09 | GARA - GARA CONDET

2K 138 27
                                    

DESCLAIMER, PART INI SEDIKIT DEWASA YA

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

DESCLAIMER, PART INI SEDIKIT DEWASA YA ...

BUKAN YANG SAMPE NANA NINA JUGA SIH, TAPI YA, PINTER PINTER KALIAN DALAM MEMILIH BACAAN SAJA LAH YA WWKWKW

VOTE DULU

WAJIB

FOLLOW AKU BIAR GA KETINGGALAN INFO

Aithan mengeram kesal saat indera pendengarannya menangkap suara erangan, desahan, dan tangisan disetiap sudut lorong

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Aithan mengeram kesal saat indera pendengarannya menangkap suara erangan, desahan, dan tangisan disetiap sudut lorong. Suara-suara itu beradu menjadi satu kesatuan yang menjijikkan. Membuat pria penghuni kamar 1025 itu langsung membanting rokok yang masih tersisa setengah dan menginjaknya penuh kesal.

Keluar kamar, Aithan langsung mendapati salah satu anak buahnya sedang memakai polisi wanita dengan ganas. Tidak peduli si petugas menangis sampai memohon pun, Condet tetap fokus pada satu tujuan. Kesenangannya sendiri.

"Kalo mau main jangan di sini, Bangsat," desis Aithan, pelan.

Mereka berdua langsung menoleh dan menemukan Aithan sudah bersandar di sisi pintu kamar. Kedua tangannya terlipat di depan dada, dengan sorot mata setajam burung elang.

Condet hanya nyengir begitu tertangkap basah oleh bos-nya sendiri, sambil terus mempercepat gerakan pinggulnya. Sebentar lagi dia akan sampai pada puncak kenikmatan duniawi. Satu tangannya yang lain dia gunakan untuk memegang kedua telapak tangan polisi wanita yang kini sedang menungging di hadapannya.

"Bentar, Bos, nanggung." Lagi – lagi Condet hanya nyengir dengan wajah tanpa dosa.

"Gue bunuh—"

Bersamaan dengan itu, Condet langsung mencabut barangnya dari lubang si polisi wanita. Dia mendorong tubuh ringkih itu ke arah Aithan, tidak peduli dengan bagian rok si polwan sudah tersingkap hingga perut. Memperlihatkan area paling berharga bagi seorang perempuan.

"Bunuh dia aja!" seru Condet masih dengan ekspresi tanpa dosa.

Kalaupun Aithan benar – benar membunuh wanita itu juga bukan urusan Condet, yang penting kesenangannya sudah terpenuhi. Lagi pula Condet juga merasa kasihan kalau sampai polwan itu dibiarkan tetap hidup. Para tetangga akan menggunjingnya karena hamil diluar nikah, apalagi kalau tahu ayah dari anak itu adalah seorang narapidana.

The Mafia and His DoctorHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin