5. Selesai

23 10 57
                                    

Entah sudah berapa kali Jaja menyela keringat di dahinya.

Melakukan pekerjaan ini sendirian sungguh menguras tenaga. Ditambah lagi Jaja sudah membersihkan lapangan serta mengejar Aini yang sekarang kabur entah kemana.

Byur!

Jaja menyiram lantai kamar mandi agar deterjen mengalir ke lubang air.

Itu adalah siraman terakhir yang dilakukan Jaja.

Jaja menghela napas lega. "Beres juga nih kerjaan."

Jaja tersenyum melihat hasil kerja kerasnya. Bersih dan harum. Itulah kata yang tepat untuk kondisi kamar mandi saat ini.

Gadis itu melangkahkan kakinya menuju keluar. Merapihkan seragamnya yang sedikit berantakan.

"Udah selesai?"

"Astaghfirullah!" pekik Jaja seraya memegangi dadanya. "Ibu ngangetin Jaja aje."

"Gitu aja kaget."

"Lagian Ibu munculnye tiba-tiba, sih."

Bu Riska hanya menggelengkan kepalanya.

"Udah selesai?" tanya bu Riska sembari menengok ke dalam kamar mandi.

"Udah dong, Bu!" Jaja mengedipkan sebelah matanya.

"Bagus!" puji bu Riska pada Jaja. "Kamu boleh ke kelas sekarang."

"Baik, Bu Riska yang cantik," goda Jaja.

Setelah itu ia menyalami kedua tangan bu Riska, lalu melenggang pergi.

Namun, saat ia sudah mencapai dua langkah ke depan, bu Riska menahannya.

"Eh, Anjani!"

Jaja pun menengok ke belakang. "Iya, Bu?"

"Murid yang lainnya mana? Itu loh yang tadi ikut dihukum sama kamu." Bu Riska melihat ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan dua orang tersebut. "Namanya siapa ya?" tanya bu Riska pada Jaja.

"Aini same Dimas, Bu."

"Nah! Iya. Di mana mereka?"

"Aini same Dimas udeh ke kelas mereka masing-masing, Bu. Tadi saya sempet ngejar Aini, tapi saya malah nabrak guru," papar Jaja dengan nada sedikit kesal.

"Hah? Nabrak guru? Kok bisa?"

Jaja menarik napas, lalu berkata, "Jadi gini, Bu Ris-"

"Udah-udah. Saya gak mau denger cerita kamu." Bu Riska memotong ucapan Jaja. "Kamu ke kelas aja sana," titah beliau.

"Sabar ... sabar! Orang sabar di sayang engkong." Jaja berucap dalam hati sembari mengelus dadanya guna mengurangi rasa kesal yang ada.

Setelah itu dia kembali menyalami tangan bu Riska, lalu pergi menuju kelas.

▪︎▪︎▪︎

Entah apa yang dipikirkan oleh Jaja, hingga dia naik ke kursi yang ada di luar kelasnya. Lalu ia sedikit mengintip ke dalam jendela kelas.

Jaja melihat keadaan sekitar. "Aman," ucap gadis itu. "Kagak ade guru."

"DOR!"

"Dor! Kejedor!" latah Jaja.

Gadis itu tersentak kaget. Ia memegangi dadanya sembari menetralkan degup jantung yang berdetak cepat.

Ia menoleh ke belakang dan mendapati seorang perempuan yang tengah tersenyum jahil.

Jaja menatap gadis di depannya dengan tatapan penuh kekesalan.

Ia turun dari kursi itu. Kemudian menoyor kepala gadis di depannya.

Keluarga GalahWhere stories live. Discover now