6. Kelas

16 9 60
                                    

"Assalamualaikum."

Setelah mengucap salam, Salsa dan Jaja masuk ke kelas. Lalu menghampiri meja guru.

Mereka menundukkan kepalanya.

"Maaf, Bu. Tadi saya sama Jaja abis ke toilet sebentar."

"Iya, gak papa. Kalian langsung duduk aja."

"Baik, Bu. Terima kasih," ujar Jaja dan Salsa bebarengan.

Mereka pun duduk di urutan kedua dari belakang. Salsa duduk di kursi yang bersebelahan dengan tembok.

"Sal, gue minta maap ye."

Salsa pun mengernyit heran. Ia menyentuh kening temannya itu.

"Gak panas," katanya sembari menggelengkan kepala.

"Ck! Lo ngapain sih megang pale gue." Jaja menyingkirkan tangan Salsa yang ada di keningnya.

"Lo kesambet apaan?" tanya Salsa. "Tumben banget minta maaf."

"Gue kagak kesam-"

"Anjani! Salsa! Jangan mengobrol saat jam pelajaran," tegur guru yang ada di depan.

Sontak, Salsa dan Jaja pun terkejut.

"B-baik, Bu!" jawab mereka bebarengan.

"Oh iya, lo kenapa telat, Ja?" tanya Salsa pelan agar tidak terdengar oleh guru. "Pasti lo dihukum sama bu Riska. Ya 'kan?"

"Nanti gue jelasin," sahut Jaja cuek.

"Oke. Gue udah gak sabar denger cerita penderitaan lo tadi pagi."

Jaja hanya membalas dengan tatapan sinis.

"Ayo anak-anak, silahkan kumpulkan PR kalian di meja Ibu."

Mendengar itu, para siswa pun maju ke depan untuk mengumpulkan buku mereka. Semuanya, kecuali Jaja. Ia masih sibuk mengobrak-abrik isi tasnya.

Ketika Salsa sudah maju ke depan untuk mengumpulkan PR-nya, ia melihat Jaja yang masih grasah-grusuh.

"Ja! Cepet kumpulin," desak Salsa. Kemudian ia berjalan menuju kursinya. Lalu duduk di samping Jaja.

"Iye-iye. Kagak sabaran banget si," kesal Jaja. "Ini buku fisika kemane dah?" tanyanya pada diri sendiri sembari terus mengacak-acak ranselnya.

Frustasi dengan dirinya sendiri, akhirnya Jaja pun menuduh temannya. "Heh! Sasa tepung bumbu! Lo jangan bercanda dong!"

Salsa yang tidak tau apa-apa pun hanya mengedipkan kedua matanya, mencoba memahami apa yang dimaksud dengan ucapan Jaja pada dirinya.

"Pasti lo ngumpetin buku gue kan?!" tuduh Jaja.

Salsa melongo. Bagaimana bisa Jaja menuduhnya seperti itu?

"Jaja anak yang cantik, daritadi kan kita duduk bareng. Lo gak pernah ninggalin tas yang ada di punggung lo itu. Terus gimana ceritanya gue umpetin buku fisika lo, hah?"

"Iye juga sih. Kok gue bise mikir kaye gitu ya?"

"Karena otak lo ada di dengkul," cibir Salsa.

"Terus buku fisika gue ade di mane." Jaja merengek pada Salsa. Mencoba meminta bantuan.

"Coba inget-inget lagi. Tadi pas lo berangkat, lo bawa buku itu gak?"

"Emm ... tadi itu gue berangkatnye buru-buru. Jadi kagak sempet dah tuh meriksa buku ape aje yang gue bawe."

"Oke fix ini mah! Buku lo ketinggalan," jawab Salsa dengan wajah jailnya.

"Kayaknye iye deh." Jaja menggaruk tengkuknya. "Terus nasib gue gimane, Sal?"

Keluarga GalahWhere stories live. Discover now