapa saat kau menyakitiku pun tidak terlintas di pikiranmu bagaimana tersiksanya aku karena perbuatanmu... perbuatan kalian?!' Batin Lisa geram.


Baru saja Lisa ingin kembali mengkonfrontasi Jiyong, kala di sudut matanya menangkap sosok pria yang begitu ia kagumi; Ayah Jiyong. Jika ada peribahasa yang bilang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, maka peribahasa itu harus aku patahkan. Lihatlah ini, Ayah Jiyong adalah sosok pria yang setia dan lemah lembut, berbanding terbalik dengan sosok anaknya yang playboy dan tempramental.


"Oppa... Bagaimana bisa kau mengatakan bahwa aku yang jahat? di sini akulah yang kalian sakiti, di sini akulah yang kalian khianati!" Suara Lisa kini bergetar dan tak perlu menunggu lama tangisannya pun pecah. Menutup wajahnya yang memerah karena tangisan, pun karena malu terlihat lemah di hadapan Ayah dari Jiyong itu.


Jiyong terdiam. Tubuhnya kaku membatu kala melihat reaksi Lisa yang sangat berlebihan di matanya. Pasalnya, selama mereka bersama... Lisa adalah sosok kekasih yang kuat, mandiri dan tidak emosional; Lisa adalah defisini dari wanita tangguh dan independent yang sesungguhnya.


"Aigoo... Anakku... Maafkan Appa yang tidak bisa mengajarkan hal baik pada si bodoh ini! Kau tidak salah sayang, jangan menangis seperti ini..." Dipeluknya tubuh Lisa tanpa ragu. membisikkan kata-kata menenangkan untuknya; layaknya seorang Ayah yang sedang menghibur anaknya.


"Setelah bertahun-tahun kami bersama, Appa... Lisa sudah berjuang mati-matian untuk hubungan kami ini... Tapi apa, Appa? Oppa tetap mengkhianatiku." Lisa melirik wajah Jiyong secara diam-diam dari balik pundak Ayahnya, Jiyong terlihat terpana mendengar ucapannya.


'Ternyata tidak rugi sering menonton film drama korea, setidaknya mereka semua sepertinya percaya dengan air mata buayaku kali ini.' Batin Lisa senang.


"Sudah Lisa-ya... Jangan menangis lagi!" Ayah Jiyong mengusap lembut rambut Lisa dengan begitu sayang, "Maafkan anak Appa. Kau pasti kecewa dengannya, sama... Appa pun sangat kecewa melihat perbuatannya ini."


Lisa melepaskan diri dari pelukan Ayahnya Jiyong sambil masih berpura-pura menghapus air matanya, menatap wajah pria yang begitu berwibawa itu "Maafin Lisa, Appa... Harusnya Lisa tidak bersikap seperti ini. Harusnya Lisa bisa memaafkan mereka. Lisa akan mendoakan Jiyong Oppa dan Jennie Eonni dari jauh saja mulai sekarang."


'Tapi aku tidak janji untuk mendoakan yang baik-baik ya, Appa...' Batin Lisa terkekeh.


Lisa melirik kearah Jiyong yang wajahnya sudah memerah dengan ekspresi tidak karuan karena melihat dirinya yang tengah menangis pilu di hadapan Ayahnya. "Aku pamit, Oppa..." Ujar Lisa lirih dengan ekspresi sedih yang begitu maksimal, membuat kedua pria itu hanya bisa terdiam membisu.


"Lisa!"


Sebuah sapaan dari ibunda Jiyong kini mempersulit Lisa untuk bisa segera kabur. Tidak. Ibunda Jiyong adalah sosok Ibu kedua bagi Lisa, dan tidak mungkin bagi Lisa untuk bisa mempermainkan perasaan wanita sebaik dirinya. 'Sudah kubilang, bukan? Buah jatuh tidak selalu dekat dengan pohonnya! Lihatlah mereka, kedua orangtua yang begitu baik saja bisa memiliki anak Bajingan seperti dia!'


"Eomma?!" Lisa kembali memutar Otak. "Maafkan Lisa, Lisa harus pergi sekarang."


Lisa tidak bisa berpikir cara yang lebih baik dari kabur untuk saat ini. bagaimana bisa Lisa melawan 3 anggota Kwon sekaligus? Jiyong si pengamat ulung, Ayahnya si bijak dan sekarang Ibunya si penuh kasih...? Tidak, Lisa sudah kalah dalam hal jumlah. Memasang wajah sendu layaknya pemeran utama di drama-drama korea yang terlihat tegar meski mendapat cobaan yang datang silih berganti, Lisa menatap kedua orangtua yang memang sungguh-sungguh Lisa hormati itu, "Appa... Eomma... Maafkan sikap Lisa tadi, Kalian harus terus sehat, hem?" Lisa kembali meneteskan air mata, namun entah mengapa tetesan air matanya kali ini terasa memang begitu tulus dari dasar hatinya. "Lisa pamit." Tambah Lisa menutup kesempatan mereka untuk menahan Lisa lebih lama lagi.


"Kau tidak salah sayang, merekalah yang bersalah karena menyakitimu. Sampai kapanpun, hanya kau menantu perempuan Eomma. Tidak akan ada yang lain!" Pelukan hangat dari ibunda Jiyong sukses membuat Lisa kembali menangis. Hatinya begitu tersentuh oleh kata-katanya, namun yang lebih membahagiakan bagi Lisa adalah ketika berhasil membuat hubungan Jiyong dan Jennie kini terganjal restu dari orang tua.

'Memangnya enak tidak dapat restu dari orangtua?! Kalian tidak akan pernah bisa bahagia sebelum aku yang bahagia lebih dulu!' Batin Lisa puas luar biasa.


Berbalik untuk melangkah menjauh dari keberadaan mereka, Lisa tidak bisa menutupi wajah bahagianya kala semua yang di rencanakannya pun telah berjalan dengan sukses. Lisa sudah benar-benar merelakan Jiyong-nya. Hatinya sudah benar-benar ikhlas melepaskan Jiyong setelah dirinya pun berhasil membalaskan rasa sakitnya pada mereka.


"Lisa!"


'Suara siapa itu? tidak mungkin Jiyong kembali datang untuk mengejarnya, bukan? Tidak. meskipun dia memohon bahkan menyembah untuk bisa kembali padaku... Aku tidak akan sudi!' Batin Lisa teguh. Melanjutkan langkah kakinya yang tinggal beberapa meter lagi dari mobilnya yang terparkir.


Lisa mengabaikan panggilan dari sosok yang enggan untuk Lisa cari tahu siapa orangnya. menengok saja, Lisa tidak mau. "Biar aku saja yang menyetir. Tidak aman mengemudi dalam kondisimu yang seperti ini." Gongyoo menahan tangan Lisa yang hendak membuka handel pintu mobilnya.


"Kau?!" Seru Lisa kaget dan panik bukan main. Ini bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk bisa bertemu dengan Pria satu malamnya ini! "Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Lisa horor dan sesekali tetap mengecek keadaan di sekitarnya. Drama perpisahan tadi sudah sangat epik, dan Lisa tidak mau ada kegaduhan baru yang bisa menjadi Boomerang untuk dirinya sendiri.


"Aku ada rapat di hotel ini. —Berikan kuncinya." Ucap Gongyoo dingin dari balik kaca mata hitamnya.


"Aishh... Ayo cepat masuk!" Bisik Lisa tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran Pria itu. memberikan kunci mobil Lisa padanya, bergegas masuk dan duduk di kursi penumpang untuk menghindari mata-mata yang mungkin saja melihat kebersamaan mereka.


Gongyoo kesal melihat sikap Lisa yang begitu tidak sopan padanya. "Apa gadis itu lupa bahwa aku jauh lebih tua darinya?" Gerutunya sebelum akhirnya tetap masuk dan duduk di kursi kemudi, melesatkan kendaraan eropa itu menjauh dari pelataran parkir hotel; tempat Pesta yang sudah berhasil di kacaukan oleh makhluk kecil menggemaskan di sampingnya itu.

















🌈🌈🌈TBC🌈🌈🌈

Love MoneyWhere stories live. Discover now