Hukuman | 2

418 54 17
                                    

Kavin sudah melajukan motornya secepat mungkin agar cepat sampai di sekolah tanpa harus terlambat, tapi rupanya hari ini bukan hari keberuntungannya.

Gerbang SMA Cempaka sudah ditutup rapat dan dirinya telat sekitar lima menit setelah bel berbunyi. Sejarah baru dalam hidupnya, selama bersekolah, Kavin tidak pernah sekalipun terlambat seperti sekarang.

Selang tiga menit berlalu, mobil putih yang tadi ia temui di tengah jalan baru saja sampai dan berhenti di depan gerbang.

Pengemudi yang Kavin ketahui bernama Nadhifa Aurelia. Perempuan yang sering kali Kavin dengar namanya saat teman-temannya sibuk membicarakan dia, yang katanya perempuan paling cantik di sekolah.

Dhifa terus menekan klakson mobil secara berulang-ulang berharap Pak Dadang-satpam sekolah segera membukakan gerbang.

Sampai akhirnya Pak Dadang terlihat di depan gerbang yang masih tertutup itu. Dhifa segera turun dari mobil dan bersiap menghampiri pak Dadang, tapi matanya justru melihat cowok yang tadi membuat lecet mobilnya. Dari dalam mobil, Dhifa memang tidak melihat begitu jelas muka cowok yang berada di depan gerbang. Dan sekarang, Dhifa cukup terkejut saat melihat Kavin ternyata satu sekolah dengannya.

"Lo sekolah di sini?" tanya Dhifa tapi Kavin tidak menjawab dia malah mendekat ke Pak Dadang, membuat Dhifa membelalakkan matanya.

"Pak, tolong bukain gerbangnya," ucapnya pada Pak Dadang.

"Lho, Nak Kavin tumben terlambat, biasanya paling pagi," kata Pak Dadang.

"Iya nih, Pak. Tolong bukain ya, Pak? Saya, kan baru telat sekali," pintanya pada Pak Dadang.

"Yang namanya telat tetep aja telat, mau sekali kek, dua kali kek," kata Dhifa saat dirinya sudah berada di samping Kavin.

Lagi-lagi Kavin tidak menyahuti ucapan Dhifa, dia hanya melirik sekilas ke arah Dhifa.

"Neng Dhifa telat lagi? Baru dua Minggu jadi anak kelas dua belas, udah tiga kali aja neng Dhifa telat," kata Pak Dadang.

"Kalo saya gak telat, saya gak bakalan ada di sini," jawabnya. "Bukain dong, Pak Dadang. Bapak tau, kan saya siapa?"

"Tau, Neng. Tapi, kan di sini semua sama, gak ada yang beda, kalo ketahuan bu Tuti, Eneng pasti diomelin lagi." Bukannya membuka pintu gerbang, Pak Dadang malah memberinya nasihat.

"Buka gerbangnya, Pak," suara tegas yang berasal dari belakang Pak Dadang, membuat Pak Dadang menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang berbicara.

Rupanya suara Bu Tuti, salah satu guru BK di SMA Cempaka. "Oh. Iya, Bu," jawab Pak Dadang lalu membuka gerbang.

"Kalian berdua ikut saya," perintah Bu Tuti.

"Mobil saya gimana, Bu?" tanya Dhifa.

Bu Tuti melihat ke luar gerbang, di sana ada mobil merah dan motor.

"Kalian taruh di parkiran, nanti langsung temui saya di lapangan!" perintah Bu Tuti yang tidak bisa dibantah.

*****

Bu Tuti menatap tajam ke arah siswi yang saat ini berada di depannya. Matanya bergerak dari atas kepala sampai kaki, seperti sedang memberi penilaian. "Kamu emang suka banget, ya melanggar peraturan?" tanyanya pada Dhifa.

NADHIFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang