Tamu | 27

86 12 0
                                    

Dhifa itu anti meminta tolong, kecuali pada sahabat dan juga orang-orang terdekatnya seperti Papanya, Bi Inah atau Pak Wawan. 

Ia selalu yakin, kalau ia bisa mengerjakan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain, walau nyatanya tidak selalu bisa. 

Dengan lutut yang lumayan memar akibat terbentur ujung meja dan terbentur lantai, Dhifa masih bersikeras menolak ajakkan kavin untuk ke ruang UKS. 

“Lutut lo memar,” ujar Kavin kesekian kalinya. 

“Ya tapi gue gak mau ke UKS,” tolak Dhifa kesekian kalinya.

“Terus gak mau diobatin?” 

“Gue bisa sendiri. Gue juga gak mau dipegang-pegang sama anak PMR.” Jawaban yang tidak masuk akal itu keluar dari mulut Dhifa, hanya diobati bukan berarti akan dipegang-pegang. 

“Heh, mereka juga punya kerjaan yang lebih penting daripada pegang-pegang lo.” 

“Pokoknya gue gak mau!” 

“Serah deh,” ucap Kavin lalu balik badan meninggalkan Dhifa. 

“Kalo lo yang ngobatin gue mau!” 

Ini namanya aji mumpung, pikir Dhifa. 

Tanpa balik badan, Kavin tetap membalas ucapan Dhifa. “Gue punya banyak kerjaan, gak cuma ngobatin lo.” 

“Lo harus tanggung jawab dong! Kan gara-gara ngejar lo gue jatoh.” 

Dan jangan lupakan satu hal, playing victim adalah kegemarannya.

*****

Hari Sabtu dan Minggu adalah hari leha-leha untuk Dhifa. Bangun pagi untuk sarapan, kembali ke kamar untuk menonton film dan rebahan seharian. 

Seharusnya begitu. Sebelum akhirnya ia bersinggungan dengan Kavin dan memiliki jadwal tutor bersamanya.

“Non Dhifa emang mau kemana hari ini? Kok tumben mandi pagi,” ucap Bi Inah saat melihat Dhifa sudah duduk di meja makan. 

“Mau belajar sama Kavin,” jawab Dhifa. 

“Ooh, sama si kasep yang pernah ke sini ya, Non?” Dhifa mengangguk. 

“Papa masih di kamar, Bi?” Dhifa malah bertanya.

“Bapak ada di ruang kerja, kayaknya sih lagi sibuk, Non.” 

“Tiap hari juga sibuk, Bi,” celetuk Dhifa, lalu tangannya mengambil ponsel yang berada di sampingnya. 

“Non Dhifa mending sarapan dulu, aja. Bibi mau ke belakang dulu.” 

Menikmati roti selai coklat dan juga segelas susu putih menjadi menu sarapan hari ini. Tiba-tiba ponsel yang Dhifa letakkan di atas meja makan bergetar, dan muncul notifikasi baru di dalamnya. 

Tutor Galak: Hari ini jadi

Tutor Galak: Jam sepuluh

Tutor Galak: Di rumah lo

“Apaan, sih! Gue, kan udah bilang gak mau belajar kalo di rumah,” protes Dhifa pada Kavin di seberang sana. 

Nadhifa Aurelia: GAK MAU!

Nadhifa Aurelia: GAK MAU BELAJAR KALO DI RUMAH!

Nadhifa Aurelia: Gue, kan udah bilang kemarin! 

Nadhifa Aurelia: Jangan di rumah gue.

“Ngeselin banget sih nih orang!” kesal Dhifa. 

NADHIFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang