Makan Malam | 11

211 20 0
                                    

Hari ini Kavin benar-benar mengantarkan Kanaya ke sekolah dengan motor barunya, mengabaikan tatapan memuja dari siswi-siswi berseragam putih biru saat dirinya menurunkan Kanaya di depan gerbang sekolahnya.

"Abang, nanti jemput, ya," ucap Kanaya setelah memberi helm kepada Kavin.

"Gak bisa, Abang kan balik jam tiga, kamu, kan pulang jam dua belas. Emangnya mau nungguin?"

Raut wajah Kanayaa langsung berubah murung seketika, tapi hanya sebentar sebelum akhirnya senyum manis terbit di bibirnya, "Ya udah, nanti Naya pulang naik angkot aja."

"Jangan naik angkot. Kamu, kan bisa pesen ojol."

"Ya udah deh, nanti aku pesen ojol."

"Gih masuk, Abang juga mau jalan, takut kesiangan."

"Abang hati-hati ya, Bang," ucap Kanaya.

Kavin mengangguk, lalu setelahnya yang Kanaya dengar hanya suara motor Kavin yang mulai menjauh.

*****

Siang ini semua murid XII IPA 1 sudah berkumpul di lapangan outdoor SMA Cempaka, lengkap dengan seragam olahraga berwarna biru. Mereka semua baris bersaf dan siap untuk melakukan pemanasan.

"Anton, kamu pimpin di depan!" Perintah Pak Dodi, guru olahraga. Tanpa membantah, Anton langsung ke depan barisan untuk memimpin pemanasan.

Materi pelajaran penjaskes hari ini adalah bola basket. Setelah Pak Dodi menjelaskan beberapa teknik dalam bermain basket, sekarang semua murid XII IPA 1 baik laki-laki maupun perempuan siap untuk mempraktekkannya masing-masing.

"Kalian latihan dulu sepuluh menit, nanti masing-masing dari kalian akan bapak panggil sesuai nomor absen."

"Siap, Pak," jawab semua murid XII IPA 1.

"Anton! Tolong kamu ambil buku penilaian saya di ruang guru."

"Jangan saya dong, Pak. Kavin katanya mau tuh Pak," jari telunjuk Anton mengarah ke arah Kavin, sedangkan yang ditunjuk hanya mengernyitkan dahi.

"Bilang aja kamu males!" Pak Dodi lalu beralih menatap Kavin, "Kavin! tolong kamu ambil buku penilaian di meja saya." Tanpa banyak bicara, Kavin langsung berjalan ke ruang guru sesuai apa yang diperintahkan Pak Dodi.

Gedung SMA Cempaka ini bisa dibilang sangat luas, memiliki sarana dan prasarana yang lengkap untuk seluruh murid yang ada. Ada dua lapangan outdoor yang biasa digunakan untuk basket, futsal, paskibra, marching band dan yang lainnya. Sedangkan ada satu lapangan indoor yang sering digunakan untuk voli, badminton, atau biasanya sering digunakan untuk pelajaran olahraga ketika musim hujan tiba.

Kavin berjalan menuju ruang guru yang berada di lantai satu, saat melewati toilet siswa, Kavin mendengar ada suara perempuan yang memanggil namanya.

Saat Kavin berbalik, wajah Dhifa-lah yang pertama Kavin lihat. Dia mendekat, lalu Kavin cukup terkejut saat merasakan tangannya ditahan oleh tangan Dhifa. Rupanya dia meletakkan selembar uang disana. "Gue gak mau punya utang," ucapnya lalu pergi.

Kavin memandang punggung Dhifa yang menjauh dan hilang di balik pintu toilet perempuan. Matanya lalu melirik selembar uang yang berada di telapak tangan kanannya. "Gue berharap ini bener-bener terakhir kalinya kita berurusan."

NADHIFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang