2. Telat

41 26 161
                                    

Jaja menolehkan kepalanya ke kanan. Kemudian melihat sosok pria tua yang notabene ayahnya.

"Nggih, Pak'e?"

"Seragam OSIS-nya udah ketemu?" tanya Pak'e dengan logat Jawa yang sangat kental.

Nama beliau adalah Galah-kepala keluarga dari keluarga yang ... absurd ini. Memiliki tubuh yang kurus, didukung dengan tinggi badan setinggi 180 cm, membuatnya persis seperti galah. Ya, mungkin itulah latar belakang adanya cerita berjudul Keluarga Galah.

"Ud-"

"Udeh, Pak," sahut Ruqyah.

"Eh buset. Daritadi omongan gue dipotong terus. Udeh kaya ayam aje," keluh Jaja dalam hati.

"Si Ibu ini gimana sih? Bapak 'kan tanya Jaja, bukan tanya Ibu," jelas Galah.

"Ya udeh sih, Pak. Emangnye gak boleh?" protes Ruqyah.

"Yo jelas ndak boleh toh, Bu. Motong pembicaraan orang itu ndak baik."

"Ya udeh. Ibu minta maap, Pak."

"Lah? Tadi aje Pak'e motong ucapan Jaja," gumam Jaja seraya menepuk keningnya dengan baskom. Ralat, maksudnya dengan tangan.

"Jidat kamu kenapa, Ja?" tanya Galah mengkhawatirkan anaknya.

"Ha? Bapak peduli sama gue? Alhamdulillaaah. Akhirnya! Ada yang peduli sama Jaja," sorak Jaja dalam hati.

"Ja! Kok malah bengong?"

"Eh? Enggak, Pak. Jidat Jaja ndak papa kok," jawab Jaja cepat.

"Ya udah, sana berangkat sekolah," perintah Galah. "Nanti kamu telat loh."

"Telat? Kagak mungkin, Pak." Jaja mengibaskan tangannya. "Orang ini masih jam 7 kok."

"Tunggu."

"Jam 7? Bukannye jam 7:15 gerbang udeh ditutup ye?" tanya Jaja pada dirinya sendiri.

"Berarti ... gue ...."

Jaja mengerjapkan matanya. Memandang Galah dan Ruqyah yang menatap keheranan.

"Gue ... BAKAL TELAT DONG?!"

"Mampus! Gue belom mandi. Belom sarapan! Belom nyiapin jadwal! Belom make sepatu! Belom nonton TV! Belom nonton drakor! Aaaaa." Jaja panik seribu panik!

Telat!

Telat!

Telat!!

Itulah kata-kata yang berputar di kepala Jaja.

Ia segera mengambil handuk, seragam, beserta tas. Kemudian berlari menuju kamar mandi.

"Woii, Jaja! Itu tas ngapa lo bawa ke kamer mandi, hah?!" tanya Ruqyah keras agar Jaja mendengarnya.

"Lah iya. Nape ni tas gue bawa?"

Akhirnya Jaja melempar tas itu ke arah meja makan.

Brak!

Tepat sasaran!

Tas itu mendarat tepat di kepala plontos Azar.

"Heh! Gak ada akhlak lo!" teriak Azar tak terima.

Krik

Krik

Krik

Namun sayangnya, teriakan itu hanya dibalas oleh jangkrik.

Azar kemudian berdiri. Ia sudah siap dengan seragam merah putihnya. Yap, ia masih kelas 3 SD.

Ia lalu mengambil tas yang sudah berisi buku-buku pelajaran, kemudian menghampiri orang tuanya.

Keluarga GalahWhere stories live. Discover now