07 | PERMINTAAN MAAF

2.5K 114 4
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Olivia sampai di ruangannya, tepat pukul tujuh pagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Olivia sampai di ruangannya, tepat pukul tujuh pagi. Bisa dikatakan ia cukup semangat hari ini. Hari Sabtu menjadi hari spesial karena menjadi penutup jadwal kerja di minggu ini, jam praktiknya juga jauh lebih singkat daripada biasanya—dan besoknya adalah hari Minggu, dimana Olivia akan menghabiskan seharian penuh untuk beristirahat di rumah. Mengasuh Cimi, kucing loreng kesayangannya.

Sambil terus membersihkan meja dengan tisu basah. Olivia melirik papan akrilik berisi nama narapidana yang akan melalukan medical check-up hari ini.

Errion Aithan Dwight.

Rasanya seperti sudah lama sekali Olivia tidak mendengar nama itu. Sejak aksi pahlawan yang Olivia lakukan di ruang makan umum, Aithan seolah hilang dari lapas Kerobokan. Seharian penuh Olivia benar – benar tidak melihat pria itu, baik itu di ruang makan, aula, tempat kerajinan, atau lapangan. Padahal ia berniat untuk meminta maaf secara langsung.

"Selamat Pagi, Dokter Olivia. Hari ini waktunya kunjungan?" ucap salah satu satpam yang selalu mengingatkan Olivia.

"Pagi, Pak. Sebentar lagi kunjungan, kok. Ini lagi siap - siap." Olivia tersenyum.

Cukup sampai lima belas menit setelahnya, Olivia sudah menyelesaikan semua urusannya dan segera keluar dari ruangan. Ia berjalan begitu anggun, melewati lorong demi lorong lapas sambil sesekali menyapa para rekan kerja yang melintas di hadapannya. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman, hingga wajah ayu itu semakin menarik perhatian semua orang.

"Selamat pagi, Pak Adnan. Hari ini waktunya medical check-up, ya," sapa Olivia dengan begitu lembut.

Ia sengaja mendatangi setiap pasien-nya untuk medical check-up agar kejadian waktu itu tidak terulang lagi. Nyaris seharian Olivia menunggu di ruangan, berharap ada pasien datang memeriksakan kesehatan mereka. Namun harapannya terpaksa pupus, karena sampai tiga hari berturut – turut mereka juga tidak menunjukkan batang hidung, meski di depan ruangan Olivia.

"Dokter kenapa mau bekerja di lapas ini?" tanya Adnan, salah satu narapidana yang berusia lima puluhan yang masuk penjara karena kasus pembunuhan.

Menjalani hidup selama tiga tahun di penjara sudah membuat Adnan putus asa. Jangankan kesehatan, dia bahkan malas memikirkan hari esok. Adnan benar – benar sudah malas dengan hidupnya sendiri. Yang dia lakukan saat ini hanya menunggu Tuhan mengajaknya pulang. Jika sudah tidak ada lagi keluarga yang tersisa, lalu untuk apa dia berada di dunia ini?

The Mafia and His DoctorWhere stories live. Discover now